Beginning

9.1K 1.1K 34
                                    

* * *

Sebelum itu, mau ngingetin part ini panjang sangat. 3700an words:)

Gue adalah salah satu orang dari sekian banyak didunia ini, yang menurut orang lain sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue adalah salah satu orang dari sekian banyak didunia ini, yang menurut orang lain sempurna. Mari katakan seperti itu. Gue cukup bersyukur memiliki julukan seperti itu. Walaupun menurut gue 100% salah. Well, itu sebabnya kalau orang-orang cuma menilai sesuatu dari covernya.

Gue adalah sosok yang kasar, sarkas, sombong dan semacamnya. Gue adalah sosok pembohong yang menulis sebuah karya dengan mengaku-ngaku bahwa itu adalah kisah hidup gue. salah, 99% gue menciptakan alur tersebut bukan berdasarkan pengalaman gue. melainkan imajinasi. 1% nya tentang identitas dan latar belakang yang gue isi dengan sejujur jujurnya. Gue adalah anak yang dilahirkan dengan materi yang cukup, ralat. berlebih? Beberapa orang menyebut gue dilahirkan sebagai sendok emas. Gue anak piatu. Ibu gue meninggal sesaat setelah gue dilahirkan di dunia ini. Gue anak bungsu dari dua bersaudara. Ayah gue pemilik perusahaan besar di Canada dan memiliki cabang di Korea, China dan Indonesia. Sebuah perusahaan surat kabar yang bernama "The Daily Park". Status gue dikeluarga adalah anak kandung yang di anak tirikan. You know what i mean? Yap, gue adalah anak yang tidak diinginkan kehadirannya karena telah merenggut nyawa ibu gue sendiri akibat melahirkan gue ke dunia. Begitulah menurut keluarga besar.

Kakak gue cowok, dia mendapatkan apapun dari apa yang ia inginkan. Pewaris? Iya. Kasih sayang? Iya. Materi? Iya. Dia segalanya bagi Ayah.

Gue mendapatkan apa yang gue inginkan dengan jerih payah gue sendiri. Gue memang dikasih materi, tapi enggak dengan kasih sayang. Gue bahkan pernah bekerja paruh waktu ketika SMA demi mendapatkan ponsel baru yang gue inginkan, karena gue tau gue nggak pantes meminta ini itu. Apapun itu, gue sekarang nggak tinggal di rumah lagi, gue tinggal di apartement gue sendiri dengan uang yang gue dapatkan dari karya yang gue ciptakan sendiri.

Sekarang gue sedang berada di ruang tunggu, beberapa menit lagi gue akan keluar menjumpai mereka yang mendedikasikan dirinya sebagai penggemar gue. Gue sedang duduk di depan meja rias, menatap pantulan cermin. tidak ada senyum, tidak ada ekspresi dan tidak ada sedikit pun semangat atau suatu hal yang bikin wajah gue se-excited mungkin untuk menemui orang orang yang telah berjam jam menunggu di luar.

"Sena, abang Lo nih mau ketemuan nanti katanya"

Gue menoleh pada sosok teman yang sudah 7 tahun ini memiliki hubungan yang disebut sahabat dengan gue. dia perempuan asal Indonesia. Orang yang gue kenal ketika gue menduduki bangku sekolah menengah di negara tersebut. Namanya Anin. Gue dengan kepribadian gue yang punyak banyak nilai minusnya, tentu gue masih punya orang terdekat di hidup gue. Walaupun bisa di hitung berapa orang.

"Bilang, gue nggak punya waktu buat ketemuan sama dia" Balas gue pelan. Wajah gue masih senantiasa berada di depan cermin, dengan ekspresi yang jauh dari kata senang.

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang