Cakap

3.4K 618 69
                                    




Sekitar dua hari yang lalu, karya yang sedang gue kerjakan telah memasuki bab penyelesaian. Hanya tinggal beberapa bab untuk penutup dan epilog, gue senang dan puas. Ini adalah karya pertama romance yang gue buat sendiri.

Gue memasukkan kisah gue dengan Daniel disitu.

Mengganti semua alur dan mengubahnya menjadi cerita gue dengan Daniel. Yang awalnya bertemu dengan tidak sengaja, secara kebetulan menjadi tetangga, dan takdir bahwa kami dulu memang teman semasa kecil yang saling melupakan.

Bedanya, disitu gue nggak mengatakan bahwa karakter utama laki lakinya adalah seorang idol. Bukankah itu aneh? Publik akan mengira gue dengan Minhyun nantinya.

Penerbit juga sudah menghubungi gue beberapa kali belakangan ini, mempertanyakan soal sinopsis, alur, mengeditnya dengan beberapa tahap. Memberi saran untuk ending cerita.

Penerbit menyarankan gue untuk membuatnya happy ending. Gue menolak, karena tidak semua cerita cinta berakhir dengan bahagia dan pernikahan. Tidak.

Gue nggak peduli kalau endingnya sad atau menyakitkan, gue hanya membuat para pembaca novel mengerti, bahwa tidak semua yang diharapakan berjalan mulus. Karena pada dasarnya, gue membuat karya untuk menjadi pembelajaran seseorang dihidupnya nanti, bukan hanya sekedar untuk menghilangkan penat, dan hiburan semata.

Bukankah itu cita-cita semua penulis? Membuat tulisannya menjadi suatu pembelajaran untuk orang banyak.

Gue berjalan menuju gedung tempat buku gue di terbitkan sebelumnya. Mereka mengatakan akan mendiskusikan beberapa hal terkait dengan peluncuran buku.

Gue mengeratkan Coat  berwarna coklat tua itu, bergidik karena angin dingin berhembus.

Saat ini Korea memasuki musim gugur. Musim yang menjadi salah satu kesukaan gue disini, semi dan gugur. Gue nggak suka kepanasan atau kegerahan makanya gue nggak pernah suka sama musim panas. Tapi gue juga nggak suka musim dingin, terlalu dingin menurut gue.

Sekitar beberapa langkah setelahnya, gue sampai di depan gedung tinggi berkaca, kemudian berjalan memasukinya.  Sembari berdoa, semoga karya ini membuka jalan kesuksesan gue lebih bagus lagi.

____

Sekitar 3 jam berada didalam gedung , membicarakan bagaimana buku gue nantinya, perihal cover, perihal halaman buku, dan segala macamnya. Semuanya beres, gue tinggal mengirim satu bab epilog nanti malam.  Mungkin sekitar satu bulan pencetakan telah selesai, dan buku baru gue kembali diluncurkan.

Setelah ini gue memutuskan untuk mengunjungi Happy sudah beberapa Minggu belakangan ini cafe tersebut tidak gue tengok, mungkin terlalu sibuk karena masalah besar kemarin.

Dan pikiran gue terlampau kacau dan tidak baik dalam mengunjungi cafe tersebut.

Gue berada di dalam taksi saat ini, dalam perjalanan menemui bocah kuliah yang sedang bekerja untuk biaya kuliahnya. Samuel.

Mata gue memicing menatap ke depan, Cafe dengan nuansa hitam putih seakan akan dikerubungi oleh semut-semut yang berlomba mendapatkan gula. Jalanan tertutupi oleh banyaknya manusia yang berdiri di depan Cafe. Tempat itu terlalu aneh untuk dikerubungi banyak orang seperti itu. Sebagian besar mereka berjenis kelamin perempuan, dengan seragam sekolah yang masih melekat. Sebagiannya lagi dengan kamera kamera dan masker di mulutnya. Gue turun dengan cepat dan menerobos lautan manusia tersebut. Mencari cari, apa yang membuat tempat ini digandrungi oleh banyaknya spesies perempuan.

Melihat dua orang laki laki yang paling bersinar, tengah duduk diantara para pelanggan yang sibuk memotret mereka. Seakan tidak peduli mereka hanya asik dengan kegiatan meminum dan memakan camilan manis.

Falsedad  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang