[14] She Has

229 42 11
                                    

"Berhenti!"

Dia berjalan dengan santai, masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati Ray yang hampir kehabisan napas. Lalu tangannya tetangkat, seperti menunjukkan sesuatu yang ada di lengannya. Entah mengapa itu bereaksi, sesuatu yang ada disana sukses membuat sosok asing itu tiba-tiba memekik kesakitan.

Lalu sosok itu mendadak lebur di udara seperti bayangan yang menghilang. Ray terjatuh ke lantai, tangannya memegang lehernya sendiri. Ia mengambil napas panjang berkali-kali setelah berhasil keluar dari cengkraman kuat itu. Untung saja ia masih kuat menahan sakit bekas cekikan yang menggantung di lehernya tadi.

"Lo gak papa?" tanya gadis itu sambil mengulurkan tangannya, tanda menawarkan bantuan pada Ray.

Ray mendongak ke atas, guna melihat siapa seseorang yang telah menolong nya dari serangan sosok tadi. Gadis itu masih membiarkan tangannya terulur di udara untuk menawarkan bantuan pada Ray.

Walaupun pada akhirnya Ray dapat berdiri sendiri tanpa bantuannya dengan gaya arogan yang dingin.

Ia tersenyum miring sejenak, lalu menarik kembali tangannya.

"Lo sama kayak gue?" Ray tiba-tiba bertanya, ia tidak menghiraukan pertanyaan tentang apa dirinya baik-baik saja yang dilontarkan oleh gadis itu. Melainkan ia malah balik bertanya hal yang lain.

Ia mengernyitkan dahinya, merasa heran dengan pertanyaan Ray "Gue sama kayak lo? Maksudnya?"

"Lo sama kayak gue?" Ray melontarkan pertanyaannya kembali dengan penekanan dan nada kesal.

"Ya jelaslah kita sama, kan sama-sama manusia. Lo kira gue Iblis?!" balas gadis itu. Ia berbalik badan dan meninggalkan Ray sendirian di ruangan itu, tanpa menjawab pertanyaan tadi dengan sungguh-sungguh.

Padahal sebenarnya, gadis itu sudah jelas-jelas tahu apa maksud pertanyaan laki-laki itu.

"Bullshit," gumam Ray.

*

Ray memutuskan kembali ke kelas dan tidak terlalu ambil pusing untuk memikirkan kejadian yang tadi. Ia menganggap bahwa Iblis itu menampakkan dirinya di mata manusia, karena ia mengambil sosok yang sama seperti manusia, oleh karena itu gadis misterius tadi bisa melihatnya.

Dan jujur saja, tentang siapa gadis itu, Ray benar-benar tidak tahu. Dari awal tahun ajaran pertama, belum banyak siswi perempuan yang ia kenal, bahkan ia hanya hafal nama 3 sampai 5 nama teman perempuan sekelasnya.

Terlebih lagi dari kelas lain, atau bahkan orang lain yang menyapanya. Terkadang ia harus bersikap pura-pura kenal agar siswi yang menyapanya tidak merasa kecewa.

"Woi!" Ray spontan menoleh mendengar panggilan itu.

"Lo habia nguras kamar mandi apa, ya? Lama banget sih. Btw, tadi ada banyak anak cewek nyariin lo."

Ray memutar bola mata nya dengan malas, ia memilih untuk tidak menggubris omongan Aldi.

Aldi tertawa kecil seraya merangkul bahu Ray. "Sikap lo selalu kayak gitu kalau ngomongin tentang cewek. Gue jadi penasaran, gimana ya rasanya jadi lo sehari aja? Membayangkan aja udah bikin gue semangat. Tiap hari di cari sama cewek-cewek. Surga dunia banget anjir."

"Lo gak bakal kuat jadi gue. Percaya aja deh, bisa-bisa lo jadi gila berkepanjangan atau bahkan- ah sudahlah."

Aldi menghela nafas. "Iya deh. Eh iya, bukannya lo punya kakak cewek, ya? Gue belum pernah liat, cantik gak? Kalo di embat kan lumayan," godanya sambil menaik turunkan alisnya dengan genit.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang