[23] Suspicious

213 34 10
                                    

Pagi hari Ray sudah berdiri didepan rumah Claressa, seraya meneriakkan nama gadis itu berkali-kali, berharap sang pemilik nama tersebut segera keluar agar Ray tidak perlu mengeluarkan suara lebih banyak lagi.

Pintu depan rumah itu terbuka. "Apaan sih, pagi-pagi udah nongol aja lo. Pake suara cepreng lagi, bikin polusi suara tau gak?!" balas gadis yang membuka pintu itu dengan sarkastik.

"Yee, udah dipanggil gak terima kasih malah bacot berkepanjangan," cibir Ray.

Claressa yang kembali masuk ke dalam rumahnya, lalu kembali keluar. Rupanya ia hanya mengambil tasnya.

Gadis itu berjalan melewati Ray begitu saja. Untungnya tangan Ray sempat menarik lengan Claressa dan menghentikan langkahnya sebelum ia berjalan lebih jauh.

"Heh, bocah gak tau diuntung. Lo gak kasih salam sama pembantu lo mau berangkat sekolah?"

Claressa balas menatap heran pada Ray. "Emang kenapa? Toh, cuma pembantu bahkan kalo gue ilang sekalipun, mereka bakal cuma bilang 'maaf saya gatau kemana Claressa pergi' ke mama dan papa gue."

Ray menggeleng tidak setuju. "Kalo gitu buat biar dia bisa jawab 'iya saya tahu dimana Claressa terakhir kali' dengan cara ngasih salam mau berangkat. Dikelas kan udah dipampang tulisan, Budayakan 5S : Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun."

"Gak penting banget." Claressa memutar bola matanya dengan malas.

"Siapa tau pembantu lo gak perhatian sama lo, karena lo juga gak perhatian sama dia. Hidup ini butuh proses timbal balik."

Claressa memutar bola mata, lalu menghirup napas dalam-dalam untuk meneriakkan suaranya dari depan rumah. "MBAKK, CLARESSA PERGI SEKOLAH DULUU!"

"Nah gitu kan lebih baik, besok gue jemput lagi, tapi bedanya besok lo kasih salamnya harus lebih bagus dari ini."

Tiba-tiba tangan Ray ditarik oleh Claressa, untuk segera berangkat ke sekolah. Gadis itu sudah risih mendengar khotbah Ray pada pagi hari ini, ia berharap agar tidak bertambah lagi. "Banyak bacot lo! Udah cepetan berangkat."

Mereka segera berjalan keluar dari pelataran rumah Claressa. Tanpa tahu, sebuah mata menyorot kegiatan mereka sejak awal tadi. Ia menarik seringaian.

"Ray, kamu bisa dengan mudahnya merubah pribadi seorang Claressa Anawarda."

*

Ray sedang berjalan beriringan dengan Claressa untuk kembali ke kelas sepulang dari kantin saat jam istirahat. Langkah mereka tiba-tiba terhenti, saat melihat Vallen berbicara dengan sosok misterius yang menggunakan jubah hitam.

"Itu si Vallen, lagi ngapain dia ngomong sama setan?" tanya Claressa curiga.

Ray menggendikkan bahunya. Ia menarik lengan Claressa untuk lebih mendekat pada keberadaan Vallen, agar dapat mendengar pembicaraan mereka lebih jelas.

"Yang tuan memang anak laki-laki itu, tapi gadis yang didekatnya itu tidak kalah penting."

"Kamu kira kamu siapa seenaknya begitu?Ingat, aku ini jauh diatasmu. Kamu gak perlu ngingetin aku tentang tugasku, aku tahu itu. Harusnya kamu sebagai junior bantuin dapetin gadis itu. Lagipula apa salahnya? Tuan juga akhir-akhir ini terlihat dekat dengan anak itu."

"Tapi gadis itu punya sesuatu yang membuatku merasa panas didekatnya."

"Aku tahu, aku juga bisa merasakannya, walaupun itu tak berdampak padaku. Oleh karena itu, lebih baik kita harus mencuri barang itu darinya, agar dia mudah kita dapatkan."

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang