"Telpon siapa?"
Vanza yang baru saja mengakhiri panggilan telepon dengan Ray, baru ia mendongak menatap sang pemberi pertanyaan. "Ray"
"Ray siapa?"
"Lupa?"
Aletta nampak berpikir sejenak, lalu akhirnya ia menjawab. "Oh iya gue inget. Adik lo itu, kan?"
Vanza mengangguk. "Iya. Ya udah, aku duluan ya."
"Eh, lo mau kemana?"
"Udah ada urusan, maaf ya. Titip salam buat mamanya Alex." Ia tersenyum kikuk, sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan jari telunjuknya.
Sebenarnya hari ini tiba-tiba mereka mendapat sebuah kabar buruk. Mama Alex tiba-tiba masuk rumah sakit tadi pagi, dan membuat Alex terpaksa harus absen dari kelasnya hari ini. Aletta yang memberitahu Vanza dan juga mengajaknya untuk menjenguk Mama Alex di rumah sakit.
Tapi Vanza tidak bisa membatalkan janji dengan iblis misterius itu. Semalam, saat ia mengintip apakah Ray sudah tidur atukah belum, ada sesosok bayangan hitam aneh seperti hendak menghampiri adiknya. Namun, sosok itu hilang saat mengetahui Vanza mengintip kamar adiknya.
"Lo beneran gak ikut?" tanya Aletta memastikan keputusan Vanza itu, sambil mengerjap-ngerjap kan matanya layaknya baby face untuk merayu Vanza.
"Maaf ya, Al. Ada janji yang gak bisa di batalin. Besok aku jenguk deh, kamu temenin lagi, ya."
Aletta memasang raut kecewa. "Yaudah deh, gue juga ikut jenguk besok aja. Lo mau kemana sih ikut dong, nge mall sama gebetan, ya? Ciee Vanza akhirnya udah gede."
"Aku duluan, ya," ujar Vanza langsung pergi meninggalkan Aletta dengan prasangkanya yang belum terjawab.
Sesungguhnya, Vanza tidak tega menolak ajakan Aletta untuk menjenguk Mama Alex yang masuk rumah sakit dadakan seperti ini. Tapi nyawa adiknya harus ia selamatkan, karena entah dari mana ia mendapat firasat buruk tentang iblis-iblis yang akan menganggu adiknya secara terus menerus.
*
Lazarus sedang duduk di salah satu bangku panjang di taman kota sambil menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengannya saat ini.
Ia melihat orang itu dari kejauhan, baru saja tiba di taman kota dengan mobilnya yang berwarna hitam dan mengkilap.
Lazarus segera mengangkat tangannya, memberi petunjuk dimana dirinya berada. Untungnya Vanza melihatnya dan segera mendekat.
"Udah nunggu lama?" tanya Vanza dengan nada cemas, sambil terburu-buru.
Lazarus menggeleng. "Baru aja sampai."
"Jadi, kita langsung to the point aja," tutur Vanza, lalu mengambil tempat di sebelah Lazarus untuk duduk dengan tenang.
"Santai saja. Mari, ku traktir es krim." Lazarus beranjak pergi, ia menghampiri kedai kecil yang menjual es krim yang tak jauh dari sana.
Tidak memakan cukup waktu lama untuk ia kembali dengan dua es krim. Di kanan rasa coklat dan di tangan kirinya ada rasa vanilla. Ia menyodorkan rasa Vanilla kepada Vanza.
"Terima kasih, tapi sejujurnya aku suka rasa coklat." Vanza tersenyum baru saja hendak menerima es krim Vanilla itu. Namun dengan cepat Lazarus berganti menyodorkan rasa coklat pada Vanza.

KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Reaper [✔]
Fantasía[Fantasy-Paranormal] Bayangkan, hari ini kau masih menjalani kehidupan dengan normal layaknya manusia pada umumnya. Namun pada esok harinya, mendadak semua berubah, adikmu mempunyai kemampuan melihat makhluk halus, atau yang mereka sebut Indigo dan...