[10] Hug

290 52 6
                                    

Tiba-tiba di bertemu dengan seorang sosok asing, dengan cara seperti itu pula. Maklum jika Vanza merasa curiga dengan sosok itu. Wajahnya memang bisa di bilang berada di atas rata-rata. Atau juga disebut 'tampan' atau semacamnya, yang termasuk seperti itu.

"Siapa kau?"

Sosok itu menjulurkan tangannya, memegang bahu Vanza, ia juga menyeringai. "Pulanglah, aku bisa menemuimu lain hari."

Lalu tiba-tiba sosok itu lebur dari sana. Membiarkan dirinya lebur di udara, hanya menyisakan ruang hampa. Membiarkan dirinya yang hilang begitu saja dilihat langsung oleh kedua mata Vanza.

Vanza mengucek matanya, mencubit tangannya, menampar pipinya sendiri untuk memastikan ini nyata dan bukan mimpi. Merasa ngeri berlama-lama disana, ia segera masuk ke dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan pulang. Bisa saja hal tadi hanyalah khayalan belakanya, namun semuanya terasa sangat nyata.

Itu tidak penting sekarang, Vanza membiarkan hal itu di terbelakangkan dahulu. Yang terpenting, apa yang di ucapkan sosok misterius itu benar, Ray butuh dirinya saat ini.

*

"Hng... dimana ini?" Akhirnya Aletta bagun dari tidurnya. Ia mengucek matanya dahulu sebelum nyawanya benar-benar terkumpul seutuhnya

Vanza tersenyum hangat. "Ini sudah di depan rumahmu, Al. Kamu tidak mau pulang?"

Tiba-tiba Aletta membulatkan matanya. Ia merasa sesuatu yang berat menimpa kepala bagian atasnya. Lalu ia sadar apa penyebab semua itu.

"WOI TITISAN SETAN, LU NGAPAIN TIDUR BERTUMPU DI KEPALA GUA, ANJIR!" jeritan Aletta memenuhi seisi mobil. Membuat Vanza spontan menutup telinga saking kerasnya suara Aletta. Sementara Alex, ia langsung bangun dengan keadaan terkejut.

Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri dengan mata membulat juga keadaan bingung.

"Apa-apaan? Ada apa? Ini dimana?" 

Vanza tertawa kecil. "Udah malem, jangan berantem. Udah sampai rumah kalian."

Lalu Aletta dan Alex membuka masing-masing pintu di sebelah mereka, lalu turun. Aletta melambaikan tangannya pada mobil Vanza yang pelan-pelan berlalu pergi.

Saat mobil Vanza sudah hilang dari pandangannya, Aletta menurunkan tangannya dan berganti mengalihkan pandangannya pada Alex. "Heh, lo ngapain sih tadi?" ucapnya dengan sarkas.

Alex melirik Aletta lewat ekor matanya. "Ngapain lo salahin gue? Yang pertama tidur di bahu gue siapa? Mana pakai ngilerin baju gue segala."

Alex berbelok ke rumahnya yang ada tepat di sebelah kanan rumah Aletta. Namun Alex berhenti sejenak, lalu kembali menoleh ke Aletta lagi. "By the way, you look so beautiful while sleeping."

"Dasar buaya!" ejek Aletta tak terima. Walau begitu wajahnya tetap di rambati rona merah, ia malu dengan ucapan Alex yang membuat hatinya berdebar.

Tak mau berlama-lama disana dengan keadaan memalukan seperti itu, Aletta segera masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Alex yang masih berdiri disana seraya mengawasi pergerakan Aletta sampai ia menutup pintu rumahnya.

Aletta menyempatkab diri untuk mengintip dari jendela rumahnya, ia masih melihat Alex berdiri disana sambil merekahkan senyum menawan. Itu membuatnya kesal, akhirnya ia berbalik untuk masuk ke kamarnya.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang