[26] Emguide

176 29 5
                                    

"Kau pergi kemana saja, Rafael?"

Rafael baru saja muncul di ruang tengah rumah Ramiel. Disana sudah terdapat 4 saudaranya sedang duduk manis, sambil menyeduh teh hangat dengan asap putih yang membumbung samar-samar diatas cangkir.

"Memastikan sesuatu."

Uriel menghela napas. "Kau selalu saja begitu. Sebenarnya apa yang kau khawatirkan akhir-akhir ini-"

"Sudahlah Uriel. Aku tahu apa yang aku lakukan," potong Rafael. Ia berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat, meninggalkan saudara-saudaranya disana.

Rafael menidurkan dirinya di atas kasur lalu menghela napas berat. "Apa yang kau khawatirkan? Cih," gumam Rafael. Ia terkekeh sembari menatap langit-langit kamarnya.

Tiba-tiba di sebelah kasurnya, muncul sebuah sosok dengan setelan hitam legam, tampak tak asing di matanya. Sosok itu tersenyum miring kepadanya, membuat Rafael segera bangun dari posisi berbaringnya.

"Apa yang kau lakukan disini, Mammon?"

Sosok itu berjalan menuju sofa di sebelah kasur Rafael dan duduk disana. "Aku? Aku ingin bertemu denganmu oleh karena itu aku kemari."

Rafael terkekeh. "Jangan sampai eksistensimu habis di tanganku, hanya karena membicarakan sesuatu yang tidak penting."

"Aku pastikan, kau tidak menyesal setelah mendengarkan perkataanku."

"Bicaralah."

Iblis itu memainkan jemarinya sambil menyeringai. "Aku hanya ingin memberi tahu, tentang rencana picik saudaraku, Lucifer."

Diam-diam, Rafael mengepalkan tangannya, mendengar nama itu saja sudah membuatnya kesal dan ingin sekali segera mengakhirinya.

"Sebagai saudaranya sebenarnya aku tidak ingin membeberkan rencana yang di buatnya selama ini, karena itu sama saja kalau aku berkhianat kepadanya. Tapi, karena aku termasuk adalah hidden Emguide yang bertugas mengawasi diam-diam, jadi aku beberkan saja. Lagi pula ini masuk dalam tugasku."

Rafael menggerutu, "Sudahlah, jangan terlalu banyak basa-basi, langsung saja ke intinya."

"Lucifer ingin mengumpulkan seorang Empath dan Indigo," suara Mammon berubah menjadi lebih serius.

"Hah! Untuk apa?"

Helaan napas panjang terdengar berasal dari Mammon. "Ia pernah bercerita tentang sebuah legenda. Disana dikatakan bahwa jika kita berhasil menggabungkan kekuatan Empath dan kegelapan milik Indigo, itu bisa memberi kita sebuah kekuatan besar. Dan nampaknya Lucifer percaya pada hal itu."

"Katakan pada saudara bodohmu itu, are he's forgot with a God?"

Mammon mengangguk. "Aku sudah mengatakan itu padanya. Terlebih lagi Leviathan, dia sudah membujuk Lucifer berkali-kali agar membatalkan rencana gilanya itu. Entah karena dia takut untuk mengambil resiko, atau hanya iri karena hanya Lucifer yang bisa mendapatkannya."

"Tunggu-tunggu. Hanya Lucifer? Bagaimana dengan kalian?"

"Kami?" Mammon terkekeh pelan, sambil mengusap kepala bagian belakangnya. "Ia hanya memberi tahu rencananya pada kami, bukan mengajak kami untuk ikut melakukannya."

Rafael mengacak-acak rambutnya. Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka paksa dengan cara dibanting keras.

"Hei, siapa suruh kau boleh masuk ke kamar orang sembarangan, bodoh!" pekik Uriel dari ruang tamu kepada seseorang yang baru saja membanting pintu tersebut.

Sosok itu berjalan menghampiri Rafael dan Mammon. "Mammon," panggilnya dengan nada suara yang dingin.

"Kenapa kau ada disini?" balas Mammon, ia menatap datar tak peduli Uriel yang sedang berceloteh di belakang sana karena ulah saudaranya tersebut.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang