[40] Torture

115 19 0
                                    

"Sudah kuduga kalian akan datang," Lucifer langsung bersuara saat melihat kehadiran Mammon, Leviathan dan Dio tiba disana.

"Lihat siapa disini, Lazarus. Lama tak berjumpa, rasanya aku ingin melepas rinduku."

"Don't talk to much," balasnya dingin menatap Lucifer dengan pandangan benci.

"Aku hanya menyapa, kenapa kau sedingin itu padaku. Padahal sudah berapa lama kita tak bertemu?"

Leviathan berdehem. "Bisakah aku dan mereka berdua ini mencari tempat dimana kau menempatkan gadis itu, sekarang?"

"Sure," persilah Lucifer.

Kesempatan itu tak disia-siakan, mereka langsung berpencar, Mammon memilih untuk mencari diluar sementara Leviathan dan Dio mencari didalam mungkin ada sesuatu didalam sini.

"Kenapa kau sekeras itu, untuk ikut mencari keberadaan gadis itu, Leviathan? Padahal melakukan hal ini sekalipun tidak membuahkan hasil apapun padamu," cibir Lucifer.

"Karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa kulakukan, maka dari itu aku membantu mereka. Setidaknya aku merasa penting."

"Lie, kau ingin terlihat baik di depan Ramiel maka dari itu kau membantu kami," sahut Dio.

Leviathan menatap tajam pada Dio. "Bisakah kau menutup mulut embermu itu dan diamlah?"

Lucifer terkekeh. "Lucu sekali, jatuh cinta pada seorang Malaikat? Kau benar-benar membuatku ingin tertawa."

"Tertawalah sepuasmu, aku tidak peduli."

"Kau tidak akan menemukannya, begitu juga dengan Mammon yang mencarinya diluar sana."

"Kau benar-benar jujur, kan?"

"Tentang?"

"Tentang ruangan tempat dimana gadis itu berada, letaknya dekat dengan tempat ini seperti ucapanmu, kan?"

Lucifer mengangguk. "Aku tidak berbohong."

"Aku tidak menemukannya," Leviathan mendengus kesal, sementara Dio masih berdiri dengan diam mengawasi seluruh tata letak ruangan.

Mammon masuk ke ruangan itu dengan raut kusut. "Tak ada dimanapun."

"Sudah kubilang kalian tidak akan menemukannya."

*

"Siapa kau?"

"Aku? Kau bertanya padaku?" Sosok itu menuding jari telunjuknya di depan wajahnya sendiri.

Vanza mengangguk, ia menduga kalau dia adalah sama-sama seorang Iblis, yang bersekutu dengan Lucifer.

"Perkenalkan, aku adalah Belphegor, mewakili dosa besar kemalasan."

"Kalau kau malas, kenapa kau bisa ada disini?" Ray menyela, pertanyaannya mungkin sedikit aneh.

Belphegor mendengus gusar. "Lucifer memaksaku untuk kemari, mengawasi kalian dan inilah itulah. Padahal aku hanya ingin bersantai di ruanganku, menamatkan sekardus CD yang kudapat dari nenek tua pemilik toko CD dipinggir kota. Siapa sangka dia mengambilnya dariku?"

"Jadi kau kesini karena terpaksa?"

Ia mengangguk sambil tersenyum miris. "Saudara yang kejam, bukan?"

"Kau yang menulari Mammon hingga dia suka film sinetron, bukan?" Ray menyengir, dari tadi ia merasa pernah mendengar nama Belphegor dan akhirnya ia mengingatnya.

"Kau benar," Belphegor menjentikkan jarinya dan kembali sumringah.

"Jadi apa yang ingin kau lakukan disini?" tanya Vanza, ia menaikkan sebelah alisnya. Tingkah Iblis yang satu ini membuatnya bergeleng-geleng heran.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang