[35] Both

132 22 8
                                    

Claressa Pov's

Aku berjalan menghampiri Deru yang sedang melayang di pekarangan mengamati tanaman yang baru saja ditanam oleh Nenek.

"Deru," panggilku dengan riang. Deru menoleh dengan tatapan polos. Di tangannya terdapat sebuah bunga yang indah.

Aku berhenti di sampingnya lalu menunjuk bunga itu. "Oh, bunga ini. Kemarin aku sama nenek beli bibitnya, di pasal."

"Pasar, bukan Pasal," celetuk Deru membenarkan perkataanku, ia tertawa kecil.

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa? Salah sedikit aja. Lagian sama kok gak beda jauh kok, huh."

Lalu aku berjalan menjauh, berpindah tempat ke halaman belakang untuk bermain ayunan disana.

Deru tampaknya hendak melayang untuk mengejarku, lalu aku mendengar suara Nenek yang memarahinya.

"Siapa yang bilang kau boleh seenaknya masuk kedalam rumahku!"

Nenek selalu berpikiran buruk tentang Deru dan jahat padanya, padahal aku tahu kalau dia jelas-jelas tahu jika Deru itu baik hati dan tidak jahat. Entah kenapa, saat aku mendengar Nenek memarahi Deru, hal itu membuatku merasa menyesal telah meninggalkannya.

Tiba-tiba seseorang berjubah hitam muncul tak jauh dariku membuatku terbelalak.

"Hei tenang, jangan takut," ujarnya saat ia melihat tubuhku gemetaran karena sosok dirinya berjalan mendekat.

Tapi tetap saja aku takut padanya karena dia orang asing.

"Perkenalkan, aku Lucifer. Khusus untukmu kau boleh memanggilku Lucy, kau Claressa, bukan?" ia mengulurkan tangannya tanda mengajak berkenalan secara formal.

Aku mengangguk pelan.

"Hei! Menjauhlah dadi cucuku!" suara nyaring Nenek menginterupsi, membuatku dan sosok bernama Lucy itu kompak menoleh dan melihatnya berdiri di ambang pintu yang menghubungkan halaman belakang dengan rumah.

"Jangan terlalu jahat padaku begitu," ujarnya sambil tersenyum miring.

Nenek nampak tak menyukainya, sangat sangat tidak suka. "Apa yang kau lakukan disini? Pergilah!"

"Tapi aku baru saja mau bermain dengan Claressa, kenapa kau menjadi jahat seperti ini sekarang? Bahkan Iblis sepertiku kalah jahatnya denganmu."

"Aku tak peduli ocehanmu. Cepat pergi sana, dan jangan suruh teman-teman setanmu untuk mendekati cucuku."

"Aku tidak bisa menjanjikan hal itu,karena pasti aku akan menyuruh mereka mendekati Claressa."

Tiba-tiba sosok menyeramkan lain muncul di sebelahku dan membungkam mulutku, rasanya tubuhku langsung melemas dan mataku berkunang kunang-kunang. Kesadaranku direnggut begitu saja.

Dan rasanya aku seperti jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi, saat itu juga mataku langsung terbuka dan mendapati aku menatap plafon putih kamarku.

Deru berjalan mendekatiku, sambil bertanya dengan nada lembut, "What happen, dear?"

Aku menghela napas panjang lalu menyadari sorot khawatir yang tersirat pada tatapan mata milik Deru.

"Mimpi lagi?"

Hanya anggukan yang kulakukan sebagai jawaban lalu beranjak ke kamar mandi untuk membasuh wajahku.

*

"Morning, pretty,"  Mammon sudah ada di depan rumah Vanza sambil tersenyum lebar. Dengan keadaan matanya yang minimalis, sehingga ia tak menyadari jika yang disapanya bukanlah Vanza, melainkan Ray.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang