[29] Request

160 23 1
                                    

Dio muncul di ruang tamu tempat dimana Rafael, Uriel, Ramiel, Mammon dan Leviathan sedang berdiskusi disana.

Sejenak suasana mendadak menjadi hening karena kemunculan Dio disana, semua perhatian terarah padanya. Lalu Dio memutuskan berdehem dan membuka suara terlebih, guna memecah keheningan.

"Kenapa kau membelaku?" Sorot dinginnya tertuju kearah Rafael.

Rafael tersentak. "Hah? Sejak kapan aku membela dirimu?"

"Tadi. Di hadapan Lucifer," Dio membalas datar. Memang seperti itulah sikapnya sehari-hari, kecuali saat bersama dengan Vanza.

"Aku tidak membelamu. Lupakan saja hal itu, anggap aku melakukan sedikit kesalahan karena sangat ingin menjatuhkan Lucifer."

Dio menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil menyeringai. "Kesalahan kecil yang bisa membuat seorang Empath menjadi tersesat, lucu sekali."

Rafael tak terima mendengar hal itu, ia merasa bahwa Dio meremehkan dan menghinanya. Ia beranjak, hendak mengeluarkan ancaman pada Dio, tapi tangan Ramiel terangkat. Lengannya ditahan agar tidak beranjak lebih jauh lagi, dan hal itu membuat Rafael terpaksa duduk kembali.

"Terserah saja apa usaha dari Rafael. Toh, itu menguntungkanmu," sahut Mammon yang dikuti dengan lirikan tajam Rafael.

Kekehan pelan terdengar dari Dio. "Baiklah. Terimakasih."

"Untuk apa kau berterima kasih?" tanya Rafael, keningnya terlipat.

"Maybe you do not need to know from me, you have to understand it by yourself. I know you're not that stupid."

Rafael memutar bola mata kesal. Ia tak mau berlama lama membahas topik ini. "Jadi, sekarang mari kita bicarakan, tentang bagaimana cara menghentikan Lucy."

Mammon tertawa geli, padahal jelas-jelas tidak ada yang sedang melucu atau hal yang dapat dianggap lucu disana. Membuat tatapan heran semua orang terlempar kepada dirinya.

"Kau sudah gila?" Leviathan melirik sinis pada saudaranya itu.

Mammon masih tertawa, butuh beberapa detik kemudian baru ia menghentikan tawa anehnya. Mammon memasang wajah serius sambil menatap satu-persatu mata semua orang disana.

"Apa yang mau kalian rencanakan lagi? Jelas-jelas solusi masalah ini, sudah ada di dekat kita."

"Apa?" tanya Uriel bingung.

Mammon menarik seulas seringaian. "Vanza Amarissa, aren't?"

"Kau gila? Bagaimana bisa gadis—"

"Dia reinkarnasi dari Luka dan Luksa, apa kau lupa?!" sahut Mammon, memotong komentar Leviathan.

Rafael nampak berpikir, ia mengingat satu persatu kejadian apa saja yang terjadi pada para reinkarnasi si kembar itu, untuk mencari tahu maksud dari Mammon. Namun hasilnya nihil, ia sama sekali tidak mengerti hubungan dari Vanza yang merupakan reinkarnasi Luka dan Luksa adalah solusi untuk menghentikan Lucifer, seperti yang dimaksud Mammon.

"Kau mau kita manfaatkan kekuatannya?" Dio berceletuk, akhirnya semua paham.

Mammon mengangguk. "Yes exactly. I know you must have seen the girl's ability is not it?"

Semua tatapan orang-orang disana menatap pada Dio, menunggu jawaban darinya. Dio masih belum menjawab, seling beberapa detik, ia menghela napas panjang lalu mengangguk.

"Dia sudah bisa membuat Lucifer hilang hanya dengan mengucapkannya."

Balasan dari Dio membuat semua orang tertegun, kecuali Mammon dan Rafael. Karena mereka berdua sudah jelas tahu bagaimana kemampuan dari Empath yang termasuk reinkarnasi Luka dan Luksa.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang