[19] Find

180 35 6
                                    

Kabar buruknya, Ray kehilangan jejak Claressa saat sampai di pertigaan koridor. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, bingung untuk mengambil jalur sebelah mana.

"Kyaa!" sebuah jeritan keras dari seseorang gadis terdengar dari bagian belokan kiri. Ray langsung yakin bahwa jeritan itu berasal dari gadis yang ia cari.

Ray berlari sekencang mungkin, nafasnya sudah tak beraturan lagi, jantungnya memompa kencang dan perasaannya kalut dimakan rasa cemas.

Ia menemukan pintu gudang sekolah terbuka lebar, kuncinya menggantung di bagian kenop luar. Tanpa pikir panjang, ia masuk ke dalam sana. Kabar baiknya, menemukan Claressa disana, namun dengan kondisi tak sadarkan diri.

Langsung saja Ray menghampirinya, ia mengguncang-guncang tubuh Claressa. "Resa, bangun!" Nihil, tak ada respon. Gadis itu tetap tak sadarkan diri dan membuat Ray makin tidak tenang.

Ia memutuskan untuk menggendong Claressa, saat ia berdiri dan berbalik, tiba-tiba di hadapannya sudah muncul sebuah sosok dengan wajah yang tidak bisa dilihat. Itu karena wajahnya hanya berwarna hitam, matanya merah menyala dan mulutnya tersenyum lebar memamerkan deretan gigi tajamnya.

"Turunkan gadis itu," ujar sosok itu dengan suaranya yang berat, tatapannya lekat, matanya yang menyala menambah kesan menakutkan itu tidak lepas menatap Ray dengan tajam. Namun pada diri laki-laki itu tidak ada perasaan gentar sekecil apapun.

"Siapa kau?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Ray, sosok itu malah mengulangi perkataannya yang tadi. "Turunkan gadis itu!" kali ini dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Aku bertanya padamu, siapa kau?"

Sosok itu nampak kesal, ia mendengus gusar. Namun tak disangka, ia malah terkikik. Dan tiba-tiba ia menghilang dari hadapan Ray begitu saja, lebur di udara.

Awalnya Ray bingung, tapi ia ingat Claressa masih tak sadarkan diri dalam gendongannya. Akhirnya ia segera keluar dari ruangan itu. Hanya ada satu tempat yang terpikirkan oleh Ray untuk membawa gadis itu.

*

"Dimana?" Claressa baru saja bangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya saat terkena silau lampu di atasnya.

"Lo ada di UKS."

Ia menoleh dan melihat Ray sedang duduk di kursi sebelah kasur yang ia tiduri. "Ngapain lo disini?"

Ray hanya menatap datar. "Lo tadi pingsan di gudang. Gara-gara setan."

Claressa segera mengubah posisi tidurnya menjadi duduk di atas kasur, lalu memutar posisi kedua kakinya. Alhasil sekarang ini ia duduk di tepi ranjang menghadap Ray.

"Makasih," ujar Claressa lirih, serupa sebuah gumaman. Suaranya tertangkap samar-samar di pendengaran Ray, membuatnya bertanya.

"Hah?"

Bukannya mengulangi, Claressa malah berdecak kesal dan tak mau menjawab kebingungan Ray. "Nope."

"Udah ah, gue mau pulang, sumpek lama-lama disini." Claressa beranjak untuk mengambil tasnya. Lalu berjalan meninggalkan ruang UKS, dengan Ray yang masih duduk terdiam disana dan berusaha memahami apa maksud gumaman Claressa tadi.

Tapi saat ia sadar, ia langsung ikut beranjak mengambil tasnya dan berlari kecil berusaha menjajari gadis itu. "Tungguin woy!"

Claressa menghentikan langkahnya dan berbaik hati membalikkan badannya. Ia menatap Ray yang sudah menjajarinya dengan cepat, lalu berhenti dan membungkukan badan. Laki-laki memegangi kedua lututnya sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia berusaha menetralisir denyut jantungnya.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang