[03] Goodbye Mom

476 79 10
                                    

Suasana pemakaman saat itu benar-benar suram. Saat hendak pergi ke pemakaman, tiba-tiba tanpa pemberitahuan apapun, hujan datang, membuat proses pemakaman di tunda sejenak. Namun hujan tak kunjung berhenti, maka dari itu kini semua orang memakai payung di pemakaman, di depan sebuah batu nisan yang baru saja di pasang selesai acara memakamkan seseorang.

Ranti masih saja tidak bisa melepas kepergian suaminya, di saat-saat terakhir, tangisannya kian menjadi deras. Menyatu dengan suasana langit yang ikut menangis pula pada saat ini.

Di kesedihan yang terpancar pasa raut Mamanya itu, Vanza hanya bisa melihat dalan diam. Segala cara ia pikirkan dan coba untuk menghibur Wanita itu, tapi hasilnya nihil. Ranti hanya mengeluarkan senyuman hasil paksaan nya lalu kembali larut dalam kesedihan.

Di balik posisi tegaknya berdiri, ia menyimpan kerapuhan yang sangat teramat dalam, dan siap roboh kapanpun.

“Ini sudah takdir dari Tuhan, Ranti. Kita manusia tidak bisa mengubahnya. Dan kita hanya bisa menjalani saja seperti biasa dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” ucap Nathalia—teman kerja Martin yang kemarin menemani Ranti di IGD.

Ranti mengangguk lalu mengusap air matanya juga jejak aliran air di pipinya. Ia mencoba tersenyum dan berjongkok, sambil mengelus nissan kuburan Martin.

“Sayang, aku tahu kita tidak bisa selamanya abadi di bumi. Tapi cintaku selalu abadi hanya untukmu, walaupun hari ini maut memisahkan kita. Aku yakin ada kehidupan yang lebih baik disana yang kelak menyatukan keluarga kecil kita kembali. Aku mencintaimu,” Ranti berkata lirih. Hampir menyerupai hanya sebuah gumaman pelan.

Ray tiba-tiba memeluk Vanza dengan erat, entah dia terharu dengan ucapan Mama atau tidak. Tapi yang jelas, disini Vanza ikut merasakan kesedihan Mamanya. Ia tahu berapa banyak anak panah yang menghujam hati Wanita itu, juga betapa sakitnya hatinya saat ini. Vanza tahu itu, karena Vanza juga merasakannya detik ini.

Saat Ranti sudah siap kembali pulang meninggalkan pemakaman, Nathalia menuntunnya sambil mengikutinya berjalan pulang dengan Vanza dan Ray di belakang mereka.

Tiba-tiba sosok berjubah hitam muncul di depan Vanza dan Ray, mengagetkan mereka dan membuat langkah mereka terhenti, otomatis mereka tertinggal dari Nathalia dan Ranti.

“Siapa kau?” tanya Vanza terkejut.

Ray semakin memeluk Vanza dengan erat, sedari tadi ia belum melepaskan pelukannya.

Sosok itu menyeringai, hanya dari atas kepala sampai tengah hidungnya yang di tutupi oleh kupluk jubahnya. Namun ujung hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis itu tetap terlihat.

“Kakak, Ray takut,” ujar Ray pelan sambil mengeratkan pelukannya pada Vanza.

Vanza melirik adiknya. Ia juga merasakab ketakutan seperti adiknya. Bagaimana tidak? Seseorang yang asing tiba-tiba muncul di depan mereka. Ia menjawab pelan, “tenang saja kakak ada disini.”

“Kau Indigo, bukan?” tanya sosok itu sambil menuding kan jari telunjuknya kepada Ray.

Ray menempelkan wajahnya pada gaun hitam Vanza, seolah tidak mau melihat sosok itu. Ia takut.

Sosok itu terkekeh. “Mungkin terlalu awal bertemu kalian. Dan juga kau adalah seorang gadis Empath rupanya.”

Vanza mengernyitkan dahi, ia tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh sosok misterius itu.

Soul Reaper [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang