Part 2: He's annoying as fuck.

3K 92 0
                                    

Author's Notes: Still crappy, but keep reading. You'll love it :)

***

[Kelsey Wijaya's POV]

Mataku sontak terbuka ketika sinar matahari mengenai kedua kelopak mataku. Aku melihat ke arah jam wekerku, pukul 07.30. Jelas saja benda itu belum menjerit-jerit seperti biasanya, aku bangun 30 menit lebih cepat dari biasanya. Dan kalian tau apa? Aku mendapat kamar tepat di sebelah kamar Justin. Dan the worst part is, pada lantai dua ini hanya ada kamar aku dan Justin, dan satu kamar mandi. Aku harus berbagi kamar mandi sama dia. Ugh, membayangkannya aja udah membuat aku malas. 

Then, I grab my phone. Guess what i got? I got a bbm. It’s from my best friend. No, not Gita. It’s from my American best friend. Mikayla! Mikayla Jones, dia adalah sahabatku since I came to NewYork. Rumahnya hanya beberapa blok dari rumahku ketika aku masih di NewYork dulu. We used to go to school together. But now, I need to come with my dad and leaving NewYork. Why its always me ? I mean, kenapa setiap aku meyukai tempat tinggali, selalu aja aku harus meninggalkan tempat yang aku sukai itu dan pindah ke tempat lain? When you’re loving the place already, you had to move to the another stranger place. That’s suck you know. Seperti misalnya, ketika aku sudah mulai nyaman tinggal di Indonesia, Aku dan keluargaku harus pindah dan tinggal di NewYork? Dan sekarang? Ketika aku mulai menyukai NewYork, I need to move to Atlanta. Seems like I have no choice.

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

‘Kels, awake yet?’

Aku membuka bbm dari Mikayla dan membalasnya.

To: Mikayla Jones
From: Kelsey Wijaya

‘No.’ 

I replied simply and waiting for her response.

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

‘Okay then, if you’re awake you have to leave a message.’

Aku tertawa kecil ketika membaca balasan dari Mikayla. Dia itu polos atau apa sih? Kenapa dia selalu percaya ketika aku bilang sesuatu yang belum tentu benar. Ketika aku bilang aku belum bangun kenapa dia malah balas kaya gitu coba? Kalo bukan aku yang bales bbm dia, siapa lagi? Astaga Mikayla! 

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

‘Wait who’s this?’
‘PING!!!’ 

To: Mikayla Jones
From: Kelsey Wijaya

‘Mikayla! Of course it’s me, Its Kelsey.’ 

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

‘Kelsey!!! Ugh, I thought you’re still sleeping? Lol but who cares you’re awake now. Anyway, guess what? Luke just asking me out!’ 

Lol again. She said ‘guess what?’ Dan sebelum aku menjawab atau menebaknya, dia malah udah jawab pertanyaannya sendiri. Omg this girl. 

To: Mikayla Jones
From: Kelsey Wijaya

'OMG. I'm so happy for ya, bby!' 

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

'Yeah thank u! Anyway, how's he?'

To: Mikayla Jones
From: Kelsey Wijaya

'He? Who? My dad?'

To: Kelsey Wijaya 
From: Mikayla Jones

'No! I mean the famous Justin Bieber. Does he hot? Cute? Or something?;)'

To: Mikayla Jones
From: Kelsey Wijaya

'Oh that beaver, he's annoying as fuck.'

Aku mengetiknya cepat lalu mengirimnya ke pada Mikayla. Dan ketika aku menunggu balasan Mikayla, aku mendengar sesuatu berbunyi di belakangku.

"Hem," I heard someone clearing his throat. I turn around, and I can see Justin right behind me. Right. Behind. Me. Dia tepat di belakangku sambil memandang ke arah layar handphone milikku. Wooops! Memang salah aku juga sih, kenapa aku bisa-bisanya duduk diatas kasurku membelakangi pintu dan asik dengan handphone sendiri sih?

"I...um," Ucapku terputus, bingung harus berkata apa. Pikiranku melayang dan mencari kata-kata yang tepat untuk dirangkai menjadi sebuah kalimat.
Justin melihatku dengan tatapan puas. Aku terlihat seperti maling yang baru saja mengambil sesuatu milik orang lain. 

"So, I'm annoying as fuck, huh?" Ucap Justin sambil menekankan kata 'Fuck' di dalam nya sebelum aku bisa melanjutkan kata-kata ku barusan. 

"I'm...sor...but hey what are you doing in my room? You went in without knocked my door." Aku membatalkan niatku untuk meminta maaf kepada Justin. Bisa-bisa dia jadi besar kepala ketika aku meminta maaf kepadanya.

"What? You're not gonna saying sorry or anything?" Justin membulatkan kedua bola matanya. He seemed mad or something. But who cares.

"Should I?" Ucapku lalu beranjak dari kasur milikku dan menuju ke arah pintu lalu memegang daun pintu. 

"Get out now. Beaver," Aku berucap sambil mengarahkan pandangan ku ke arah pintu, memberi isyarat agar dia keluar dari kamarku. 

Justin lalu beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekat ke arahku.
Sebelum Justin keluar, dia menghadap ke arahku dan berkata. "Excuse me, but you just text your friend and told her that I'm annoying. Don't you have a fucking mirror? If you don't, then I'm gonna tell you that you're the one who fucking annoying, silly. I went into your room because my mom said that we're gonna have a breakfast, and they won't start till you came," Justin menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. He seemed so serious. Tidak ada sama sekali nada usil atau bercanda di dalam perkataan Justin tadi. Am I that annoying?

"But I think we can start to eat without you," Tambah Justin lagi, dengan begitu, dia langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamarku.

"Whatever," aku berngumam pelan. I can tell Justin didn't even hear what I just mumbled.

***

"Where's she?" Ucap RyanGood ketika Justin sampai di meja makan.

"I don't know," Balas Justin malas lalu duduk disamping Bundanya, Pattie. 

"Maybe she's still sleeping," Pattie kali ini berbicara ketika melihat anaknya sedang tidak mood untuk diajak bicara.

"Or not," tambah Pattie ketika melihatku menuruni tangga lalu melanjutkan langkahku ke arah meja makan.

"Good morning everyone," ucapku lalu mencium pipi papa pelan, dan mengambil tempat duduk ditengah-tengah antara Papa dan Fredo.

"Morning honey,"
"Morning," 
"Morning pretty,"

Semuanya membalas ucapanku barusan. Kecuali Justin. Dia hanya memandang kearah piringnya yang masih kosong itu.

Setelah beberapa menit kemudian, kami makan dalam diam, Pattie kemudian bertanya
"So, how's your sleep Kelsey?" Tanyanya untuk mencairkan suasana.

"As usual, Pattie. How's yours?" Balasku sambil melemparkan senyum ke arahnya.

"It's fine," 

"Justin," Fredo kali ini membuka mulut. Merasa namanya terpanggil, Justin mengadahkan pandangannya ke arah Fredo.
Melihat Justin tidak membalas perkataannya, Fredo melanjutkan kata-katanya. 

"So, I just on the phone with Scooter earlier. And he said he'd love to fly Chaz and Ryan to Atlanta," 

***

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang