*Kelsey's POV*
Tak ada yang menatapmu. Aku meyakinkan diriku sendiri. Tak ada yang menatapmu.
Tapi aku memang tidak pintar berbohong, bahkan pada diriku sendiri.
Aku mencoba menghindari tatapan dari laki-laki di depanku ini. Tidak bisa.
Tatapannya terlalu indah dan menusuk.
Tatapannya seakan menyejukan hati ini.
Tatapannya, terlalu indah untuk dihindari.
Dua kata yang sudah berada di hatiku sejak tadi,
Basah dan lembut.
Itulah kesan ciuman pertamaku dengan laki-laki yang kerap memandangku ini.
Justin yang memulai menciumku, dan ia pula yang harus mengakhirinya. Entah apa yang salah dengan diriku, aku juga heran. Aku hanya diam ketika Justin mulai mencondongkan wajahnya ke arahku. Pasrah. Tidak ada perlawanan.
Bahkan ketika bibirnya mulai menyentuh bagian bawah bibirku, aku hanya terdiam. Dan ketika bibirnya mulai bergerak, aku pun begitu. Tidak, ketika itu aku tidak hanya diam. Bibirku mengikuti irama bibirnya. Aku membalas ciumannya.
Pasti ada yang salah.
Mengapa otakku seakan membeku dan detikan jam dinding itu seakan berhenti ketika wajahnya mendekati wajahku?
Mengapa paru-paruku seakan kehabisan stok udaranya ketika bibirnya mulai menyentuh bibirku?
Mengapa ciumannya terasa begitu indah dan lembut?
Mengapa?
Tidak ada yang tahu jawabannya.
Bahkan aku sekalipun.
"Uh-uh," Justin membersihkan tenggorokkannya kemudian membuang tatapannyaku. "I'm--" Justin mendesah. "Look Kelsey--" Dia terlihat gelisah. Seperti mencari kata-kata yang tepat untuk dikatakan kepadaku.
Well, aku juga tidak tau harus bertindak bagaimana.
Semuanya terjadi begitu cepat.
"I didn't mean to kiss you," Ucap Justin akhirnya. Aku terdiam beberapa detik lalu mengangguk. Aku benar-benar tidak tau apa apa. Aku merasa seperti anak kecil berumur lima tahun yang baru saja masuk sekolah, tidak tau apa-apa, tidak tau apa yang harus dilakukan.
Justin, masih menghindari tatapanku, kemudian berbicara lagi. "It was a mistake," lanjutnya. Aku menelan ludah. Apa maksud dia mengatakan itu?
Aku tau benar bahwa semua keadaan ini membuat kami berdua canggung. Tetapi bisakah dia mencari kata yang lebih tepat dari 'mistake'?
"I mean we were too caught in the moment," Butuh sedetik bagiku untuk memproses kata-katanya.
Ya. Kami memang terbawa suasana.
Dan bukan aku yang memulainya, melainkan Justin.
Aku masih diam. Tidak bergeming. Memperhatikan bibirnya yang sedang bergerak ketika berbicara. Ya, bibirnya. Bibir yang baru saja menyentuh bibirku beberapa menit lalu. "I'm sorry, I didn't mean to stole your first kiss," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
Fiksi PenggemarHow it feels like if you happened to be Ryan Good's daughter? Yes, Ryan Good yang bekerja sebagai stylist dari seorang popstar yang selalu menjadi center of attention disemua penjuru dunia. And the worst, what it feels like to have to stay with Rya...