Part 3: Who is she?

2.6K 80 1
                                    

“So I just on the phone with Scooter earlier,” Ucap Fredo yang sepertinya, sengaja terputus. Membuat cowok yang duduk di depan ku ini semakin penasaran. Cowok itu tau, jika Scooter menelpon Fredo seperti ini, pasti ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan. Entah itu kabar baik, maupun yang buruk sekalipun. 
Melihat Fredo yang tak kunjung melanjutkan kata-katanya, cowok di depan ku ini dengan malas memutuskan untuk angkat bicara. “Yeah, then?” ucapnya seolah tak peduli. 

“Then…..”Fredo sepertinya suka melihat cowok ini penasaran. Buktinya dia memutus kalimatnya lagi. “Then he said he’d love to fly Ryan and Chaz to Atlanta,” Lanjut Fredo.
Justin terlihat berhenti mengunyah makanan yang berada di dalam mulutnya. Cowok itu hanya menatap Fredo dengan tatapan kosong, seperti sedang mencerna kata-kata Fredo barusan masuk ke otaknya. 

“Really?!” Seperti baru saja ditarik dari alam lain, Justin tiba-tiba membulatkan matanya, terkejut. 

Aku diam. Aku mengamati wajah cowok di depan ku ini. Wajahnya tiba-tiba berubah. Aku bisa melihat matanya bersinar. Aku bisa melihat kesenangan di dalam matanya. Seems like he’s a moody. Moodnya mudah sekali berubah dalam jangka waktu yang singkat. Kemudian aku mengedarkan pandanganku ke sekelilingku. Aku bisa melihat Pattie, Papa, dan Fredo tersenyum sambil melihat ke arah Justin. Well, seems like I’m the only one who didn’t know who is Chaz and Ryan?

“Yeah,” Ucap Fredo menjawab pertanyaan Justin barusan.

“When?” Justin tiba-tiba banyak bertanya. 

“Umm, they will be here asap.” Sebenarnya Fredo tau kapan mereka akan berada disini. Tapi entah kenapa Fredo suka melihat cowok itu dilanda rasa penasaran.

“Ah, I hate you. I missed them, you know” Balas Justin lalu melanjutkan memakan makanannya. 

“No you don’t hate me, and yeah Scooter said you need to have some ‘boys time’” Ucap Fredo sambil tertawa kecil. 

“He got me right,” Balas Justin membenarkan perkataan Scooter. 

Aku hanya bisa mendengarkan pembicaraan mereka sambil menunduk dan tetap memakan makananku. Well, sebenarnya aku sangat ingin terlibat dalam percakapan mereka, but how? Aku aja gak tau siapa itu Chaz and Ryan. Namanya begitu familiar, aku seperti pernah mendengar nama mereka sebenarnya, tapi dari siapa ya?

“Um, can someone tell me who are they?” Aku memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan yang dari tadi sudah ada di kepalaku. 

“You really want to know, huh?” Lagi-lagi Justin menjawab pertanyaanku dengan nada ketus. Ugh, maunya dia apa sih? Kalo gamau jawab seenggaknya diem aja gitu, jangan malah ngomong ketus gitu. Ih aku sebel. 

“Justin…” Kali ini Pattie ikut bicara. Pattie pasti juga heran, kenapa giliran sama aku Justin ngomongya jadi ketus gitu.

“No, it’s okay Pattie.” Ucapku lalu menundukkan kepalaku lagi. Sumpah kenapa sih dia itu nyebelin banget? 

“Justin...says sorry,” Pattie berbisik kecil kepada Justin. Mengisyaratkan Justin untuk meminta maaf kepadaku.

“What if I won’t?” Ucap Justin keras kepala.

“Justin please,” Pattie lagi-lagi memohon kepada anaknya itu dengan lembut. If I was Pattie, I won’t do that.

“Yeah yeah, sorry.” Ucap Justin malas while rolled his eyes. Astaga this guy! Minta maaf aja ga niat gitu. Setelah beberapa detik lalu aku hanya menggangguk pelan, tanda aku menerima permintaan maafnya. 

“So Chaz and Ryan are Justin’s best friends, since they were little” Ucap Papa menjawab pertanyaanku. 

Aku mengadahkan kepalaku dan menatap Papa. Nah! Aku baru menemukan alasan kenapa nama Chaz sama Ryan begitu familiar. Gita pernah bercerita kepadaku tentang mereka, Gita bilang mereka itu anaknya gokil abis. Gita malah sampe berharap kalau dia adalah salah satu teman mereka. Tapi waktu itu aku menanggapi cerita Gita sambil lalu, not really paying attention about her story. That’s why I forgot I got those name from Gita. “Ohh where do they live?” Tanyaku lagi, penasaran. 

“Just like Justin, in Canada,” Kali ini Fredo yang menjawab pertanyaanku. Aku tersenyum ke arahnya lalu mengangguk “Oh okay,” ucapku selanjutnya. 

“And be careful, because they’re prankster. Like him,” tambah Fredo lalu mengedipkan matanya ke arahku. Hahaha Fredo. 

“Are they nice?” lagi-lagi aku tidak bisa menahan keinginanku untuk bertanya kepada mereka. 

“Yeah they are, and they’re cute.” Ucap Fredo. Lol maksud Fredo itu apa ya bilang ke aku segala kalau mereka itu ‘cute’? 

“So?” Ucapku sambil menggelengkan kepalaku pelan kemudian tertawa kecil. 

“Just told ya,” Ucapnya lalu tertawa bersamaku. 

***

“I can’t wait to see you,”
“I can’t wait to see you too. I’m waiting for you to get here, ok?”
“Okay baby, I love you”
“Love you too,”

Setelah menyelesaikan sarapanku, aku langsung pamit ke kamar. Setelah beberapa menit kemudian, aku mendengar suara sebuah pintu tertutup dari ruangan sebelahku. Well, siapa lagi kalau bukan Justin. I ever mention that my room is next to him, right?
Dan apa yang lagi aku lakukan sekarang? Um, aku hanya mendengarkan Justin menelpon seseorang. What? NO! I’m not eavesdropping…..Am..I?

Okay, I admitted I was eavesdropping. Tapi gimana aku enggak nguping? Justin telponan dengan suara yang sedikit keras. Aku jadi penasaran dan ya, ended up eavesdropping. Dari yang aku denger tadi sih, sepertinya Justin baru aja telponan sama Selena. You know that Disney’s Star? Alex Russo? Yeah. Selena Gomez. His girlfriend. Dan sepertinya cewek yang baru aja di telponnya tadi itu bakal dateng ke sini. Um, aku sedikit ingin tau bagaimana wajah Selena dari dekat. So yeah maybe I will meet with her later?

Sekitar dua puluh menit kemudian, orang yang dari tadi udah ditunggu oleh seorang cowok yang memakai T-shirt putih yang bertuliskan ‘Doing Real Stuff Sucks” itu pun datang. Cowok itu dengan menyambut pacar nya itu dengan senang hati ketika ia baru saja menapakkan kakinya di depan pintu kamar Justin.

“Ahhh baby! You took so long,” Justin tampak sangat excited melihat pacarnya itu sudah ada di depan mata. Kemudian Justin berjalan ke arah perempuan itu dan mengkecup bibir perempuan itu. “I’ve missed you, Selly” Ucapnya lagi lalu mengacak rambut cewek itu pelan. 

“Aww, I missed you to Justy!” Selena sepertinya tidak kalah senang melihat cowok ganteng didepannya yang merupakan pacarnya itu. Justy itu panggilan Selena untuk Justin. Terdengar bodoh memang, tapi sesuatu yang bodoh ketika dilakukan oleh seseorang yang kita sayang akan menjadi sesuatu yang indah, bukan?

“How’s Florida?” Justin tampak membuka pembicaraan. Cowok itu menanyakan bagaimana Florida, secara Selena baru aja pulang shooting film barunya bersama Vanessa Hudgens, berjudul ‘Spring Breakers’ yang bakal keluar January 2013 itu di Florida.

“It’s all good. They’re doing good,” Jawab Selena yang kali ini duduk di tempat tidur pacarnya itu. 

“Okay, so what do you want to do today?” Tanya Justin lalu memainkan rambut Selena pelan dan memandang cewek ini penuh kasih sayang. Justin emang bener-bener sayang sama cewek yang ada di depannya ini. Mungkin dulu memang mereka jadian karena faktor paksaan, tapi siapa sangka setelah berjalannya waktu, Justin malah sayang beneran sama cewek ini.

Selena tampak mengerutkan keningnya, berpikir. “Ice Cream,” Ucap Selena setelah beberapa menit berpikir. “I want Ice cream, Justy!” ucapnya senang.

“Ice cream? Let’s get it now!” Ucap Justin tersenyum lalu menarik tangan perempuan itu dengan lembut kemudian mereka keluar dari kamar Justin. 

*** 

“Mom, I’m going to get some Ice Creams!” Teriak Justin ketika mereka hendak keluar dari rumah. Justin lalu mengisyaratkan Selena untuk tunggu di depan sementara ia berjalan ke arah dapur. Ia yakin Ibunya itu sedang berada di dapur. Mencoba beberapa resep masakan yang baru saja dia temukan di majalah atau internet. Dari dulu, Pattie emang suka sekali sama yang namanya masak. Kadang Justin suka berandai-andai pasti akan sangat lucu ketika melihat pacarnya itu memasak bareng dengan Pattie. Tapi sepertinya Selena will never cooked with his mom. 

“Mom?” Justin memanggil nama Pattie sambil mencari sosok Ibunya itu. Dan benar saja, ketika dia baru sampe di dapur, Ibunya sedang duduk di meja makan sambil menyiapkan bahan-bahan yang tertera pada Majalah masak milik Pattie halaman 17 itu. 

“Yeah?” Ucap Pattie sambil mengeluarkan beberapa butir telur dari kulkas dan menaruhnya diatas meja makan.

“I’m going to get some Ice creams with Selly,” Ucap Justin sambil memperhatikan Pattie yang dari tadi bolak-balik mencari bahan-bahan yang dibutuhkannya itu.

“Yeah and take Kelsey with you,” Pattie kali ini menghentikan langkahnya dan menatap Justin. 

“Okay, Me and Sel----WHAT?” Justin tampak kaget ketika Ibunya mengucapkan kalimatnya barusan.

“Yeah why?” Pattie menaikkan salah satu alisnya heran. Pattie ingin Kelsey dan Justin lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Karena Pattie yakin bahwa mereka akan menjadi dekat ketika sudah mengenal satu sama lain. 

“But mom, I just want to spend my time with Selena, not with her.” Ucap Justin keberatan. Jelas-jelas dia sangat kangen sama pacarnya yang satu itu, dan ia hanya ingin menghabiskan waktunya berduaan dengan Selena. 

“No buts, okay? Take her with you or you’re not going,” Pattie kali ini melanjutkan mencari bahan-bahan yang sudah tertera pada majalah yang ada di tangannya itu.

“Whatever,” Justin tampak bergerutu lalu meninggalkan Ibunya di dapur. Melihat tingkah anaknya yang keras kepala, Pattie hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

“What happened babe? I heard some screaming back there,” Selena berucap ketika Justin kembali dengan muka cemberut. Selena sempat mendengar beberapa argument Justin dengan Pattie ketika mereka sedang ada di dapur tadi. 

“Ugh, my Mom wants me to take Kelsey with us,” Justin kali ini tampak kesal. Ia tidak ingin Kelsey ikut. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Selena. Titik.

“Kelsey? Who is she?” Selena mengerutkan keningnya. Bingung. Justin memang belum menceritakan tentang Kelsey kepada Selena. Dan sekarang, Justin juga tidak ingin membahas Kelsey.

“I won’t talk about her, she’s not worth it.” Justin menaikkan volume bicaranya. Entah kenapa, tapi setiap seseorang menyebut nama ‘Kelsey’ darah Justin langsung naik. 

“Babe, who is she?” Tanya Selena lagi kali ini sambil memegang tangan Justin lembut, mencoba menenagkan cowok itu.

“She’s just my stylish’s daughter. Ryan Good’s daughter, she’s annoying” Balas Justin sambil menghembuskan nafasnya berat.

“How’s she looked?” Tanya Selena penasaran dengan Kelsey thingy. Well Selena sedikit tertarik dengan percakapan ini. Dia selalu serius ketika berbicara seorang perempuan dengan Justin. Kenapa? Karena Selena selalu takut kalau suatu saat nanti Justin bertemu dengan seorang perempuan yang lebih baik dari Selena dan meninggalkannya begitu saja. 

“She’s not even pretty babe, you don’t have to worry,” Ucap Justin sedikit lebih lembut sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah cewek itu. 

***

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang