Part 27: Reality, Forgiveness

1.7K 67 0
                                    

*No One’s POV*

Laki-laki itu tetap memaksakan senyumnya walaupun hati nya sama sekali tidak ingin tersenyum. Tetapi memang semuanya harus seperti itu; tetap tersenyum di depan kamera. Ia harus berakting seperti tidak ada masalah, seperti hidupnya selalu bahagia. Ia melakukan semua itu juga demi kebaikan para beliebersnya, ia tidak ingin membuat mereka khawatir ketika melihat wajah Justin yang cemberut di depan kamera.

Seharian ini ia harus memaksakan senyumnya setiap kali ia bertemu dengan kamera yang di sodorkan oleh wartawan. Dan sekarang, ia lega semua urusannya sudah selesai. Ia ingin cepat-cepat pulang kerumah dan berbaring di ranjangnya yang empuk itu. Ia juga akan mencoba untuk menemui Kelsey dan minta maaf, sekaligus menyelesaikan semua masalah mereka. Ia harap kali ini Kelsey ingin menemui dan mendengar penjelasannya. Karena sejujurnya laki-laki itu sudah tidak tahan jika harus berlama lama bertengkar dengan Kelsey. Ia hanya ingin semuanya kembali seperti semula, bisa memeluk perempuan itu, menciumnya, juga berbicara apapun dikamar gadis itu hingga terlelap.

Hati Justin masih merasa bersalah dan tidak enak akan kejadian semalam itu. Ia sudah lancang dan berteriak di depan wajah Kelsey tanpa menanyakan apa yang salah pada gadis itu. Ia malah main marah dan membiarkan emosinya mengambil alih pikirannya. Apalagi ketika beberapa menit lalu ia mendapati salah satu tweet Kelsey yang ditujukan untuk dirinya, perasaan bersalahnya itu bertambah lebih besar lagi.

‘I was supposed to be mad at him, not him yelling at my face.”’

Begitu tweet Kelsey pada akun twitternya, @KelseyWijaya.

Justin yang tidak tahan ingin membalas mention Kelsey, akhirnya hanya bisa menekan tulisan ‘compose tweets’ dan memutuskan untuk menuliskan satu buah tweet. Ia tidak berani mengambil resiko untuk memention cewek itu dengan 35 juta beliebers pada twitternya. Itu akan membuat semuanya semakin rumit.

‘I’m sorry.’

Tweet sent. I’m sorry. Hanya itu. Ia tidak ingin para beliebersnya tau untuk siapa tweet itu ditujukan. Ia lebih suka membiarkan beliebersnya itu penasaran.

Setelah mobilnya di parkirkan pada garasi, Justin segera melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia mengganti bajunya dengan sebuah t-shirt yang bertuliskan ‘summer breeze’ dan celana pendek berwarna cokelat muda. Membenarkan rambutnya sebentar di depan cermin, lalu bergegas keluar.

Ia pun berniat untuk mencari perempuan yang sudah ia ingin temui sejak tadi pagi itu.

Justin mengetuk pintu kamar Kelsey dan menunggu. Tidak ada jawaban. Ia mengetuk pintu kamar Kelsey sekali lagi, berharap ia bisa mendapati perempuan itu membukakan pintu. Sengaja ia tidak bersuara atau berkata bahwa ia adalah Justin, karena lelaki itu tau pasti Kelsey akan mentolak dirinya mentah-mentah dan tidak akan membukakan pintu kamarnya. Tapi walau ia sudah tidak bersuara, pintu itu tidak juga terbuka. Putus asa, Justin akhirnya melanjutkan langkahnya menuruni tangga dan menuju ke arah ruang TV.

Mendapati Alfredo yang sedang duduk di sofa dengan remot di tangannya, Justin akhirnya merebahkan dirinya di samping Alfredo. “Sup bro?” kata laki-laki disampingnya.

Justin menggeleng sejenak, lalu “Have you seen Kelsey today?”

Alfredo mengerutkan keningnya. Bertanya tanya kenapa laki-laki disampingnya ini bertanya tentang Kelsey. Sambil masih memindah-mindahkan channel TV dan mencari acara yang menurutnya bagus, ia menjawab “Yes. But then that Jason guy—“

Justin menoleh ke arah Alfredo. “Whoa-wait, you mean her ex?” Sela Justin sebelum Alfredo menyelesaikan kata-katanya.

Alfredo mengangguk. “Yeah, he came to here in sudden and took Kelsey out” kata laki-laki itu.

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang