“She’s just my stylish’s daughter. Ryan Good’s daughter, she’s annoying” Balas Justin sambil menghembuskan nafasnya berat.
“How’s she looked?” Balas seorang perempuan itu penasaran.
“She’s not even pretty babe, you don’t have to worry,” Balas Justin dengan nada yang lembut.
Setelah beberapa menit pintu kamar sebelahku tertutup, tanda seorang penghuninya sudah tidak ada di dalamnya lagi, aku memutuskan untuk turun ke bawah. Mungkin aku bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat diriku sibuk di bawah. Dan kalian tau apa? Ketika aku baru aja sampe di ruang tamu, yang kebetulan dekat dengan pintu depan, aku gak sengaja mendengar percakapan mereka barusan. Ya, percakapan antara Justin dan Selena. Aku gatau apa-apa tentan gkenapa mereka bisa jadiin aku topic pembicaraan mereka. Well, yang aku tau Justin menerangkan kepada Selena bahwa aku itu anak Papa. Setelah itu? Setelah itu Selena menanyakan bagaimana penampilanku. Dan bagian yang paling menyakitkan itu ketika Justin menjawab pertanyaan Selena itu. Dia bilang Selena ga usah khawatir karena aku sama sekali gak cantik. That was deep……..and kinda hurt. Just gonna tell you that, I’m the type of sensitive girl. Well, aku dari luar emang aku keliatan tegar. Um, sok tegar maksudku. Tapi didalam? I’m fragile. Dan masalah penampilan, aku tau aku ga secantik Selena tapi….penting banget ya dia bilang kalo aku not even pretty? Fuck. Whatever, yang terpenting, poin benciku terhadap Justin bertambah lagi.
Aku memutuskan untuk kembali ke kamarku lagi. Percakapan Justin dan Selena tadi bener-bener ngebuat aku ga mood buat ngapa-ngapain. Aku membalikan badanku dan hendak berjalan ke arah tangga ketika seseorang memanggil namaku, “Kelsey?” Ucap seseorang di belakangku. Justin.
“Yea?” Balasku masih dalam posisi yang sama. Membelakangi Justin.
“You need to come with us,” Ucap Justin basa-basi. Terlihat dari nada bicaranya. Dia mengajakku untuk pergi bersama mereka tapi nada bicaranya terkesan seperti dia ingin aku pergi dari hadapannya.
“No thank you,” Balasku kali ini mulai melangkahkan kaki ku ke arah tangga.
“Stop,” Justin menarik tangan kananku kasar, mengakibatkan aku membalikkan badanku lalu melepas genggaman tangannya di tanganku. Aku bisa melihat Selena yang sedang berdiri di depan pintu dan sibuk dengan handphone yang di genggamnya itu. She seemed bored.
“It’s not an offer. My mom want you to come with us or we’re not allowed to go,” Justin melanjutkan kata-katanya. Menerangkan bahwa Pattie menyuruh Justin mengajakku atau mereka tidak pergi. Dasar Selfish. Dia hanya memikirkan dirinya dan Selena. Dia bahkan tidak merasa bersalah karena telah menarik tanganku kasar.
“I won’t,” Jelas aku menolak. Aku ga bisa ngebayangin bakal sebagaimana awkward ketika nanti aku ada di dalam mobil bersama mereka berdua.
“Why?” Balas Justin sambil menatapku kesal.
“I want to stay at home,” Balasku asal. Aku sendiri tidak tau alas an kenapa aku tidak ingin pergi dengan mereka. Padahal bisa saja aku mengiyakan tawaran Justin dan tidak akan ada adu mulut seperti ini.
“Home? Excuse me, but this is my fucking home, and you just stay here because your dad is working with me,” Aku terdiam. ‘Well, tadi itu kasar, Justin.’ Batinku dalam hati. Kenapa sih Justin selalu hal-hal yang selalu menyinggung perasaanku?
Dilihatnya aku terdiam, Justin melanjutkan kata-katanya. “Ugh silly, just simply come with us!” Balas Justin sedikit menaikkan volume suaranya. Here we go again, Justin Beaver. Aku benci ketika Justin menaikkan nada bicaranya kepadaku. Aku benci ketika Justin melakukan itu. Aku benci Justin.
“Ok, let me changing my clothes first,” Okay. Aku memutuskan untuk mengalah. Jika aku terus menolaknya, pasti dia akan terus menaikkan nada bicaranya kepadaku. Aku hendak membalikkan badanku ketika lagi-lagi dia menarik tanganku.
“No. You’re fine with those clothes,” Justin melepas tanganku lalu berjalan keluar rumah. Aku mengikuti langkahnya, dan melihatnya menggenggam bahu Selena mesra. Selena lalu memeluk pinggang Justin erat. Seakan tidak ingin pisah dengan cowok itu. Oh jadi emang bener ya Jelena itu mesra banget di public. Pantesan Gita selalu bbm aku marah-marah kalo Jelena baru aja pergi dari suatu tempat. Gita sempet bilang juga kalau dia itu benci banget sama Selena soalnya dia itu cuma manfaatin Justin buat fame. Umm, tapi sepertinya dugaan Gita salah, karena Selena terlihat sangat mencintai Justin.
***
“Finally,” Ucap cowok itu ketika kita baru aja sampai di salah satu stand Ice cream yang memiliki tulisan ‘Bruster's Real Ice Cream’ di depannya.
Akhirnya kami sampai di salah satu stand Ice cream di Atlanta. Apa yang terjadi selama perjalanan? Umm, just called that was awkwarder than awkward. Selama perjalanan, aku mencoba menyibukkan diriku dengan handphoneku. Tapi sepertinya susah menyibukkan diriku dengan handphone ketika dua orang di depanku ini sibuk bermesraan. Justin yang duduk di bangku kemudi tidak jarang melemparkan gombalan kepada cewek yang duduk disampingnya itu. Dan Selena sering kali tersipu akibat gombalan Justin itu. Dan aku? Well, aku malah mencoba menyibukkan diri dengan blackberry ku yang baterainya tinggal setengah bar itu.
“Kelsey,” Ucap seseorang di depanku yang membuatku mengalihkan pandanganku dari handphone.
“What?” Balasku sambil mengerutkan kening ketika Justin tampak merogoh sesuatu dari kantung celananya.
“Order 2 Strawberry’s creams for me and Selena, and 1 for you,” Justin memberikan ku uang sebesar $15. Dan aku hanya bisa menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Justin baru aja menyuruhku buat turun dan memesan Ice Cream? Siapapun tolong bilang kalau aku salah dengar.
“Kelsey go,” Lanjut cowok itu ketika melihatku hanya menatapnya. Aku mengambil uang itu dari tangannya lalu keluar dari mobil Justin. Aku menutup pintu mobil miliknya, lalu berjalan menuju stand Ice cream.
“Good afternoon young lady, what can I do for you?” Ucap seorang wanita yang berumur sekitar 50-an di depanku.
“Afternoon, um can you gimme 2 strawberrys and 1 chocolate?” balasku sambil melempar senyum ke arah perempuan yang aku yakini pemilik stand Ice Cream ini.
“Okay. Wait a sec,” Balas wanita itu lalu beranjak ke arah mesin Ice cream yang memiliki beragam tombol itu. Lalu ia menekan beberapa tombol dan jadilah pesananku.
“$7 for 2 strawberrys and 1 chocolate Ice cream for this pretty lady,” Perempuan itu menyerahkan 3 ice cream pesananku tadi dalam bentuk cup. Aku mengambil pesananku lalu memberikan uang $15 yang tadi Justin berikan kepadaku. Perempuan tadi mengambil uang yang aku berikan lalu memberikan ku kembalian sebanyak $8.
“Thank you,” Aku tersenyum ke arahnya lalu berjalan ke arah mobil Justin.
“Fuck,” Umpatku pelan ketika aku tidak bisa melihat mobil Justin di tempat parkir.
Tepat ketika aku berbalik, Aku gak bisa melihat mobil Justin di pandanganku. Tempat parkir yang tadi ditempati oleh mobil Justin itu kosong. Please jangan bilang dia……..
Karena penasaran, aku melanjutkan langkahku dan berjalan ke arah tempat parkir tempat Justin memakirkan mobilnya tadi. Dan ya, kosong. Tidak ada tanda-tanda mobil Justin berada di sekitar sini. Fuck fuck fuck! Justin tega banget sih! Bisa-bisanya dia ninggalin aku gitu aja. What an attitude. Liat aja Beaver, aku bakal bales. Wait for my revenge, beaver.
So, Justin udah ga ada disini. Terus sekarang apa yang harus aku lakukan? Gimana aku bisa pulang dengan uang $8? Udah tau dari rumah Justin ke stand ini cukup jauh. Naik Taxi? Gak akan cukup. Dan apa yang harus aku lakukan sama ice cream-ice cream yang udah mulai mencair ditanganku ini? Aku kemudian memutuskan untuk kembali ke stand Ice cream tadi. Dan aku bisa melihat wanita tadi mengerutkan keningnya heran ketika aku kembali lagi ke stand ice cream miliknya.
“Is there anything wrong with the ice creams?” Wanita itu berucap ketika aku menaruh ice cream - ice cream itu di atas meja tempatnya berjualan.
“No, nothing’s wrong, It’s just..” Aku terdiam. “Can you accompany me and let’s just talking about something?” Lanjutku asal. Well aku tidak tau apa yang harus katakan kepada wanita ini. Tidak mungkin kan, I says that the famous Justin Bieber and his girlfriend just leaving me alone at her stand ice cream?
“Sure, why not?” Balas wanita itu sedikit ragu. Jelas. Aku juga pasti bakal mikir macem-macem kalo seseorang yang gak aku kenal tiba-tiba minta dirinya ditemenin.
“How about you come here so we can talk?” Tambah wanita itu. Dia menyuruhku masuk ke dalam stand Ice creamnya. Aku mengangguk pelan lalu tersenyum. Kemudian wanita itu membuka pintu samping yang terdapat pada standnya. Aku mengambil Ice cream-ice cream milikku lalu melangkahkan kakiku ke arah pintu itu. ‘Wanita ini baik,’ batinku dalam hati, lalu masuk ke dalam stand miliknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
FanfictionHow it feels like if you happened to be Ryan Good's daughter? Yes, Ryan Good yang bekerja sebagai stylist dari seorang popstar yang selalu menjadi center of attention disemua penjuru dunia. And the worst, what it feels like to have to stay with Rya...