Kelsey Wijaya sedang berbaring di ranjangnya ketika tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia menggerang, namun segera beranjak dari tempat tidurnya kemudian menyeret kakinya dengan malas ke arah pintu.
Sekarang sudah pukul delapan malam, dan ia benar-benar lelah. Hari ini begitu melelahkan baginya. Setelah kabur dari pernikahan ibunya sendiri dan menangis hingga meraung-raung seperti orang yang frustasi di dalam pelukan Justin tadi, ia memutuskan untuk tidak kembali ke resepsi pernikahan ibunya dan suami barunya itu. Lagipula, tadi itu juga acaranya hampir berakhir. Jadi ia kira ia tidak melewatkan hal-hal yang penting dalam resepsi itu.
Setelah dirasa Kelsey sudah lebih tenang, Justin memutuskan untuk kembali keluar dan menghadiri pesta pernikahan itu. Ia bilang ia akan menemui Kelsey lagi nanti di kamarnya, namun sampai sekarang laki-laki itu belum juga muncul.
Kelsey membuka kenop pintu dan menemukan ibunya sedang berada di depannya sambil tersenyum samar.
Kelsey menghela napas ketika ia menemukan ibunya memberikan senyum lemah dengan ekspresi yang begitu lelah sedang berdiri di depannya. Ia mempersilahkan ibunya untuk masuk lalu menutup pintu lagi.
Kelsey berjalan ke arah tempat tidur kemudian duduk diatasnya. “Mama mau apa kesini?” Bisiknya pelan sambil menatap ke bawah. Tidak bermaksud untuk kasar, tapi ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan pada ibunya itu.
Raissa Wijaya mengikuti Kelsey, duduk di sebelahnya. “Mama mau bicara sama kamu,” Katanya dengan suara yang terdengar begitu lembut.
Kelsey mengangguk, namun tidak menyahut.
Ketika ibunya tahu Kelsey tidak akan membuka mulut, ia mendesah pelan. “Mama mau minta maaf karena mama gabisa jadi ibu yang baik buat kamu. Karena mama gabisa selalu ada disamping kamu saat kamu membutuhkan mama, karena mama…”
“Ma, stop..” Sergah Kelsey cepat, sebelum ibunya melanjutkan perkataannya. Sesungguhnya semua kata-kata yang keluar dari bibir ibunya itu terdengar begitu menyakitkan di hati Kelsey. Ia tidak tega melihat ibunya merasa bersalah seperti ini. Ia tidak mau ibunya menyangka semua ini adalah kesalahannya. Ia tidak mau ibunya merasa seperti itu.
Ibunya menggeleng. “Tidak apa-apa, Kelsey. Mama tau apa yang kamu rasain sekarang. Mama tau apa yang di inginkan sama gadis seusiamu,” Katanya menatap Kelsey dalam-dalam. “Mama tau kamu menginginkan keluarga yang sempurna. Mama tau banget apa yang kamu mau. Mama ngerti.”
Kelsey masih menundukkan wajahnya, ia takut jika ia melihat wajah ibunya ia akan menangis. Semua yang diucapkan ibunya memang benar, tapi entah kenapa semuanya terasa begitu menyakitkan jika kata-kata itu keluar dari bibir ibunya.
“Tapi memang jalannya harus seperti ini, sayang. Hubungan mama dan papa memang tidak bisa diperjuangkan lagi,” Lanjut ibu Kelsey lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan Kelsey. “Kamu harus ingat, kalau everything’s happen for a reason. Kamu bakal tau nantinya kalau Tuhan punya rencana lain di balik semua ini,” Ibunya mengusap rambut Kelsey lembut.
Kelsey mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mencegah dirinya dari tangisan yang sudah ingin turun dari kedua kelopak matanya. Entah kenapa semuanya terasa begitu emosional.
“Mama minta maaf, karena mama dan papa gak bisa sama-sama lagi. Mama minta maaf karena semuanya harus berjalan seperti ini. Mama minta maaf,” Bisik ibunya dengan suara yang sedikit gemetar di akhir.
Kelsey mendongakkan wajahnya kemudian menoleh, menatap wajah ibunya yang pipinya sudah di basahi beberapa buliran air mata. “Mama jangan nangis…” Kelsey membawa tangan kanannya ke arah pipi ibunya kemudian mengusap air mata yang sudah berada disana. “Mama juga gaperlu minta maaf. Semua ini bukan salah mama,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
Fiksi PenggemarHow it feels like if you happened to be Ryan Good's daughter? Yes, Ryan Good yang bekerja sebagai stylist dari seorang popstar yang selalu menjadi center of attention disemua penjuru dunia. And the worst, what it feels like to have to stay with Rya...