Perempuan itu memandang keluar melalui kaca mobil yang sedang dikemudikan oleh seorang laki-laki bertubuh kekar dengan bola mata biru disampingnya. Matanya menerawang, melihat beberapa orang yang berlalu lalang di trotoar dengan langkah besar yang cepat. Yeah, apa yang kau harapkan? Ini, New York. Kota besar terpadat di Amerika Serikat dan pusat wilayah metropolitan yang memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, seni maupun budaya juga hiburan dunia. Ditambah lagi hari ini adalah hari sabtu, waktu yang sangat cocok untuk turis berkeliling di sekitar New York atau beberapa keluarga bahagia pergi untuk menghabiskan waktu mereka bersama.
Mungkin matanya memandang orang-orang itu, namun pikirannya sama sekali tidak. Pikirannya berkecamuk. Di penuhi oleh semua perkataan Justin sekaligus permintaan maafnya pada Kelsey beberapa hari lalu. Ketika Kelsey meminta waktu untuk berpikir, dia benar-benar berpikir, keras. Tapi sebenarnya ia bingung. Sungguh. Ia sendiri tak tahu apa yang harus ia lakukan. Apa yang harus putuskan. Apa yang harus ia pilih. Apa ia sudah siap untuk memaafkan Justin, memberinya kesempatan kedua dan menjalani hidup mereka dari awal lagi?
“Kelsey?” Suara berat yang begitu familiar memasuki gendang telinganya dan menyela pikirannya. Kelsey menoleh, memindahkan pandangannya dari pinggiran kota New York lantas menarik seulas senyum tipis di bibirnya. “Hm?” Gumamnya, yang detik berikutnya di ikuti dengan hembusan napas berat dari Jason.
“You don’t even listening, do you?”
“No—No, I,” Kelsey membenarkan poninya kemudian membantah. “I do listening.”
“Then what did I say before?” Tanyanya sembari menoleh dan memberikan Kelsey mimik serius di wajahnya, yang seketika membuat Kelsey mati kutu di tempatnya.
Ia berdeham lalu tertawa gugup. “You say about uh—about, well you know…” Kelsey memutar matanya ke kiri, mencoba mengingat sederetan kata yang di katakan oleh Jason. Namun semua usahanya tidak berhasil apa-apa, karena ia sama sekali tak mendengar ocehan Jason. “Okay I didn’t.” Ia menunduk malu, lalu memainkan jemari tangannya.
Jason Mccan menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. “I know you were day dreaming,” Ujarnya lantas memutar kemudi ke arah kiri, memasuki blok rumah Kelsey. “Its like, you’re here..beside me. But your soul and mind was flowing around.”
Kelsey mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan. “I’m sorry.”
“Don’t be.” Sergah Jason sambil tersenyum simpul ke arah perempuan yang sedang menunduk untuk beberapa detik lalu memindahkan pandangannya ke arah jalanan daerah rumah Kelsey yang lenggang di depannya. Ia memutar kemudi pada pertigaan jalan lalu mematikan mesin mobilnya tepat di rumah minimalis dengan cat campuran biru muda dan putih yang sudah enam bulan terakhir ia sering kunjungi.
“We’re here.” Ujar Jason yang membuat Kelsey menengadah. Ia menoleh ke luar jendela sebelum akhirnya memiringkan tubuhnya dan kembali memandang Jason yang berada di depannya.
Ia tersenyum manis pada Jason lantas menaruh kedua tangannya pada sabuk pengaman yang masih melekat di tubuhnya. Namun sebelum ia menekan tombol yang berada di sana, tangan Jason meregap siku kanannya dan membuat Kelsey menghentikan aksinya.
Jason tersenyum pada Kelsey, memejamkan kedua matanya lalu mencondongkan tubuhnya ke arah tubuh Kelsey. Gadis yang berada disamping Jason seketika tercekat. Dan detik ketika bibir Jason mulai mendekat, Kelsey segera menolehkan wajahnya lantas bibir Jason mendarat di pipi, mendekati bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
FanfictionHow it feels like if you happened to be Ryan Good's daughter? Yes, Ryan Good yang bekerja sebagai stylist dari seorang popstar yang selalu menjadi center of attention disemua penjuru dunia. And the worst, what it feels like to have to stay with Rya...