- VI -

601 55 5
                                    

Malam ini suasana benar-benar buruk dan tidak mungkin untuk dapat dilupakan begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini suasana benar-benar buruk dan tidak mungkin untuk dapat dilupakan begitu saja. Tidak ada pihak terkait selain kedua orang jika saja satu orang itu tidak membuat suatu kejadian yang menggores.

Udara bertambah menjadi suatu yang mematikan bagi kulit. Malam yang gelap bertambah gelap dengan kejadian ini. Air berwarna merah yang seharusnya berkurang justru bertambah dan menghantarkan luka itu tidak dapat terungkapkan.

Samith, pria itu masih diam tidak mengeluarkan kata apapun. Bibirnya terlihat sedikit putih karena pucat dan hembusan napas mulai tidak dapat dikontrol lagi. Dirinya bahkan masih memeluk seorang wanita, menandakan wanita yang sedang ia peluk dijadikan sebagai sandaran.

Wanita yang telah melukai dirinya ini merupakan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Pria ini masih dapat tersenyum walau darah terus mengalir walau ketidaktahuan melingkupi diri. Baginya ini merupakan hal konyol hanya saja kekonyolan yang cukup seru, dan bagaimana mungkin senyuman konyol itu tidak datang.

Rintikan hujan mulai turun lambat seperti bola salju. Camryn, apa yang dilakukan wanita itu saat ini? Ia hanya diam membisu saat pelukan yang diberikan Samith seperti mencekik dirinya.

Diam dan tetap menangis, memang hanya itu saja yang dapat ia lakukan, wajahnya bahkan sedikit meringis saat tetap merasakan sakit disalah satu sekitar tubuhnya itu.

Wanita yang tersungkur di tanah telah pergi melarikan diri dan Samith memang sengaja membiarkannya pergi. Bukannya pria ini tidak mampu mengejar wanita itu, hanya saja ia sedang tidak ingin menambah konsekuensi terhadap tubuhnya yang sedang terluka ini.

Luka yang dihantarkan oleh hujan sudah membuatnya pusing, dan sepertinya jika tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat mungkin dirinya akan terjatuh tidak sadarkan diri. Sekali lagi Samith mencoba untuk menjadi pria abadi, bahwa luka apapun yang ia dapatkan tidak akan membuat dirinya tumbang dengan mudah.

Saat gerimis masih terus melingkupi pelukan yang belum terlepas ini, Samith samar-samar mengerutkan alisnya saat merasakan sebuah ponsel yang terus bergetar di tangan. Dirinya melirik sejenak siapa yang menghubungi dan dalam beberapa detik kemudian akhirnya ia menerima panggilan itu walau dipenuhi darah di permukaan ponsel berwarna putih itu.

"Datanglah sepu.. luh menit lagi!" Samith mengakhiri panggilan dan ponsel itu terjatuh ke bebatuan kerikil yang cukup banyak di bawah kakinya. Tangannya yang pernah terluka di masa lalu entah kenapa mulai menghantui pikirannya. Dulu tukang jari-jarinya bergetar setiap kali menekan benda, kini jatuhnya benda dengan kasar menandakan sesuatu yang buruk.

Camryn ingin sekali bersuara namun suaranya tertahan, dan ia bertambah bungkam saat mendengar suara ponsel terjatuh. Hatinya saat ini terasa sedikit lega ketika Samith gan perlahan pelukannya.

Kenapa tidak terjadi apapun pada tubuhnya? Bukankah tadi ia merasakan perih pada tubuhnya. Camryn masih mencoba untuk berpikir dan dengan ragu-ragu meraba dirinya sendiri untuk mencari jawaban. Padahal jelas-jelas dirinya merasakan sakit disalah satu bagian tubuhnya, bagaimana mungkin ia masih baik-baik saja.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang