Camryn terlihat begitu mengerikan. Tubuhnya sudah dingin dan rambutnya yang begitu lembut menjadi kaku berantakan. Rambut indah itu sepenuhnya menjadi kusut. Ruangan yang memendam dirinya ini telah menghancurkan keindahan yang su dijaga dengan baik.Meskipun dirinya bukanlah wanita yang modis, tapi ia selalu menjaga kerapian. Hari ini dan entah sampai kapan, kata rapi di dalam diri tidak akan berguna lagi, asalkan bisa bernapas saja sudah banyak bersyukur.
Tangan yang dan kaki yang di rantai terasa kram, wanita ini hampir tidak bisa lagi merasakan keutuhan organ tubuhnya. Disaat keadaan semakin buruk dan bibirnya yang kering menjadi pecah-pecah, saat itulah suara pintu yang rapat berderit.
Samith memicingkan matanya saat baru saja memasuki kamar ini dan melepas kemejanya. Tubuh yang selalu terjaga kini bertelanjang dada dengan bebas. Camryn yang sedari tadi hanya melamun dengan pikiran kosong perlahan mulai menyadari ada perubahan keadaan, dan ia baru sadar ada seseorang yang masuk. Tapi kepalanya terlalu berat untuk mendongak dan melihat orang itu, sehingga dirinya hanya dapat mengandalkan telinga untuk menangkap sejauh mana orang yang masuk itu bertindak.
Wanita ini mencoba melirik pria yang ada di depannya, jarak yang cukup jauh bisa membuat dirinya melihat sekilas wajah dan tubuh kekar pria itu. Hembusan napas pianis ini yang kasar dapat Camryn dengar, pernapasan pria itu terasa begitu banyak amarah yang disimpan. Kapan pria ini berdamai, selalu saja marah-marah.
Camryn dengan perlahan kembali mencoba menegakkan kepala dan memaksa otot-otot lehernya untuk menyangga kepalanya. Di dalam mata yang berat wanita ini dapat melihat pianis itu duduk di kasur hangat yang mewah dan membuka sebuah koper.
Napas buruk yang tadi hanya dimiliki pianis ini entah kenapa menjadi milik dirinya. Camryn bahkan kesulitan bernapas saat melihat koper itu ternyata berisikan suntikan. Benda itu bukan hanya ada satu tapi mungkin ratusan. Terlihat dengan jelas bahwa Waja Samith begitu malas melihat suntikan itu. Mungkin jika dirinya yang menyentuh, bukan hanya malas, tapi juga gemetar. Camryn tidak bisa membayangkan menyentuh benda tajam itu dengan tangan kosong. Dalam kebisuan yang terjaga wanita ini dapat menerka jika pianis itu mungkin bukan hanya malas, tapi juga ada kesan bosan dengan benda itu.
Samith masih tidak bersuara, pria ini hanya menutup koper itu dan melempar secara kasar ke atas tempat tidurnya di sisi lain. Mata pria ini menatap diri wanita yang di rantai itu dan membuatnya kembali memicingkan kedua mata saat memerhatikan wajah sosok di sana.
"Kenapa? Kau ingin mencoba suntikan itu?" tatapan mata wanita itu penuh tanda tanya, meskipun tidak ada kata, tapi pupil mata menjelaskan keingintahuan. Samith menunjukkan senyuman miring menatap Camryn dan membuat wanita itu dengan cepat menggelengkan kepala dengan gerakan lemah. Pianis ini mendesah, ia mulai berdiri dan mendekati wanita itu.
Langkahnya selalu sama, bagi Camryn telapak kaki Samith seperti atom yang kapan saja siap meledak dan menghancurkan dirinya. Pria itu terlihat bertambah mengerikan dengan luka di perutnya yang masih di perban, dan wanita ini berhenti bernapas saat pianis gila ini berdiri di hadapannya, lalu berjongkok dan tiba-tiba menyentuh tubuhnya yang masih setengah telanjang. Tangan bangsat ini dengan kurang ajar memainkan kedua puting nya yang sudah mencuat keluar dari bra karena tegang kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pianist Say Good Bye √
Storie d'amoreSamith Honours, adalah seorang pianis dan Bos Besar muda, dengan sifat angkuh, seangkuh tuts piano menghantarkan setiap nada. Dia sudah lama menghilang semenjak perencanaan brutal orang-orang atas pembedahan otaknya secara paksa tanpa dia sendiri ta...