-L-

293 30 12
                                    

Musim semi di sore hari sangat menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim semi di sore hari sangat menyenangkan. Rindangnya daun-daun yang terus bergerak memberikan kabar bahwa udara sangat segar. Tanah yang subur memberitahukan bahwa kelembaban yang begitu menyejukkan. Bahkan rumput-rumput kecil yang terinjak seperti memberitahukan tidak ada teriknya matahari yang terlalu menyengat. Ranting kayu yang berjatuhan terus terpatahkan karena terinjak oleh sepasang kaki yang jenjang yang melangkah dengan perlahan. Jum'at sore sangat menyenangkan, seperti itu mungkin yang ada di dalam pikiran pianis ini saat sedang berjalan menuju taman kota Napa yang sepi.

Langit yang mendung itu tidak terlalu berwarna keruh dan ada kemungkinan hari ini tidak akan turun hujan. Samith berjalan dengan sangat perlahan, memasang wajah dengan ekspresi tenang. Matanya selalu melihat tanaman yang tumbuh disisi-sisinya yang memiliki warna dan jenis yang berbeda ukuran.

Matanya yang tenang melihat berbagai ikan yang juga berwarna-warni terdapat di kolam dekat dengan batu itu di bawah jembatan taman itu. Lensanya yang jernih dan tajam juga menemukan pemandangan lain, yaitu daun-daun yang kering terbang terbawa angin.

Di taman ini tidak ada yang membosankan, sekalipun hanya sebuah kursi yang kesepian. Kursi itu berbentuk tabung yang terbuat dari batang pohon yang telah di pahat, siapa saja yang melihatnya pasti akan merasakan seperti sedang berada di hutan. Taman ini memang indah dengan segala pesona alam, tapi tetap tidak memiliki makna kesombongan meskipun ada kesan mewah.

Ada banyak yang bisa dibanggakan dari semua pemandangan yang ada di sini, tapi tidak bagi pria itu. Matanya yang terbuka terlihat sempurna untuk menangkap warna, tapi jelas lensanya seakan tertutup seakan kegelapan telah menjadi tirai yang tertutup di pupil matanya.

Tapi meskipun tidak ada gairah untuk melihat semua ini, pria itu tetap memandangi apa yang ada. Matanya yang terbuka menyadari ada tanah subur yang ada di bawahnya ini terasa lembab. Sepertinya semalam hujan hingga tanah itu lapuk. Untung saja tidak menimbulkan kubakan, atau pria ini akan kesulitan terlihat sempurna.

Samith berjongkok sejenak mengambil satu bunga yang jatuh dari pohon di atasnya. Bunga yang memiliki lima kelopa yang segar. Bunga ini mungkin tidak dapat bertahan di tempat tinggalnya dan memutuskan untuk pergi. Apakah dirinya seperti bunga ini? Apakah seharusnya ia pergi saja walaupun akan ada kubakan yang menerpa diri?

Tidak! Sial! Membayangkan dirinya menyerah bukan hal yang menyenangkan. Pianis itu tidak sedikitpun memiliki pikiran macam itu, walaupun godaan untuk menyerah sering kali datang, tapi dirinya masih waras untuk menjadi lemah.

Dalam genggaman yang renggang pria itu memutar-mutar bunga itu sambil dicabut satu persatu kelopak bunga itu. Pria ini menghancurkan keindahan kelopak bunga sambil melangkah menuju pusat taman yang berada di depan. Taman ini sudah sunyi jika memasuki jam seperti ini, sehingga tidak akan ada yang mengusik diri sekalipun ingin menghancurkan seluruh bunga.

Mereka yang sering datang ke sini menganggap taman ini jika sudah menginjak sore maka akan membosankan. Nyatanya pianis ini dapat tersenyum walaupun tipis, ia bahkan bisa menikmati seisi taman ini di dalam kesunyian.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang