-XIII-

521 50 8
                                    

Malam ini di Kota Napa kembali didatangkan hujan deras dan Samith berencana turun ke dapur mengambil sebotol wine di bar mininya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini di Kota Napa kembali didatangkan hujan deras dan Samith berencana turun ke dapur mengambil sebotol wine di bar mininya. Tapi matanya sedikit memicing ketika melihat para anak buahnya berlutut di lantai dasar. Memang dari tadi sore tadi ia sama sekali tidak keluar kamar, sehingga beberapa hal yang tidak dirinya ketahui membuat ia bingung.

Pianis ini mengalami sakit kepala yang merusak pertahanan diri, sehingga ia memutuskan untuk tertidur dengan suntikan yang selalu bersama diri. Dalam mata yang masih memicing pria ini terus melangkah dan perlahan turun dari lantai dua. Gerakan kaki yang lambat itu entah kenap membuat mereka semua mengeratkan remasan tangan.

Menghukum Camryn dengan sisa tenaga yang ia miliki membuat tubuhnya terkuras, sehingga jalan satu-satunya untuk tetap sehat adalah tidur. Samith harusnya bisa tidur di kamar dengan lebih lama, tapi tetap saja dirinya akan terjaga meskipun bermaksud untuk terlelap lebih lama.

Langkahnya kembali terus terjadi, setiap anak tangga dilewati dengan ritme teratur. Samith menaikkan satu alis saat sudah berada di dasar, dan menarik napas sambil memasukkan beberapa jari ke dalam saku celana.

Mereka yang sedang berlutut sepertinya menyimpan sesuatu, dan pianis ini bertanya-tanya apa itu. Tapi mungkin hanya dirinya yang tidak tahu, karena mereka semua tahu dengan pasti apa alasan yang membawa lutut ditekuk.

Anak buah yang sedang berada di sini sangat tahu apa yang terjadi dengan Camryn di atas sana, wanita tidak tahu apa-apa itu sedang celaka malam ini. Mereka bahkan tahu pianis ini mungkin saja telah mengambil nyawa wanita itu, dan memutuskan untuk memberikan siksaan yang lain.

Tapi apapun yang menjadi alasan mereka melakukan tindakan tolol ini, Samith tidak peduli. Ia justru memilih kembali berjalan santai dan mengabaikan apa yang dilihat. Mereka semua terdiam membisu dan hanya satu wanita yang ternyata selalu memberikan ekspresi berbeda. Ia hanyalah anggota baru, dan siapa sangka ber- yang dikatakan anak baru itu bukan hanya sombong dalam berkata-kata, tapi juga memasang topeng yang memuakkan.

Mungkin mereka yang telah lama bergabung tidak akan tersentak jika hanya sebuah topeng yang ditunjukkan, tapi siapa sangka lagi-lagi wanita berani ini tidak hanya tinggal diam tapi mulutnya mulai menjadi sialan saat aktif bertanya pada pianis itu.

"Bagaimana, Tuan? Apakah dirimu sudah memberikan hukuman pada wanita itu?" ikut campur dalam urusan pribadi adalah zona yang menyebalkan, tapi wanita ini sepertinya tidak pernah peduli. Baginya Fertoe telah menjadi guru selama beberapa Minggu ia tinggal di Napa, dan ia sedikit mengerti bagaimana cara menghadapi Samith.

Biar bagaimanapun Samith adalah darah daging Fertoe, sehingga wanita ini telah belajar banyak dari ayah seorang berengsek. Amber dengan senyum manisnya mulai berjalan, ia dengan angkuh mengabaikan tatapan orang-orang yang tidak senang. Bahkan Robbert yang biasanya orang terdekat Samith ikut tercengang mendengar pertanyaan yang menyudutkan itu.

Samith hanya tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya ke dapur, pria ini selalu menghindari apapun yang bersifat pribadi. Amber memang berani, dan ia akui itu. Tapi jika Amber berpikir bahwa menarik simpati dirinya adalah hal yang mudah, maka wanita ini harus bercermin seribu kali. Karena bagi Samith, terlalu percaya diri akan menyesatkan diri.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang