Ludwing Appassionat.. silakan dengarkan irama gila ini, lalu tutup mata dan resapi, dan dijamin kalian akan merasakan sensasi yang brutal.. gak percaya? Dengarkan sendiri..
♞
Suasana di ruangan konser itu begitu riuh seperti hingar bingarnya di klub malam yang menginjak tengah malam. Tidak ada lampu yang berganti warna, tapi keramaian yang tertata dengan baik begitu memukau. Harum ruangan terasa menyejukkan hati, nyaman sekali.
Siapapun yang berada di sini mereka pasti akan rela membayar mahal. Mungkin tempat ini akan lebih mewah jika dipadukan dengan lampu yang berjumlah ratusan, tapi di sini hanya ada satu warna saja.
Begitu banyak pekikan senang para wanita maupun pria yang antusias menyambut sang idola. Satu meja yang kosong di atas panggung besar menajdi sorotan. Meskipun tanpa adanya lampu yang berkelap-kelip, tapi ricuhnya nada masih terus silih berganti.
Yah, idola yang pasti ditunggu-tunggu, dan sepertinya tidak ada satupun dari mereka yang merasa jengah untuk menunggu. Tidak sedikit dari mereka membawa aksesoris yang bersangkutan dengan idolannya. Seperti poster, tulisan tangan mereka, pin, dan sebagiannya. Ini seperti konser impian seniman yang telah lama hilang. Banyak pula para wartawan menantikan orang ini.
Jika sang idola hilang dalam waktu hitungan hari atau bulan, mungkin antusias yang terjadi tidak akan seperti ini. Tapi hitungan tahun yang terjadi tentu saja membuat keantusiasan tidak dapat dibendung.
Satu jam mungkin sudah berlalu dan pekikan tidak sabar itu semakin menjadi-jadi saat melihat seorang pria yang memiliki tubuh tinggi, tegap, serta memakai kaca mata hitam dengan dilengkapi kemeja putih dan celana jeans simpel biru pudar. Penampilan itu sungguh gagah bahkan saat ditambah dengan sepatu kulit warna hitam.
"Ia datang!!" pekik dari mereka semua saat pria itu berjalan memasuki gedung dan naik ke atas panggung megah itu. Suasana yang semula sempat hening beberapa detik, kini mulai pecah kembali. Sang pembawa acara pun mulai sibuk berbicara pada siaran media dengan siaran secara langsung itu. Bahkan media merasa berguncang saat teriakan dalam gedung konser memejamkan telinga.
Pria itu menarik napas panjang dan tersenyum ramah melepas kaca mata hitam dan menaruhnya di saku celananya. Bersikap tenang adalah salah satu yang dibutuhkan seseorang jika keadaan yang tidak diinginkan kini harus di tempati. Sebenarnya pilihan untuk pergi jauh lebih menyenangkan, dibandingkan bertahan seperti orang bodoh. Tapi dengan cara inilah tujuannya akan tercapai, bersabar sedikit lagi tidak akan merugikan diri.
"Pria itu melambai!! Sial! Ia benar-benar luar biasa! Samith!! Fuck with me, Yeah!" bukan sekadar pekikan kalimat tidak senonoh terhempas dengan lancar. Teriak wanita yang berjumlah sekitar seratus orang lebih itu memejamkan telinga, membuat siapapun yang mendengarkan tidak akan percaya jika ini murni tempat pertunjukan seorang seniman.
Pria bernama Samith Honours itu melambaikan tangannya dan sedikit membungkuk hormat. Lambaian tangan pria itu diarahkan kepada para penggemarnya tanpa ragu atau apapun. Tidak jarang pria itu menyapa dengan kalimatnya yang rendah. Ia bukan mafia, dan anak buah terdekatnya pun akan mengatakan hal seperti itu. Tapi cara berengsek itu mengatur ekspresi wajah, bagaimana mungkin tidak bisa disamakan dengan pimpinan mafia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pianist Say Good Bye √
RomantizmSamith Honours, adalah seorang pianis dan Bos Besar muda, dengan sifat angkuh, seangkuh tuts piano menghantarkan setiap nada. Dia sudah lama menghilang semenjak perencanaan brutal orang-orang atas pembedahan otaknya secara paksa tanpa dia sendiri ta...