-XXXVII-

392 44 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ternyata kehidupan yang dijalani tidak semudah yang ada di benak pianis itu selama ini. Sesuatu yang indah dalam bayangannya ternyata begitu menyentak sesuatu yang ada di dalam hatinya. Beradaptasi merupakan suatu tindakan di mana seseorang harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan keadaan yang baru. Dan beradaptasi itu tidak mudah seperti teori-teori semata. Adaptasi begitu sulit bagi pemula seperti pianis ini Terbiasa hidup dari lahir bergelimang harta, mendengar suara-suara indah, dan tidak pernah membuat telapak tangannya kasar, kini segalanya telah berubah.

Beberapa kali Samith harus susah payah menggerakkan otot-otot lengannya yang keram, jemarinya yang kaku, dan memikirkan sesuatu dengan otaknya yang seakan-akan semakin tumpul. Bahkan telapak tangannya mulai kasar dengan pekerjaan barunya hari ini. Terkadang ada helaan napas berat yang ditanggung, seakan semua yang dilakukan hari ini akan bertahan selamanya. Kadang dirinya ingin berhenti saja, sering kali ia berpikir jika berhenti dari perasaan yang dimiliki adalah sesuatu yang menyenangkan. Tapi seperti sebelumnya, ketika ia ingin berhenti, selalu saja wanita itu akan muncul dalam mimpinya. Bahkan mimpi itu terkadang harus datang bersamaan dengan munculnya Johanna dalam setiap malam.

Memang banyak dosa yang dirinya telah lakukan, tapi Samith tidak pernah berpikir jika semua balasan akan terjadi begitu cepat. Ia bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah, otaknya yang bisa di andalakna dan pengalaman kerja yang luar biasa, tentu saja akan menambah wawasan. Tapi tidak semudah itu jika seseorang dalam keadaan sakit, ada banyak risiko yang harus ditanggung.

Jika saja pria ini bersikap sedikit egois untuk memaksa wanita itu untuk ikut ke New Orleans seperti yang dikatakan pamannya, mungkin keadaan tidak akan sampai seperti ini. Hari ini menjadi malam pertama yang pertama kalinya untuk pianis itu bekerja diuar dari keahlian yang selama ini dimiliki. Ia harus bekerja sesuatu yang sangat menjijikan sebagai pekerja paruh waktu dalam pembuatan gedung bertingkat. Tangannya sering sekali terkena palu dan tergores benda-benda tajam. Bahkan jemarinya terlihat gemetar ia tahan.

Bukan karena rasa malu untuk ia bekerja, tapi entah kenapa dirinya merasa semua ini terasa omong kosong. Cinta seperti apa yang dimiliki wanita itu padanya, kenapa seperti kebohongan setiap kali dirinya menjalani hidup. Samith ingin percaya pada wanita itu sepenuhnya, dan dalam waktu dua bulan terakhir ini dirinya memang benar-benar percaya. Tapi semakin hari kesulitan yang diterima menjadi sangat melelahkan, terasa penuh omong kosong.

Hari sudah menjelang semakin malam, dan keadaan di rumah ini masih sama seperti beberapa waktu lalu. Tidak ada perubahan walaupun sebenarnya mereka berdua bisa sjaa membeli sesuatu untuk menambah perabotan rumah tangga.

"Kenapa dengan tanganmu?" dan ini juga menjadi kali pertama untuk wanita itu bertanya tantang perubahan fisik yang dirinya alami. Camryn terlihat khawatir dan menghampiri Samith yang sepertinya terus melihat telapak tangannya yang ternyata sudah tidak lembut seperti dulu lagi.

Di sana kondisi telapak tangan yang sempurna telah cacat seperti telah menjadi si buruk rupa. Painis ini hanya tersenyum dan mengusap wajah cantik kekasihnya. Menikah di kota ini tidak mahal, mereka bisa saja menikah meskipun tidak ada pesta. Tapi wanita ini selalu menolak dengan alasan mengumpulkan modal terlebih dahulu l. Sudah dua Minggu dirinya bertahan dari pekerjaan itu. Uang simpanannya sudah menipis karena harus kemotrapi kandungan wanita ini yang lemah.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang