-LIV-

328 28 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hi Peter! oh, I'm surprised you actually came to Napa. I don't think you will want to come here." Semenjak ada banyak sekali masalah yang terjadi, pertemuan yang dulu sering dilakukan menjadi hanya sekadar komunikasi belaka melalui jaringan ponsel. Samith yang sepertinya sudah tampak lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya merasa benar-benar seperti kejutan melihat sepupunya berada di Napa.

Peter yang merupakan kakak sepupu pianis ini tersenyum manis memerlihatkan bibirnya yang cukup tebal dan memiliki garis kecil disisi-sisi sudut bibirnya. Ketika pria itu tersenyum maka akan membentuk sebuah lesung pipi kecil. Hubungan mereka begitu baik, layaknya sepupu pada umumnya. Meskipun Peter lebih sering memarahi Samith jika salah, tapi kemarahan pria itu tidak sebanding dengan kejamnya Johanna di masa lalu.

Mata biru Peter sangat damai menatap Samith yang sudah beberapa tahun tidak ia kunjungi. Karena biasanya jika mereka bertemu pianis ini yang selalu menghampirinya. Peter ingat terakhir ia mengunjungi Samith adalah ketika pianis ini berusia belasan tahun. Bukan karena ia tidak memiliki dana untuk tidak mengunjungi pianis ini, hanya saja selama ini Samith selalu yang mengunjungi dirinya jika perlu sesuatu di Paris.

Dan lagi pula waktu yang sempit membuat mereka hanya melakukan sebatas komunikasi selama beberapa bulan ini, sehingga tidak masalah ia sesekali yang mengunjungi bukan dikunjungi.

Saat kali pertama mengunjungi pianis ini di New Orleans, Pater Ketika itu mengajari Samith ilmu psikologi sekaligus kemahiran bisnis untuk bermain curang, pertemuan di usia belasan tahun waktu itu bukan untuk bersenang-senang seperti remaja pada umumnya. Samith begitu ahli dalam kurun waktu delapan bulan. Kecerdasan Johanna dan Fertoe menurun pada diri pianis itu. Peter tahu hubungan Samith dan Fertoe tidak baik, karena itu setiap kali mereka berbincang di telpon maka pria itu akan menghindari pembahasan yang sensitif.

Semenjak itu hanya pianis itu yang mengunjungi dirinya. Dan ini kali pertama setelah bertahun-tahun ia sendiri yang mengunjungi pianis ini ketika membutuhkan bantuan. Mungkin bagi Peter kondisi Samith saat ini sedang genting, sehingga ia rela mengunjungi pianis itu setelah beberapa bulan mereka berdua hanya komunikasi melalui ponsel.

Jarang bertemu secara langsung bukan berarti Peter tidak tahu sifat Samith, pria ini cukup hafal apa saja yang disenangi dan dibenci adik sepupunya ini. Walaupun hubungan mereka lebih seperti rekan bisnis yang akrab, tapi darah tidak bisa membohongi kesamaan sifat.

Peter menyeruput kopi miliknya dengan tenang, dan ia memilih duduk di sofa sambil membuka bungkus makanan ringan berupa kacang telur. Ini bukan waktu yang tepat untuk makan berserat, jadi jenuh makanan ringan seperti ini bagi pria ini cocok di penghujung musim semi.

"Yup.. Awalnya aku berpikir rasanya begitu malas berkunjung ke rumah tuan besar seperti dirimu." Gurauan terdengar di sela-sela rahang yang bergerak sambil mengunyah, dan Peter tersenyum sambil menuang kacang telur itu di toples kaca bening.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang