Hari ini terasa jelas sekali perubahan yang ada. Bukan hanya karena sebuah rencana yang telah tersusun sempurna, tapi mungkin juga karena udara yang tidak seperti biasanya.
Tidak banyak aktivitas yang dilakukan hari ini, hanya tentang kata-kata yang lebih sedikit dari biasanya. Diri telah memutuskan untuk apa yang terjadi, jadi kenapa harus banyak bicara di saat yang dibutuhkan jelas adalah tindakan.
"Kau ingin pergi?" tapi rasa sunyi yang baru beberapa waktu dibanggakan menjadi tercemar saat ada pertanyaan. Kalimat milik wanita itu bukan hanya memengaruhi keadaan, tapi juga membuat langkah seorang pria yang sudah siap dengan segalanya memutuskan berhenti saat ingin membuka pintu utama.
Malam ini tidak ada yang spesial, meskipun akan ada tugas yang dihantam, tapi bukan berarti akan ada yang mewah. Pianis itu bahkan hanya memakai jaket hitam dan sarung tangan hitam serta celana jenas hitam dipadu sepatu hitam biasa, semua penuh dengan kepekatan, dan mungkin sama dengan dengkusan yang ia berikan saat telinganya mendapatkan pertanyaan.
Pianis ini yang memakai topi hitam dalam penampilannya sengaja tidak menoleh, ia ingin segera berlalu. Tapi langkahnya tidak bisa pergi dengan mudah saat seorang wanita menahan lengannya. Dan dengan gerakan kasar pianis itu melepaskan sentuhan dengan kasar.
"Ada apa?" terdengar nada enggan dalam sebuah jawaban, dan jelas Samith yakin nadanya terkesan malas untuk berbincang saat ini. Sudah bagus ia tidak mengusir kasar wanita ini tadi siang, dan sekarang dengan berani ikut campur.
"Kau ingin pergi ke mana?" jujur saja pertanyaan Camryn membuat Samith sangat terganggu, apalagi saat ia mendapatkan ekspresi penuh tanya dari wajah wanita ini. Camryn selalu mencampuri segala yang dilakukannya, sepertinya rasa takut telah sirna dalam dirinya. Samith kembali mengeluarkan dengkusan kasar, untuk kesekian kalinya ia merasa apa yang ditunjukkan wanita ini sangat aneh. Wanita itu sudah seperti seorang istri yang melarang suaminya pergi, kondisi macam apa ini.
Memang bukan kali pertama pianis itu pergi saat malam hari tiba, tapi biasanya pria itu tidak pernah pergi dengan penampilan seperti ini, apalagi dengan sarung tangan hitam. Samith selalu pergi dengan pakaian biasa, dan biasanya juga beberapa Minggu ini ia hanya bekerja di kantor ruang bawah tanah.
Entah kenapa melihat penampilan pria itu membuat dirinya merasa berdebar. Bukan debaran seperti seseorang yang jatuh cinta, lebih seperti rasa takut. Camryn tidak bisa diam saja, meskipun mendapatkan jawaban kasar, ia harus tetap bertanya.
"Apa pedulimu dengan apa yang aku lakukan! Jika kau ingin tetap tinggal di sini diamlah dan jangan banyak tingkah. Aku menghormati privasimu, dan sebaiknya kau juga menjaga sikap denganku." kedatangan kembali wanita ini entah kenapa justru menambah banyak masalah. Ia masih belum menghilangkan rasa kesal karena kecupan di dahi sewaktu di kamar, dan bahkan dirinya juga belum hilang kekesalan akibat kenyataan ada seseorang di dalam perut wanita ini. Dan sekarang sosok sialan ini mencoba mencari masalah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pianist Say Good Bye √
RomanceSamith Honours, adalah seorang pianis dan Bos Besar muda, dengan sifat angkuh, seangkuh tuts piano menghantarkan setiap nada. Dia sudah lama menghilang semenjak perencanaan brutal orang-orang atas pembedahan otaknya secara paksa tanpa dia sendiri ta...