-XV-

477 50 8
                                    

Bobby sedikit tersentak saat melihat perban Samith terlihat penuh dengan darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bobby sedikit tersentak saat melihat perban Samith terlihat penuh dengan darah. Pikirannya mulai menerka bahwa bos-nya itu mungkin saja benar-benar telah membunuh. Tapi tunggu, ia tidak ingin dilukai oleh pianis itu untuk kesekian kalinya, sehingga betapapun dirinya ingin tahu, pria ini memutuskan untuk diam saja.

Pianis itu seharian pergi seorang diri, entah apa yang terjadi. Beberapa jam lamanya kontak diantara mereka terputus, sehingga tidak ada yang bisa dilakukan. Kini tiba-tiba saja pria ini datang dengan terluka, bahkan darah masih kenyal di telapak tangan, bagaimana mungkin Bobby tidak tersentak.

Dengan menghiraukan tatapan anak buahnya, Samith memutuskan untuk masuk dengan santai dan langsung menuju dapur. Terlalu biasa menerima luka membuatnya begitu sombong untuk mengabaikan luka, dan pianis ini benar-benar seperti pria berengsek. Dengan tangan yang masih terluka Samith mengambil satu botol air mineral dingin untuk menghilangkan dahaga, lalu meneguk tanpa mengindahkan tatapan menyebalkan.

Bobby kembali mengernyitkan alis karena biasanya Samith akan berkata-kata walau hanya singkat. Tapi kebisuan pria itu seperti menyimpan banyak arti.

Hari ini rumah terlihat begitu sepi karena Robbert beserta Janne dan Chrystal pergi ke Tokyo untuk mengurus cabang dari TBR's Group. Sedangkan Amber, wanita itu sedang dikirim pinais ini beberapa hari ke China untuk melakukan perjalanan dinas. Kini rasanya bangunan yang mewah tidak memiliki arti selain kata kekosongan, bahkan terlalu sepi seperti tidak berpenghuni. Suara derasnya hujan yang besar tetap saja membawa suasana sepi, mereka berdua sepasang pria tunawicara yang hanya dapat melepaskan napas dan memberikan isyarat tangan.

Samith meletakkan botol dengan perlahan, tangannya yang terluka jujur saja terasa sedikit keram saat menyentuh air dingin. Ini memang bukan luka besar, tapi ketika tangannya sejak awal sudah keram lalu kembali mendapatkan luka tambahan, rasanya pria ini juga ingin melakukan operasi dan pembedahan pada semua jari-jarinya.

Pianis ini memutar kepala, dan mengerutkan alis saat baru menyadari betapa suramnya rumah mewah yang ia miliki. Dulu rumah ini memang sepi tapi keadaan tidak menuju kata suram. Tapi sekarang, saat diri sudah menjadi orang dewasa dan bisa melakukan bisnis, kenapa rasanya semakin hampa.

"Di mana wanita itu?" Samith mendengkus setelah melepaskan kalimatnya, ia kemudian berjalan untuk keluar dari dapur.

Penampilannya sangat berantakan, pria ini terlihat seperti seorang pria yang terdampar di tengah lautan, basah dan begitu kotor. Entah sudah berapa banyak kekacauan yang terjadi selama beberapa jam di luar sana, kenapa rasanya pianis ini seperti baru saja mengalami kecelakaan.

Bobby menarik napas berat dan dihembuskan dengan perlahan. Hal itu mampu didengar oleh pianis ini dan membuat Samith semakin mengerutkan alisnya. Pianis ini tahu bahwa wanita itu masih ada di gudang, hanya saja  gudang di rumah ini bukan hanya satu sehingga ia tidak mengetahui di mana gudang tempat Camryn disandera.

A Pianist Say Good Bye √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang