Seorang gadis cantik sedang berdiri di halte untuk menunggu bus yang akan membawanya pulang. Angin senja sedikit menerbangkan ujung khimar yang dipakai gadis itu. Aluna Ayunia Mayangsari adalah nama gadis cantik itu. Dia di halte ini tak sendiri namun ada seorang pria yang sama sepertinya sedang menunggu bus.
Tak lama dari itu hujanpun datang yang berawal dengan rintik-rintik dan menjadi hujan lebat. Aluna mendekap tubuhnya sendiri sembari mendekap buku didadanya.
"Maaf,itu kertasmu jatuh"Ucap pria itu kepada Aluna namun tetap tak menatap Aluna.
Aluna mendongak lalu melihat kebawah dan ternyata kertas catatannya jatuh dan terkena cipratan air. Aluna meraih kertas itu "Arrgghhh!"Aluna meremas kertas itu lalu memasukkannya kedalam tempat sampah karena memang tulisan dikertas itu sama sekali sudah tak bisa dibaca. "Terima kasih"Ucap Aluna kepada pria yang duduk dikursi mirip dinding dihalte itu. Sedangkan Aluna berdiri.
Pria itu mengangguk lalu tersenyum dan menatap sekilas wajah cantik Aluna sama seperti Aluna. Aluna kembali mendekap bukunya namun tak lama dari itu ponselnya berdering. Aluna langsung merogoh tas ransel berukuran kecilnya dan mengeluarkan benda pipih itu.
Kak Hasna memanggil..
"Assalamu'alaikum,de"
"Wa'alaikumsalam,kak"
"Dimana? Kamu kerumah ya. Umi katanya kangen"
"Ini lagi nunggu bus,kak. Disini hujan. Nanti kalau sempat ya ini sudah mau maghrib"
"Ya udah cepet"
"Isshh.Jemput kenapa,kak. Gak kasian apa ini adenya nunggu bus kehujanan. Jahat banget,bilangin mas Hasan tau tasa"
"Bilangin aja sana kakak gak takut"
"Terserah. Assalamu'alaikum"Aluna mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Aluna berdecak kesal "Ck! Menyebalkan!" Dia mendial nomor Hasan,kakak tertuanya sedangkan Hasna adalah kakak keduanya dan dirinya sendiri anak ketiga sekaligus terakhir.Hasan dan Hasna adalah saudara kembar.
"Assalamu'alaikum,mas"
"Wa'alaikumsalam,sayang"
"Mas,Aluna belum ke kossan"
Pria itu mendongak saat Aluna menyebutkan namanya. Nama yang indah,seperti wajahnya.Batin pria itu.
"Ya Allah kenapa bisa?"
"Gak ada yang jemput. Temen Aluna udah duluan terus busnya gak ada yang lewat ke halte. Kak Hasna juga gak jemput Aluna. Aluna takut mas ini sudah hampir malam. Aluna takut" ucap Aluna yang kini mulai terisak.
"Astagfirullah,Hasna kemana? Ya udah kamu dimana sekarang?"
"Kak Hasna gak mau jemput katanya. Mas Hasan dimana Aluna takut"
"Mas dikantor sebenarnya sebentar lagi ada meeting tapi tak apa mas akan kesana. Kamu dimana Aluna"
"Kalau mas ada meeting tak usah jemput Aluna bisa sendiri. Assalamu'alaikum" Aluna mematikan sambungan teleponnya. Lalu duduk disamping pria yang tadi memberitahunya. Dia menutup wajahnya dan kembali menangis.
"Kau kenapa Aluna?"Tanya pria itu. Aluna kaget saat pria itu menyebut namanya. Aluna membuka wajahnya yang tadi ditutupi kedua telapak tangannya. Dia sekilas menatap pria itu lalu kembali menatap lurus sembari terus terisak.
"Mengapa kau tau namaku? Padahal aku sama sekali tidak mengenalmu"ucap Aluna disela isakannya.
Pria itu terkekeh "Kalau begitu perkenalkan namaku Devano Arkana Hendrawan. Panggil saja Arkan atau terserah kau. Tapi aku harap kau memanggilku Arkan saja jangan yang lain"
"Aku tak ingin tau namamu sayangnya"ucap Aluna dengan ketus.
Pria bernama Devano itu mengerutkan keningnya. "Tapi kau sudah mendengar namaku barusan bukan. Jadi biarkanlah"
Aluna mendelik kesal "Terserah kau saja aku tak peduli"
"Namamu Aluna kan?"
"Tak perlu tau. Pergi kau aku ingin sendiri!"Ucap Aluna sedikit berteriak.
Devano tersenyum miring "Bukankah kau takut sendiri disini?"
Aluna menelan salivanya pelan "A..Akan lebih takut lagi jika kau berada disampingku jadi pergi lah" Jangan pergi ku mohon aku takut,setidaknya sampai ada bus atau siapapun yang menjemputku.batinnya.
"Baiklah aku akan tetap disini menemanimu"ucap Devano dengan santai.
Aluna menatap Devano sekilas lalu kembali menatap lurus"Kau menyebalkan aku menyuruhmu untuk pergi bukan untuk menemani"
Devano tertawa pelan "Hatimu berbicara agar aku tak pergi setidaknya sampai seseorang menjemputmu bukan begitu,Aluna?"
Aluna membulatkan matanya "Ah tidak aku tidak mengatakannya kau percaya diri sekali bahwa aku menginginkan kau menemaniku"
Devano kembali tersenyum miring "Gengsi wanita memang sangatlah tinggi"
Aluna memutar bola matanya "Terserah apa katamu. Aku berharap kau tak lagi menggangguku setelah ini kau menyebalkan dan akan selamanya menyebalkan. Aku membencimu"
Devano yang tadinya ingin berbicara mengurungkan niatnya karena sebuah mobil berhenti dan keluar. Aluna menatap mobil yang sangat dia kenali lalu berlari memeluk sang pemilik mobil yang baru saja keluar menggunakan pakaian formalnya.
"De,maaf"ucap Hasan
Aluna terus memeluk Hasan. "Mas Hasan Aluna ingin pulang"
"Ya sudah ayo,sayang"
Devano menatap kedepan tepatnya pada pria yang ia tau dia adalah kakaknya Aluna.
Aluna masuk kedalam mobil Hasan diikuti Hasan. Devano tersenyum "Sepertinya aku tertarik padamu,Aluna"gumamnya lirih.
Devano memejamkan matanya lalu mengusap wajahnya "Astaghfirullah. Maaf ya Allah". Devano menggelengkan kepalanya.
Devano melangkahkan kakinya menuju mobil yang sudah datang bersama sopirnya. Lebih tepatnya mobilnya dan juga sopir pribadinya. Diapun masuk dikursi penumpang dan duduk disana.
"Mas,Aluna kerumah aja ya. Aluna rindu umi dan abi"ucap Aluna kepada Hasan yang sedang melajukan mobilnya.
Hasan tersenyum "Iya,de"
Beberapa menit kemudian Aluna dan Hasan sampai di rumah orang tuanya. Tadi mereka sudah sempat sholat maghrib di mesjid. Aluna dan Hasanpun masuk kedalam rumah sambil mengucap salam.
Aluna menyalami umi dan abinya yang sedang duduk disofa ruang tamu. Aluna memeluk uminya lalu mencium pipi uminya lalu beralih kepada abinya.
"Aluna rindu kalian"ucap Aluna
Abi terkekeh "Kalau suka merindu ya jangan ngekos,nak"
"Tapi kan jarak rumah sama kampusnya jauh,Abi. Bisa-bisa Aluna terlambat setiap hari"
Semua terkekeh dengan wajah polos Aluna. Hasna menghampiri keluarganya dan seketika raut wajah Aluna benar benar berubah. "Kau! Aku membencimu,sangat membencimu"
Hasna tertawa mendengar ucapan adiknya ini. "Tak akan rugi jika kau membenciku"
"Sshhh sudah-sudah kalian ini kalau bertemu terus saja berantem kapan akurnya coba?"ucap Hasan
Aluna dan Hasnapun diam ketika Hasan berbicara. Hasan memang tegas kepada adik adiknya dan itu sebabnya mereka tak berkutik lagi jika Hasan sudah mengeluarkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...