Keesokan harinya Aluna dan Vina berangkat bersama dan datang ke kantor tepat pada waktunya.
Aluna langsung masuk kedalam ruangannya karena memang benar-benar harus segera menyelesaikan pekerjaan yang kemarin tertunda. Pukul sepuluh pagi Aluna sudah siap dengan berkas yang berisi laporannya yang harus diberikan kepada Devano.
Sejak pagi Devano memang tak menghubungi Aluna dan itu sangat tak biasanya dia seperti itu bahkan Alunapun heran. Aluna masuk kedalam lift dan menekan tombol 20.
Beberapa saat lift itu berhenti di lantai 20,lantai ini memang sangat sepi karena memang hanya diperuntukkan untuk Devano dan sekretarisnya saja dan untuk karyawan lain mereka dilantai lain.
Aluna tersenyum kepada sekretaris Devano dan sekretaris itupun tersenyum "Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu,mba?"ucap sekretaris itu.
"Selamat pagi,emm panggil saya Aluna saja rasanya aneh jika saya dipanggil mba" ucap Aluna dibarengi dengan kekehan khasnya.
Sekretaris itu sedikit terkekeh "Baiklah"
"Oh iya Van-ehh maksud saya apa bapak Arkan ada?"
"Oh maaf beliau sedang tidak masuk hari ini,apa ada pesan yang ingin disampaikan?"ucap sekretaris cantik nan muda itu.
Aluna mengerutkan keningnya. Vano,pagi ini kau banyak membuatku heran. Kau kemana.
"Aluna... Apa ada yang ingin disampaikan?"
Aluna tersadar dari lamunannya,dia berdeham "Oh ini,saya ingin menyerahkan hasil laporan ini kepada beliau"
"Oh baiklah akan saya sampaikan nanti"
Aluna tersenyum sangat tipis "Baiklah terima kasih,saya permisi Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Diperjalanan menuju ruangannya Aluna terus saja memikirkan apa yang terjadi dengan Devano hingga dia tak fokus berjalan dan sesekali menabrak seseorang untung saja mereka hormat kepada Aluna kalau tidak pasti pagi ini Aluna akan mendapat banyak masalah.
Aluna sudah duduk dikursi kebesarannya dia mendial nomor Devano dengan tanpa ragu.
"Assalamu'alaikum,Aluna"
"Wa'alaikumsalam. Vano laporannya sudah kuberikan kepada sekretarismu"
"Oh baiklah terima kasih"
Aluna mengerutkan keningnya mendengar suara Devano tak seperti biasanya,Suara Devano lemah juga serak. "Vano,apa kau baik-baik saja?"
Devano terkekeh lemah "Alhamdulillah aku baik-baik saja. Kau rindu padaku ya? Sampai-sampai kau meneleponku dijam kerja seperti ini"
"Vano ih aku serius,kau kenapa?"
"Aku baik-baik saja,Aluna. Jangan khawatir"
"Tapi pagi ini kau sangat tak seperti biasanya"
"Ya. Itu artinya kau rindu karena kau tak mengirim pesan tadi pagi. Maaf aku lupa"
"Bukan itu tapi..., Ah sudahlah tak penting. Aku ingin bekerja dulu. Assalamu'alaikum"Aluna langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu Devano menjawab teleponnya karena dia malu sekaligus cemas.
Aluna mendial nomor Shana dan dengan cepat Shanapun mengangkatnya. "Tha,Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam,May. Ada apa?"
"Kau dimana?"
"Dirumah,Kak Arkan sakit jadi aku tak masuk kuliah kasian tak ada yang menemaninya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualitéHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...