"Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda: Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya; maka pilihlah yang beragama"
(HR. Muslim dan Tirmidzi).Aluna hari ini sudah sangat cantik dengan balutan gaun pengantin syar'i yang dia pakai. Ya,hari ini adalah hari pernikahan Aluna dan Devano. Memang dua minggu berjalan begitu pesat.
Aluna duduk disebuah ruangan digedung mewah yang disewa Devano ditemani dengan kakaknya,Hasna.
Aluna menatap pantulan dirinya dicermin,tangannya begitu erat menggenggam tangan Hasna. "Tenang kali,de. Bakalan lancar kok"
Aluna tersenyum tipis "Demi apapun ini aku gugup banget"
"Udah biasa,kakak juga kemarin kayak kamu"
Aluna mengangguk dan melepaskan genggamannya. Aluna kali ini hanya dengan make up yang seperti biasa tak berlebihan atau apapun bahkan tak terlihat memakai apapun namun tetap terlihat sangat cantik.
"Qobiltu Nikahahaa wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi,Wallahu Waliyut Taufiq"ucap Devano dengan lantang dan satu tarikan napas. Kata Alhamdulillah dari semua orang menandakan Devano sudah sah menjadi suami Aluna. Devano mengusap wajahnya pelan seraya mengucap syukur dan hamdalah didalam hatinya.
Aluna tersenyum dan memeluk Hasna dirungannya "Selamat,de. Kamu sudah sah"ucap Hasna yang menyeka air matanya karena terharu adik satu-satunya sudah menikah.
Aluna tersenyum dan juga menyeka air matanya sendiri "Terima kasih"
"Assalamu'alaikum"ucap Devano yang sudah berada dibelakang Aluna.
Aluna membalikkan tubuhnya seraya tersenyum. Hasna pergi begitu saja karena merasa tak ingin mengganggu. Aluna mencium punggung tangan Devano dan Devano mencium dahi Aluna. Lalu meletakkan telapak tangan kanannya diubun-ubun Aluna dan tangan kirinya dia tangkupkan didepan dadanya. "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepadamu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya"
Devano menggenggam kedua tangan Aluna dan dia menengadahkan wajah Aluna agar menatapnya,Aluna memejamkan matanya karena jujur saja dia masih gugup. Ini kali pertamanya dia disentuh oleh pria lain selain kakaknya dan abinya,meskipun dulu memang ada menyentuhkan tapi bagaimanapun itu musibah bukan keinginan Aluna.
"Hey kau kenapa memejamkan matamu?"
Aluna kembali menundukkan wajahnya. Devano terkekeh dan mengelus bahu Aluna "Aku mengerti tapi biasakanlah menatapku"
Aluna kembali mendongak dan dengan ragu dia menatap Devano. Devano tersenyum. "Kau cantik,Aluna. Sangat cantik meskipun kau tak memakai make up"
Aluna memerah merona. "Aluna... Bicaralah sesuatu biasanya kau bawel sekali tapi mengapa sekarang kau jadi diam seribu bahasa seperti ini"ucap Devano.
Aluna tersenyum "Apa? Apa yang harus aku katakan,Vano? Aku... Aku sangat bahagia dan aku tak tahu apa yang harus aku katakan"
Devano tersenyum dan membawa tubuh Aluna kedalam dekapannya. "Terima kasih. Terima kasih,Aluna"
"Untuk apa?"
"Karena kau telah bersedia menjadi pacar halalku"ucap Devano yang masih mendekap tubuh Aluna.
Aluna terkekeh lalu kembali tersenyum "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih yang Allah hendaki untuk bersanding denganku. Aku bukanlah wanita yang sempurna namun izinkan aku mencintaimu seperti Fatimah Azzahra yang mencintai Ali bin Abi Thalib"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualitéHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...