Seorang dokter keluar dari ruangan pemeriksaan Aluna dan dia mengatakan bahwa Aluna hanya butuh istirahat dan jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat,meski begitu Aluna tetap harus dirawat untuk satu atau dua hari kedepan.
Kini Aluna sudah dipindahkan keruangan rawatnya dan dia masih belum siuman.Tentunya Hasan dan Syauqi ada diruangan tersebut.
Beberapa menit kemudian Aluna mulai membuka matanya dan siuman. Aluna mengedarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan itu karena merasa tak mengenalinya.
"Alhamdulillah kau sudah siuman,de"ucap Hasan.
Aluna tersenyum kepada Hasan."Mas,kita dirumah sakit ya?"
Hasan mengangguk dan Aluna menghela napas. Mas Hasan akan menghindarkan aku dari Vano. Ya Allah jangan.Batinnya.Meskipun masih terasa luka bagaimana Devano membentaknya tadi siang namun dia tetap tak ingin jika harus dipisahkan,ini juga salahnya sendiri yang memilih pergi ke apartemen.
"Kak Syauqi,kak Ainun bagaimana? Apa dia baik-baik saja?"
Syauqi menghela napas "Sudahlah,Aluna jangan seperti ini. Kau sendiri mungkin tahu dalang dibalik semua ini siapa.Maafkan Ainun,Aluna aku merasa malu"
Aluna mengalihkan pandangannya "Benar kata orang memang cinta membutakan,meskipun tak seluruhnya.Tapi aku sadar bahwa istilah cinta buta itu ada. Istrimu dan Devano sama saja,sama-sama dibutakan oleh cinta masa lalu"gumamnya.
"Mulai sekarang kau harus jauhi Arkan,de"ucap Hasan tiba-tiba.
Benar saja.Batin Aluna. Aluna berkaca-kaca "Mengapa,mas? Dia bukan temanku tapi suamiku,aku tak bisa meninggalkan dia begitu saja. Kami masih sah"
Hasan menghela napas "Dia tak bertanggung jawab,sayang"
"Di-"ucapan Aluna terhenti saat ponselnya bergetar dan dengan cepat dia melihat siapa yang menelepon.
"Arkan? Jangan diangkat!"
Aluna menggelengkan kepalanya. Yang menelepon bukanlah Devano melainkan Marcel. Marcel melakukan video call kepada Aluna.
Aluna menggeser layar ponselnya lalu tersenyum dan sedikit menatap Marcel lalu menatap kearah lain.
"Assalamu'alaikum,adik pandaku"
Aluna berusaha terkekeh meskipun sulit dan akhirnya terdengar aneh oleh siapapun yang mendengarnya. "Ih,Cel. Kau ini. Wa'alaikumsalam. Aku bukan panda"
Marcel tertawa"Eh itu kok bukan kantor ya? Kau dimana?"
"Dirumah sakit"
"Apa? Kau sakit,Aluna? Sakit apa?"
Aluna menghela napas.Dia tak suka pria lain perhatian kepadanya,yang dia inginkan hanyalah Devano,abinya dan Hasan itupun sudah lebih dari cukup jika dia menginginkan perhatian dari pria. "Van-maaf maksudku Marcel,sudahlah aku tak apa jangan perhatikan aku seperti itu. Oh iya aku ingin bicara,datanglah kemari. Sekarang kalau bisa"
"Apa sih yang tidak bisa untukmu,adik pandaku"
Aluna mengerucutkan bibirnya "Marcel....."
Marcel tertawa "Iya maaf. Emm kau kirimkan alamat rumah sakitnya ya"
"Ya sudah. Assalamu'alaikum" Aluna mematikan sambungan teleponnya lalu mulai mengetikkan alamat kepada Marcel namun sebelumnya dia bertanya terlebih dahulu kepada Hasan karena dia sendiri tak tahu berada dirumah sakit mana.
"Mas keluar dulu ya,de. Qi, ikut aku kau tak baik disini hanya berdua"
Aluna mengangguk dan Hasanpun melenggang keluar bersama Syauqi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...