SenjaBersamamu [8]

12.9K 776 12
                                    

Tiga hari telah terlewati dan benar saja Devano tak pernah menghubungi Aluna lagi bahkan merecoki kehidupan Aluna seperti biasapun tidak. Dan jujur Aluna sangat merindukannya.

Sidang skripsi Aluna akan diadakan empat hari lagi dan kini Aluna tengah berada diapartemennya karena tadi pagi dia baru dari kampusnya.

Aluna menatap layar ponselnya. Aluna mengerucutkan bibirnya "Dia online tapi tidak memberiku pesan,aku rindu,Vano!"

Ponselnya berdering karena Shana meneleponnya "Yang kuharapkan menelepon itu kakakmu bukan kau,Anastha" Aluna pun menggeser layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum. Ada apa,Tha?"

"Wa'alaikumsalam. Mayang kau dimana? Temani aku dirumah,hari ini aku tidak kekampus"

"Kau tidak pergi ke kampus? Mengapa ada apa denganmu bahkan sekarang kau seharusnya ada dikelas,dan... Suaramu mengapa serak seperti itu hmm?"

"Aku sedang tidak enak badan,may. Datang ya?"

"Aku datang sekarang tunggulah"

"Aaaa terima kasih kau memang sahabatku sekaligu kak-errr maksudnya sudah kuanggap kakak bagiku"

"Kita masih seusia ingat? Jangan menganggapku sudah tua"

Shana terkekeh lemah "ya terserah. Baiklah aku tunggu ya,hati-hati Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Alunapun mengganti pakaiannya menjadi gamis berwarna navy dengan khimar yang senada lalu memasukkan ponselnya kedalam tas selempangnya diapun melenggang pergi dengan tak lupa mengunci pintu.

Aluna kini tengah berada didalam taksi menuju kerumah Devano,tepatnya untuk bertemu dengan Shana bukan Devano namun Aluna berharap semoga bertemu.

Satu jam sudah terlewati kini Aluna tengah berjalan dipelatatan rumah Devano. Aluna menekan tombol bel dan pintu terbuka menampilkan seorang pelayan paruh baya"Selamat pagi,nona Aluna. Ingin bertemu nona Shana?"

Aluna tersenyum lalu mencium punggung tangan pelayan itu. Aluna memang seperti itu meskipun orang itu tidak terlalu dikenalnya namun dia tetap harus menghormatinya "Oh iya,Aluna sakit?"

Pelayan itu menghela napas "Iya,nona. Dari malam nona Shana tidak mau makan meskipun tuan muda sudah memaksanya justru nona Shana malah menangis"

Aluna tercengang mendengar Shana menangis. "Saya boleh masuk?"

Pelayan itu menepuk dahinya "Saya lupa,silahkan masuk,nona"

Aluna tersenyum dan mengangguk lantas melangkahkan kakinya lebih masuk kedalam rumah bak sebuah mansion itu.Aluna diantar kekamar Shana dan jantung Aluna berdetak lebih cepat akan apa yang dilihatnya.

"Mayang! Kau sudah tiba"ucap Shana sedikit berteriak kegirangan dan otomatis Devano dengan seorang gadis cantik yang memakai pakaian kurang bahan itu menoleh.

Aluna menghela napas namun tidak memudarkan senyumannya,bukan untuk Devano melainkan untuk Shana."As..a.. Assalamu'alaikum"ucapnya dengan terbata-bata.

"Tanggung jawab! Dia akan salah paham!"bisik Shana tepat ditelinga Devano. Devano tampak santai

"Wa'alaikumsalam"ucap ketiganya serempak.

Senja Bersamamu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang