SenjaBersamamu [10]

13.8K 717 6
                                    

Aluna menghempaskan tubuhnya,pukul enam tiga puluh dia baru kembali ke apartemennya setelah menghabiskan waktu dengan keluarganya.

Aluna membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya menjadi celana panjang yang longgar berwarna hitam dengan kaus panjang berwarna abu-abu. Rambutnya yang masih basah dibiarkan tergerai dengan handuk yang disampirkan dipunggungnya agar kausnya tidak terkena rambutnya yang basah. Aluna mengeringkan rambutnya lalu tak lama dari itu terdengar adzan isya berkumandang,Alunapun dengan cepat menggelar sejadahnya dan memakai mukenanya lalu melaksanakan salatnya.

"Ya Allah ya Tuhanku. Yang maha pengasih juga maha penyayang. Hamba benar-benar tidak mengerti,pertanyaan mas Hasan tadi sore benar-benar membuatku bingung serta akupun entah harus bahagia atau bagaimana. Jika memang dia sudah mengkhitbahku mengapa dia tak pernah berbicara tentang itu padaku,tapi jika tidak... hambapun ikhlas saja. Tapi... cincin ini. Cincinnya sama dengan yang ku pakai,mungkinkah dia sudah mengkhitbahku? Hamba tidak ingin terus berangan-angan dengannya,Ya Allah. Akhiri semua sandiwara ini dan bukalah kebenarannya ya Allah. Aamiin"

Aluna mengusap wajah seraya mengakhiri do'anya. Kegiatan rutin setelah salat yaitu bermuroja'ah dia lakukan sekarang. Hingga tiga puluh menit dirasa perutnya sangat lapar diapun mengakhiri bacaannya lalu melepaskan mukenanya dan melipatnya.

Dengan cepat dia sudah berada di dapur,dia membuka kulkas dan diterperangah karena tidak ada satu bahan masakanpun yang berada didalam kulkas itu. Aluna membuka rak tempat biasa dia menyimpan mie instan tapi sekedar mie pun tak ada.

Aluna menghela napas,dia benar-benar lupa belanja. Terdengar suara bel apartemennya berbunyi tanpa bertanya atau memikirkan apapun dia langsung saja menuju pintu dan membukanya.

Baik Aluna juga Devano sama-sama membulatkan matanya. Aluna kembali menutup pintunya "Sebentar!!!" Ucap Aluna dengan berteriak. Dia lupa mengenakan khimarnya.

Devano diluar sana terkekeh melihat tingkah Aluna,selain pintar dan cerdas tapi Alunapun terkadang pelupa,itulah yang diketahui Devano selama ini.

"Mengapa aku bisa lupa memakainya. Ini sungguh memalukan!" Gumam Aluna saat berjalan menuju kamarnya. Dengan cepat namun pasti dia meraih khimarnya yang berwarna abu-abu dari lemarinya lalu memakainya. Khimarnya lebar jadi menutupi punggung serta tubuh bagian atas Aluna,cukup membantunya karena jika dia memakai kerudung biasa pasti lekuk tubuh atasnya pasti terlihat. Aluna menatap dirinya dicermin. "Yang terpenting tidak terlihat lekuk tubuhnya" gumamnya lalu dengan cepat dia kembali berlari menuju pintu dan kembali membukanya.

Devano tersenyum tak menatap Aluna melainkan area dalam apartemen Aluna. "Assalamu'alaikum,Aluna"

Aluna menundukkan wajahnya "Wa'alaikumsalam. Ada apa? Vano ini sudah malam mau ku usir lagi hmm?" goda Aluna.

Devano terkejut "Tidak tidak,jangan lagi ku mohon. Lagi pula ini masih pukul setengah delapan"

Aluna tertawa pelan "Ya sudah ada apa,Vano?"

"Ini aku bawakan makanan. Kau lapar bukan?"

Aluna berbinar bahagia lalu meraih paper bag yang digenggam Devano "Sisi pembaca pikiranmu ada manfaatnya untukk,Vano terima kasih"

Devano tersenyum "Bukan dari pikiran,Aluna melainkan hati"

Aluna mendongak lalu kembali menunduk dan tersenyum "Baiklah lalu ada apa lagi kau masih disini?"

"Boleh aku masuk dulu?"

Aluna membulatkan matanya "Tidak. Tidak boleh didalam hanya ada aku,Vano jadi kau pulang saja"

"Aku bersama Aaron,Aluna. Jadi boleh ya?"

"Ini sudah malam,Vano"itu sebenarnya hanya alasan Aluna karena dia takut,entah kenapa dia takut. Bukan tidak percaya kepada Devano,melainkan berjaga-jaga karena orang terdekatpun bisa berbuat curang untuk apa yang ingin mereka dapatkan.

Senja Bersamamu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang