"Kadang memang sulit jika kita belum bisa seluruhnya melupakan masa lalu.
Setitik kesempatan atau kebetulan bisa merubah segalanya. Entah sekedar rindu atau memang masih mencinta""Vano"Teriak Aluna saat lampu kamar mandi tiba-tiba mati. Dan setahu Aluna dikamarnya tak ada siapapun selain dirinya karena Devanopun pasti masih dimesjid dekat rumah "Vano,tolong. Ini kok lampunya tumben sekali mati"
Hening. Tak ada jawaban dari dalam kamar. Ya Allah,tolong. Batinnya. Aluna berusaha berjalan menuju pintu namun ditengah perjalanan dia menabrak ujung wastafel yang membuatnya meringis kesakitan dan memegangi perutnya dan beberapa menit kemudian dia berhasil membuka pintu kamar mandinya dan ternyata didalam kamarpun masih saja gelap. "Anastha.... Tolong ini gelap sekali"ucapnya karena memang tak ada satu cahayapun yang terlihat dikamarnya ini. Hingga ponselnya menyala diatas kasur itu sangat memudahkan Aluna,Aluna dengan tergesa menghampiri ponselnya dan menerima telepon dari Devano ,ya ternyata Devano yang meneleponnya.
"Assalamu'alaikum,Vano kau dimana kok rumahmu tiba-tiba gelap seperti ini"
"Wa'alaikumsalam,kok bisa? Sekarang kau turun saja ke taman ya,aku tunggu disana. Hati-hati takutnya ditangga kau tak melihat"
"Melihat apa? Apa maksudmu,Vano?"
"Iya maksudku takutnya kau tak melihat anak tangganya dan aku takut kau jatuh"
"Ya sudah,Assalamu'alaikum"
"Iya Wa'alaikumsalam"
Aluna menyalakan blitz diponselnya yang lumayan bisa membantu dia mencari khimarnya dan memakainya karena memang piyama yang dia kenakan sekarang adalah piyama bertangan panjang dan bawahannyapun panjang dan juga tak terlalu tipis jadi dia tak perlu mengenakan jaket atau apapun itu. Aluna dengan hati-hati keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga.
Dan meskipun sulit untuk menuju ke tamab dibelakang rumah Devano namun dia mampu sampai taman itu,dan sama saja tamanpun sangat temaram dan hanya tersinari oleh cahaya bulan yang terhalangi oleh awan.
"Vano"Teriak Aluna saat seseorang menariknya kebelakang sampai-sampai dia hampur terjatuh.
Dan kini Aluna berada entah dimana karena tidak melihat apapun. Namun fokusnya teralihkan ketika mendengar seorang pria yang sangat dia kenali,Devano.berhitung dan berteriak.
"Satu..."
"Dua..."
"Tiga!"
Taman ini berubah menjadi terang dan banyak sekali tumblr lamp yang berkelap kelip dan dihadapan Aluna kini sudah ada beberapa orang,yaitu Devano,Hasan,Hasna dan Rizki,Syauqi dan Ainun juga Shana dan Vina. Aluna mengedarkan pandangannya,orang pertama yang dia tatap adalah Devano lalu ke yang lainnya dan berhenti di Ainun. Aluna memutar bola matanya lalu menatap Devano yang kini tengah memegang sebuah kue ulang tahun dengan lilin angka usia Aluna saat ini namun tak dinyalakan karena memang tidak boleh.
Aluna mengerutkan keningnya. "Selamat hari kelahiran,Al. Barakallah fi umrik. Semoga kau selalu dilingkupi oleh kebaikan dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT.Dan semoga kau menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya"Ucap Devano. Aluna tersenyum dan menutup mulutnya dia sendiri saja tidak ingat dengan hari lahirnya sendiri.
"Selamat hari kelahiran"ucap semua orang.
Aluna tersenyum dan berterima kasih. Hasan memeluknya dan Aluna menangis disana. "Semakin taat kepada suami dan juga jangan tinggalkan kewajibanmu,de"
Aluna mengangguk "Terima kasih,mas"
Lalu berganti menjadi Shana yang memeluknya lalu Hasna dan terakhir Devano. "Terima kasih,Vano"ucap Aluna. Devano tersenyum dan melepaskan pelukannya dan menatap lekat Aluna.
Devano menangkupkan kedua telapak tangannya disisi wajah Alula lalu mencium dahi Aluna "Aku mencintaimu,Aluna Ayunia Mayangsari"
Aluna tersenyum "Aku juga mencintaimu"
Ditempat ini ada dua orang manusia yang merasa terluka dan sangat sesak,yaitu Syauqi dan Ainun,Ainun yang sakit karena Devano dan Syauqi yang sakit karena Aluna. Benar-benar rumit.
Shana menyerahkan kue kepada Aluna agar Aluna memotongnya dan Alunapun melakukannya,orang pertama yang dia suapi adalah Devano,lalu Hasan dan Hasna dan terakhir Shana karena yang lain sangat tidak mungkin.
Aluna tersenyum dan menyeka air matanya "Terima kasih untuk kalian,Vano,mas Hasan,kak Hasna,Anastha,kak Rizki,kak... Syauqi dan kak Ainun. Terima kasih"
Semua tersenyum dan mengangguk Aluna memeluk Hasan erat seolah dadanya kembali sesak entah kenapa karena tiba-tiba.
Merekapun terlibat obrolan yang sangat hangat. Hingga Aluna merasa terluka saat Ainun jatuh dan Devano yang membantu,Devano menyentuh gadis lain.
Hasna dan Shana berada disamping Aluna berdiri mereka mengusap punggung Aluna bersamaan berharap Aluna tenang. Karena Hasna dan Shana sudah tahu masalah Aluna dan Devano. Hanya mereka dan sahabatnya yang lain yang tahu tidak seluruh keluarganya. Aluna menghela napas dan memejamkan matanya,setetes air mata kembali jatuh namun dengan cepat Aluna menyekanya.
Hasan dan Rizki berdeham bersamaan merasakan kejanggalan dari Ainun dan Devano. Devano melepaskan cekalannya dari lengan Ainun dan tersenyum kepadanya lalu melenggang berkumpul dengan yang lain.
Pukul sembilan malam seluruhnya memutuskan untuk pulang dan kini Aluna masuk kedalam rumah dan menaiki anak tangga dengan tergesa hingga dia sempat jatuh ditangga dan untung saja tak terjadi apapun. Tentunya Devano yang berada dibelakang jauh dari Aluna masih bisa melihat itu.
Aluna membuka khimarnya dan merebahkan tubuhnya namun kini dia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Devano datang dan menutup pintu lalu duduk disamping Aluna. Aluna kini kembali menangis namun seolah menangis dalam diam hingga tak ada suara yang terdengar.
Devano turun dari kasurnya dan mengganti pakaiannya karena kini dia masih memakai baju koko serta sarung karena tadi selepas salat isya dimesjid dia langsung menyiapkan segalanya. Lalu setelahnya merebahkan tubuhnya disamping Aluna dan Devano membawa Aluna kedalam dekapannya dan kini mereka berhadapan. Aluna mulai mengeluarkan suara tangisnya karena merasa tak tahan.
"Aluna... Sayang"suara Devano menjadi serak,dia berucap lirih. Devano menarik selimut yang menutupi wajah Aluna dan kini Aluna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Kau menangis lagi. Aku minta maaf,sayang. Tadi,sungguh tak ada maksud lain selain menolong"
"Kau tak pernah melihat waktu,Vano. Aku.. Aku benar-benar...," ucapan Aluna tergantung karena dia terisak.
Devano mengusap kepala Aluna "Katakanlah kau membenciku yang seperti ini,itu lebih baik jika kau merasa itu dapat menghilangkan rasa sesakmu,katakan semuanya padaku,jangan pada orang lain. Aku minta maaf,Aluna"
Aluna terus terisak hingga akhirnya dia terlelap dalam dekapan Devano. Devano yang merasa napas Aluna sudah terdengar teraturpun menghela napas dan mencium dahi Aluna lalu ikut terlelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpirituellesHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...