"Salah paham itu bahaya,jika salah satu dari dua orang tak ada yang ingin berbicara pasti perkiraan-perkiraan negatif itu semakin bertambah. Namun jika kita mengalah, kesalah pahaman itu akan bisa terselesaikan."
Pukul dua belas lebih tiga puluh menit siang Aluna sudah bersiap untuk keluar dari ruangannya untuk makan siang karena hari ini dia sedang tidak salat namun baru saja dia berdiri dan mengambil tasnya pintu sudah terbuka dan Devano yang membukanya. "Assalamu'alaikum"ucapnya yang menutup pintu dengan kencang.
Aluna menatap Devano "Wa'alaikumsalam"lalu keduanya saling menghampiri. "Ada apa?"
"Untuk apa Syauqi datang? Sebenarnya apa yang terjadi padamu dan dia dimasa lalu hmm?"
Aluna diam. Seharusnya dia yang marah namun sekarang Devanolah yang meluapkan amarahnya langsung kepada sasarannya. "Vano,berhentilah. Apa aku juga meluapkan amarahku dengan cara ini? Tidak bukan"
"Jawab aku!"
Aluna menghela napas "Setelah salat"
"Now!"
Aluna meletakkan tasnya lalu kembali menatap Devano. "Kau ingin jawabannya bukan? Mengapa tak kau tanyakan saja kepada mantan kekasihmu-maksudku kepada kekasihmu saja. Dia mungkin tahu masa lalunya juga masa laluku. Vano,berhentilah bersikap seoalah kau yang begitu menderita disini karena faktanya aku yang benar-benar menderita"Aluna menghela napas dalam dan kini air matanya sudah kembali membasahi pipi serta khimarnya. "Untuk apa kau menanyakan ini? Kau cemburu? Kau marah? Bahkan kau tak mencintaiku jadi untuk apa ini semua,Vano?" Aluna memejamkan matanya "Kau mencintainya,kau tak mencintaiku. Bahkan sebelum kita sah kau masih menemuinya dan ketika aku pergi aku tahu dia meneleponmu. Vano,aku tak punya hubungan apapun dengan kak Syauqi. Aku sudah terluka oleh dua orang pria yang ternyata berkawan sejak lama. It's hurt"Aluna menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Devano menghampiri Aluna dan berjongkok dihadapannya dengan kedua tangannya menggenggam kedua lengan Aluna. "Aluna,maafkan aku. Aku memang menemuinya dua hari sebelum akad kita aku bertemu dengannya namun aku tidak sendiri bahkan Hasan,Hasna,Rizki dan Syauqi juga ikut serta. Dan mengenai dia yang meneleponku itu hanya menanyakan tentang kabarku tidak lebih dari itu,kau salah jika menganggap cintamu bertepuk sebelah tangan karena pada kenyataannya cintamu terbalaskan,aku mencintaimu. Aku hanya menganggapnya adikku saja,Aluna"
Aluna menggelengkan kepalanya lalu kembali menutup wajahnya.
"Jikalau memang aku tak mencintaimu untuk apa aku mengikatmu seperti sekarang,Aluna"
"Boleh jadi kau menjadikanku pelarianmu"
Devano mengusap wajahnya pelan karena kini setetes cairan bening menetes dipipinya. "Astaghfirullah. Sejak kapan kau menjadi suudzhon seperti ini,Aluna? Aku tak sebejat itu sebagai seorang pria. Maafkan aku,Aluna. Aku sungguh mencintai-"
Devano merasa kepalanya menjadi pusing dan penglihatannyapun memburam. Aluna tertegun saat Devano tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Dengan susah payah dia merebahkan tubuh kekar Devano disofa yang memah sedikit besar. Lalu dia melepaskan sepatu dan tak lupa melepaskan tuxedo serta melonggarkan dasi Devano. Lalu dia menelepon dokter pribadi Devano yang memang dia kenali.
"Vano,ku mohon bangunlah"Aluna menenggelamkan wajahnya dilengan Devano.
Tak butuh waktu lama seorang dokter pria datang keruangan Aluna dan langsung memeriksa keadaan Devano. "Dugaan saya dia terkena anemia karena kekurangan asupan gizi yang seimbang"
Aluna menutup mulutnya "Lalu saya harus bagaimana,dok?"
"Tenang saja ini bukan penyakit yang berbahaya,saya akan buatkan resep yang bisa anda beli di apotik"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
EspiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...