Aluna dan Devano menatap heran kepada Alexa dan Maxime yang masih berada diruang makan dengan keadaan Alexa dipeluk oleh Maxime dan Maxime mengelus rambut Alexa.
"Assalamu'alaikum"Ucap Aluna dan Devano,Alexa dan Maxime mendongak dan Alexa menyeka air matanya sedangkan Devano sedang menurunkan Aluna merekapun duduk bersama.
Alexa tiba-tiba saja memeluk Aluna "Aluna...Je suis désolé, je ne sais vraiment pas si vous êtes allergique aux fèves de soja"
Aluna mengerutkan keningnya karena jujur saja dia tak mengerti dengan bahasa Prancis. Aluna menatap Devano dengan tatapan tak mengerti. "Alexa bicaralah dengan bahasa Inggris,atau bahasa Arab kalau kau bisa. Dia belum terlalu mengerti bahasa kita"ucap Devano dengan hati-hati.
Alexa mengangguk "Ok,Aluna. I have talked I'm sorry I really don't know you are allergic soybeans"
Aluna tersenyum dan mengangguk "Tak apa,Lex. Ini bukan salahmu,jadi kau sedari tadi menangis seperti ini karena aku?"
Alexa melepaskan pelukannya,khimar Aluna ini sudah sedikit basah diarea bahu Aluna karena air mata Alexa "Aku merasa bersalah,Aluna"
Aluna tersenyum dan menyeka air mata Alexa "Aku tak apa. Jangan khawatir dan jangan merasa bersalah. Kau sudah makan?"
Alexa menggelengkan kepalanya "Sejak tadi aku,maksudnya kami menunggumu siuman"
Aluna mengangguk mengerti "Baiklah kalau begitu mari kita makan sekarang saja,maaf karenaku kalian menunda waktu makan kalian"
"No problem"ucap Maxime. Merekapun menyantap makanannya dengan hening bahkan suara sendok dan garpu yang beradu dengan piringpun tak ada.
"Vano,biarkan aku berjalan sendiri saja ya?"ucap Aluna ketika Devano hendak menggendongnya kembali.
Devano menghela napas "Oh baiklah,kemari"Devanopun hanya merangkul bahu Aluna dan berjalan menuju kamar mereka.
Aluna duduk dikursi yang menghadap jendela yang menampilkan menara Eiffel. "Indah ya,Vano. Kau beruntung tinggal disini"
Devano yang tengah menyobekkan obat untuk Aluna terkekeh tanpa menatap Aluna. Devano menyerahkan dua buah pil kepada Aluna dan setelah Aluna memasukkan pil itu kedalam mulutnya Devano menyerahkan satu gelas air mineral dan Aluna meminumnya. Aluna memegang lengan Devano seolah meminta Devano agar duduk disampingnya. "Tidak,Aluna aku ada pekerjaan. Sebentar ya?"
Aluna menghela napas lalu mengangguk namun dia bangkit dari duduknya dan membuka handle pintu kaca menuju balkon kamarnya Devano dia diam disana dan menghirup udara yang masih segar. "Aluna rindu umi dan abi. Rindu mas Hasan dan kak Hasna juga" Tiba-tiba saja wajah Syauqi memenuhi pelupuk matanya dan dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan pikirannya yang benar-benar tidak harus ada seharusnya.
"Aluna,ponselmu berdering"ucap Devano setengah berteriak.
Alunapun kembali masuk kedalam kamar dan menyambar ponselnya. Seketika dia diam membeku saat mengetahui siapa yang menelepon. "Kau kenapa,sayang?"ucap Devano yang bingung dengan ekspresi Aluna.
Aluna sama sekali tak menggubris ucapan Devano karena dia tak mendengarnya. Aluna tak sengaja menggeser layar ponselnya dan telepon itu tersambung. Aluna membulatkan matanya saat sadar panggilannya dengan Syauqi sudah hampir satu menit merasa tak enak Alunapun mendekatkan ponselnya ketelinganya. Devano terus menatap Aluna heran. "A..Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam,Aluna. Kau dimana?Bagaimana kabarmu? Sepertinya kau benar-benar menghindariku"
Aluna menggelengkan kepalanya "Untuk apa lagi itu semua? Apa kau tak puas membuatku menderita? Kak,cuku-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...