Pukul satu dini hari atau kalau di Indonesia tepatnya diJakarta adalah pukul delapan pagi pesawat landing disalah satu bandara di London.
Mereka kini sedang diperiksa oleh beberapa orang petugas dibandara tersebut untuk menjaga keamanan kota London. Selama kurang lebih satu jam merekapun bisa meninggalkan bandara.
Aluna menyimpan koper serta tasnya didekat kasur berukuran besar dihotel ini,ya mereka mereka memutuskan untuk menyewa hotel saja. "Lagi-lagi aku harus sampai diluar negeri malam hari sedangkan sebelumnya aku sudah tertidur sangat lama"gerutu Aluna.
Devano yang mendengar itu hanya terkekeh dengan kekesalan Aluna.
Mereka memang sudah mandi juga mengganti pakaian dan tak mungkin mereka kembali tertidur.
"Vano"
"Iya sayang?"
Aluna menghampiri Devano dan mencium pipi Devano "Tidak ada apa-apa"ucapnya dengan kekehannya.
Devano menggelengkan kepalanya. "Tidak jelas sekali kau ini,Al. Efek kesal ya?"
"Maybe"
Devano tertawa dan berlalu untuk mencharger ponselnya. Melihat itu Alunapun membawa ponselnya serta chargerannya. "Aku duluan charger ponselnya,Vano"
Devano mengerutkan dahinya "Itu colokan masih banyak,Al tak hanya satu kok"
"Tapi aku ingin yang itu!"
"Kan sama"
"Tak mau!"
Devano menghela napas "Ya sudah kemarikan biar aku yang charger"
Alunapun menyerahkan ponsel miliknya lalu membuka jendela,angin dimusim kemarau ini tetap saja dingin. Devano memeluk Aluna dari belakang dan menumpukan dagunya dibahu Aluna "London tak jauh indah dari Prancis dan Dubai kan,sayang"ucap Devano yang diangguki oleh Aluna.
"Tapi Indonesia lebih indah,Vano....Mengapa harus ke negara lain jika negara kita sendiri tak pernah kita eksplor tempat-tempat indahnya,seperti laut,air terjunnya dan lainnya kan banyak di Indonesia. Aku ingin kesana tapi kau memilih luar negeri"
Devano tersenyum "Iya aku tahu,sayang. Tapi aku kemari karena bukan hanya untuk liburan tapi aku sekalian bertemu teman lamaku"
Aluna mengerutkan keningnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap Devano "Teman lama?"
"Ya,sayang. Temanku ketika kecil aku belum pernah lagi bertemu dengannya karena dia pindah dari Paris ke New York aku sangat merindukannya"
"Perempuan?"ucap Aluna yang spontan diangguki dengan cepat oleh Devano.
Aluna mengangguk "Lalu kau akan menemuinya kapan?"
Devano diam sejenak "Kira-kira kapan ya?"
"Kau yang akan bertemu kok aku yang memikirkan"
Devano terkekeh "Bantu rekomendasikan,Al"
Aluna melepaskan kuncian tangan Devano dipinggangnya lalu menutup jendela itu dan duduk disofa. "Ya terserah kau. Aku kan tak ikut serta"
Devano menaikkan alis kanannya "Lah mengapa begitu?"
"Lalu seharusnya bagaimana?"ucap Aluna dingin.
"Ya kau harus ikut,Aluna"
"Tidak mau dan jangan memaksa. Aku ingin bersama mas Hasan saja"
Devano menghela napas "Iya baiklah terserah padamu saja"ucapnya tak sunguh-sungguh.
Aluna bergerutu dalam hati dan memilih untuk membaringkan tubuhnya disofa dan memilih untuk bermuroja'ah saja sambil memejamkan matanya.
Devano menggelengkan kepalanya lalu menghampiri Aluna dan duduk dilantai. "Aluna sayang,jangan marah ya. Aku tak ingin bertemu dengan kawanku itu lagi pula aku hanya bercanda aku tak punya kawan perempuan ketika kecil kalau tak percaya tanyakan saja kepada Shana atau kepada Maxime"ucap Devano ketika Aluna mengakhiri bacaannya.
Aluna memutar bola matanya "Terserah kau Vano"
"Ya kok begitu"
"Ya terserah"Aluna membalikkan tubuhnya sehingga dia memunggungi Devano.
"Tak baik loh memunggungi suami"
Aluna menghela napas dalam lalu kembali berbalik dan menatap langit-langit kamar mereka. Tiba-tiba saja dia teringat dengan masalahnya dengan Ainun. Pikiran-pikiran buruk memenuhi kepalanya. Dia takut jika dia berada diluar negeri orang tuanya akan Ainun jadikan korban karena memiliki dendam kepadanya. Aluna menggelengkan kepalanya dan dengan cepat bangkit dari tidurnya dan menyambar ponselnya dan mencabut kabel chargerannya lalu mendial nomor abinya. Devano yang melihat merasa bingung dan menghampiri Aluna.
"Assalamu'alaikum,Aluna. Ada apa,sayang?"
"Wa'alaikumsalam... Abi sekarang dimana? Umi mana? Kalian baik-baik saja kan?"
Devano mengerutkan dahinya karena terlihat jelas Aluna sangat cemas. Dia masih memikirkan Ainun.batinnya ketika membaca pikiran Aluna.
"Abi dan umi kan sedang berada di Brunei,sayang. Umi kamu sedang didapur,ada apa kamu baik-baik saja kan?"
Aluna menghela napas lega dan memejamkan matanya sejenak "Tidak abi. Aluna.. emm hanya rindu"
Terdengar kekehan dari abinya "Rindu tapi kok nada bicaranya seperti cemas begitu"
"Aluna hanya rindu,abi dan Aluna putri abi dan umi jelas Aluna cemas dan takut kalian kenapa-napa"
"Tidak kami baik-baik saja. Sudah dulu ya,nak. Abi mau sarapan"
"Iya,bi. Salam untuk umi,kalian hati-hati ya"
"Iya nanti disampaikan iya kamu juga ya. Abi menyayangimu"
Seketika saja air mata menetes dari pelupuk mata Aluna ketika mendengar abinya menyatakan bahwa dia menyayanginya,memang sedari dulu selalu saja begitu. Aluna tersenyum gerir "Aluna juga sayang abi dan umi"
"Iya,sayang. Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh"
"Wa'alaikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh,abi"
Aluna kembali mencharger ponselnya dan memeluk Devano dengan tubuh yang bergetar,entah kenapa tapi dia diluputi dengan rasa cemas saat ini.
Devano dapat merasakan dengan jelas Aluna begitu cemas dan dia tahu apa penyebabnya. Devano mengusap rambut Aluna dan membalas pelukannya "Ainun tak akan menyakiti keluargamu,sayang. Jangan khawatir,aku sudah memperketat keamanan untuk mereka dan kita"
Aluna mengangguk didalam pelukan Devano,dia kini sudah lumayan lega. "Salat lah dan bacalah Al-Qur'an agar rasa cemasmu reda. Ingat Allah,Al"
Aluna melepaskan pelukannya lalu mengangguk diapun mengikuti saran Devano.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...