Aluna membuka matanya dan menatap jam yang menggantung didinding "pukul dua"gumamnya. Diapun turun dari kasurnya lalu membereskannya setelahnya dia kekamar mandi dan diapun berwudhu dan melaksanakan salat malam yang tak pernah dia tinggalkan.
Setelah salat Alunapun membaca Al-Qur'an agar hapalannya terjaga. Pukul tiga dini hari Aluna melepas mukenanya dan melipatnya bersama dengan sejadahnya lalu meletakkannya disofa.
Aluna beranjak membersihkan setiap sudut apartemennya hingga semua bersih dan tak ada debu sedikitpun. Adzan subuh baru saja berkumandang Aluna tak langsung salat melainkan membersihkan badannya lalu mengganti pakaiannya menjadi gamis berwarna maroon. Pukul lima pagi Aluna menyalakan laptopnya lalu mencolokan dengan speaker dan memutar murrotal yang sering dia dengar setiap harinya lalu dia bergegas kearea dapur dan membuka kulkas ternyata hanya ada satu butir telur dan juga nasi didalam rice cooker. Aluna menghela napas lalu tersenyum,baru saja dia ingin menyalakan kompornya bel apartemen berbunyi dan membuat Aluna kembali meletakkan telurnya. Aluna kekamarnya untuk memakai khimar lalu bergegas membuka pintu. Aluna tercengang melihat siapa yang datang.
"Assalamu'alaikum,Aluna"
Aluna menundukkan wajahnya "Wa'alaikumsalam,Vano. Kau ada apa pagi-pagi seperti ini sudah bertamu,aku sedang masak"
Devano tersenyum namun tak menatap Aluna "Pas sekali,akupun kemari untuk numpang sarapan"
"Ck! Disini tidak ada makanan apapun,Vano jadi pergilah!"
Devano menunjukkan satu buah kantung kresek berwarna putih kepada Aluna "Aku sudah membeli bahan makanannya"
Aluna mengerutkan keningnya "Kau tidak bisa masuk karena didalam tak ada siapa-siapa"
Devano mengangguk "Ya aku tahu,oleh karena itu aku mengajak Shana kemari"
Aluna membulatkan metanya saat melihat Shana,sahabatnya sedang berjalan kearahnya.
"Assalamu'alaikum,May. Maaf mengganggumu pagi-pagi seperti ini dia memaksaku"
Aluna tersenyum lalu mengangguk "Baiklah,Tha. Kalau begitu ayo masuk"Aluna dan Shanapun masuk dan Aluna menutup pintunya "Tha,kau duluan ya" Shana mengangguk lalu pergi kearea dapur. Aluna kembali membuka pintu dan terlihatlah Devano yang malang.
Aluna terkeleh "Setia juga kau menunggu. Biar aku yang bawa kreseknya" Aluna meraih kantung kresek dari tangan Devano."Ayo masuk,Vano"
Devano tersenyum lalu mengangguk. Mereka berduapun masuk kedalam dan langsung menuju apartemen.Devano tersenyum saat masuk lalu mendengar murrotal yang memenuhi seisi apartemen Aluna. Devano dan Shana duduk dimeja makan sedangkan Aluna yang berkutat dengan bahan makanannya. "Ini semua mau kalian makan?"
Shana menatap Devano. Devano tampak berpikir "Tadi kita beli ikan tidak?"bisik Devano yang diberi gelengan kepala oleh Shana. "Oh baiklah. Jangan semua,Aluna. pilih saja yang cocok kita jadikan sarapan"
Aluna menghela napas lalu mengangguk "Serasa kalin majikan ya lalu aku pelayannya"gumam Aluna.
Shana terkekeh "Biar aku bantu,Aluna"
Aluna tersenyum ketus "Tak usah aku bisa. Kalian santai saja disana!"
Alunapun mulai memasak. "Aluna"ucap Devano
"Ya"
"Ponselmu berbunyi angkat saja dulu"
Aluna menghela napas. Jelas dia tahu siapa yang akan menelepon diwaktu pagi seperti ini kalau bukan Marcel. "Biarkan saja"Aluna kembali memasak. Tiga puluh menit Alunapun selesai memasak dan makanan sudah disajikan diatas meja. "Lalu bahan yang lainnya bagaimana?"ucap Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...