SenjaBersamamu [38]

9.6K 507 5
                                    

Devano dan Aaron kini sudah berada dirumah sakit. "Tuan,apa kau yakin dengan rencanamu?"ucap Aaron kepada Devano.

Devano mengangguk dengan mata yang masih menatap Hasan dan Syauqi yang terlihat tengah berbincang didepan ruangan Aluna. Devano kini sudah mengenakan pakaian seragam untuk petugas kebersihan rumah sakit. Dia merencanakan ini karena memang benar-benar ingin bertemu dengan Aluna. "Aku yakin. Demi Aluna"

Aaron tersenyum. "Lalu langkah seperti apa yang akan anda lakukan sekarang"

"Aku akan masuk dengan menyamar dan semoga saja berhasil. Eh,maksudku memang ini akan berhasil"ucap Devano penuh tekad.

Aaron mengangguk "Baiklah,saya akan berjaga disini"

"Baik. Aku pergi sekarang. Do'akan"Devano mendorong tempat pel dan juga pelannya menuju ruangan Aluna. Devano benar-benar tak dikenali karena dia memakai topi juga benda lain yang memperlihatkan dirinya adalah benar-benar petugas kebersihan.

Hasan menoleh dan menatap petugas kebersihan yang berdiri didepan ruangan Aluna. Devano berdeham "Maaf,saya ingin membersihkan ruangan didalam. Apa boleh?"

Hasan tersenyum dan mengangguk. Devano mengangguk dan masuk. Berhasil.Batin Devano.

Devano menutup pintunya dan tertegun melihat Marcel ada diruangan Aluna. Devano kembali berdeham "Maaf,saya ingin membersihkan ruangan ini dulu"

Aluna tersenyum sopan dan mengangguk.

Marcel dan adiknya berjalan menuju jendela yang menunjukkan taman dibawah sana karena memang ruang rawat Aluna berada dilantai tiga.

Devano belum membuka penyamarannya justru dia membersihkan ruang rawat Aluna terlebih dahulu lalu setelahnya dia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tangannya meskipun jujur saja dia merasa tak nyaman dengan mengerjakan hal ini.

Aluna tertegun saat pria yang dia anggap petugas kebersihan itu tiba-tiba mencium dahinya dan duduk ditepi blankar yang dipakai Aluna. "Lancang seka-"

"Ssssttt" Devano menempelkan telunjuknya dibibirnya lalu membuka topi yang dia pakai "Aku Arkan,Al"

Aluna membulatkan matanya lalu meraba kedua sisi wajah Devano "Ini kau?"

Devano mengangguk dan tersenyum. "Ya Allah,Vano. Kau menyamar?"ucap Aluna.

Devano terkekeh pelan "Iya,sayang"

"Tapi mas Hasan dan Syauqi kan ada didepan"

"Kaupun tak mengenaliku bukan? Jadi merekapun tak akan mampu mengenaliku. Bahkan suaraku"ucap Devano.

Aluna menghela napas lalu memeluk Devano "Vano.... Apa kita akan terus seperti ini?"Aluna meneteskan air matanya dan itu jatuh tepat dileher Devano.

"Aluna,aku mohon jangan menangis seperti ini"Devano melepas pelukannya lalu menatap Aluna lekat. "Aku akan berusaha mengubah keputusannya untuk menjauhkan kita. Kau tenang ya"

Aluna mengangguk. Devano memeluk Aluna "Sayang... Aku rindu"

Aluna tersenyum "Vano,kita hanya tidak bertemu beberapa jam saja bukan berhari-hari ataupun berbulan-bulan"

Devano melepaskan pelukannya "Hitungan jam sudah seperti bertahun-tahun bagiku,Aluna jika aku jauh darimu"

Aluna menaikkan alis kanannya "Gombal sekali"

Devano mencubit hidung mancung Aluna. "Aku serius,Aluna"

Aluna mengangguk-anggukan kepalanya dan bertingkah seolah mengejek Devano "Tadi saja kau marah-marah padaku,sekarang bilangnya rindu. Salah siapa coba?"

Senja Bersamamu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang