Setelah melaksanakan salat Isya Devano memilih untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an untuk Aluna agar Aluna cepat sembuh. Aluna tersenyum ketika mendengar ayat demi ayat Devano lantunkan dengan baik dan benar,Devano begitu hapal surat ini. Alunapun tahu bahwa Devano baru-baru ini baru saja menyelesaikan hapalannya sebanyak 30juz.
Devano mengakhiri bacaannya karena memang sudah selesai. Ya Allah,sesungguhnya kesakitan dan kesehatan adalah darimu dan milikmu. Hamba mohon berilah kesembuhan kepada istri hamba ya Allah..Hamba mencintainya.Aamiin..Batinnya. Devano mencium dahi Aluna lalu tak berapa lama ponsel miliknya berdering dan dengan cepat dia melihat siapa yang menelepon,ternyata itu adalah Aaron. Devano menerimanya dan ternyata Aaron yang tengah berjaga kembali setelah tadi sempat salat melihat Hasan kembali kerumah sakit namun sekarang sendiri tanpa ditemani Syauqi atau siapapun.
Devano menutup sambungan teleponnya lalu menatap Aluna.
Alunapun menatap Devano "Ada apa,Vano?"
"Aku harus pulang,Aluna.. Hasan sudah ada didepan"
Aluna menghela napas dalam "Ya sudah tak apa kau pulang saja dulu,Vano"
Devano menatap Aluna kembali lalu dengan secepat kilat mencium bibir Aluna lalu dahinya. "Semoga kau lekas sembuh,sayang... Aku akan sangat merindukanmu karena malam ini aku tidur sendiri. Kalau ada apa-apa hubungi aku jam berapapun itu. Dan jangan lupa kau harus makan dan minum obatnya agar kau cepat keluar dari tempat ini"Devano mencium dahi Aluna dan mengusap pipi Aluna. "Aku mencintaimu,Aluna sayang"
Aluna tersenyum dan memeluk Devano "Aku juga akan merindukanmu,dan kau juga jangan lupa minum obatmu kaupun sedang sakit ingat? Aku juga mencintaimu"
Devano mengusap kepala Aluna dan melapaskan pelukannya "Iya,sayang. Aku pergi Assalamu'alaikum. Oh iya sampaikan terima kasih dariku untuk Fio dan Marcel jika mereka kembali"
Aluna mengangguk dan mencium punggung tangan Devano dan Devano kembali mencium dahi Aluna dalam.b"Wa'alaikumsalam,kau hati-hati, Vano"
Devano tersenyum dan mengusap puncak kepala Aluna dan melenggang pergi dan tak lupa membawa paper bag miliknya tadi.
Aluna menghela napas saat Devano sudah menghilang dari belakang pintu. Aluna kembali meneteskan air matanya. Diapun merebahkan tubuhnya dan menyeka air matanya.
Tak lama dari itu Hasan datang dan tak lupa mengucap salam. Aluna berpura-pura tidur karena memang dia sangat lemas. Hasan tersenyum dan mengusap kepala Aluna yang tertutup khimar. "Maafkan mas,de"gumamnya "Mas hanya tak ingin kau terus menerus terluka oleh pria sepertinya"
****
Keesokan harinya kondisi Aluna semakin membaik namun belum diizinkan untuk pulang.
Pagi ini Aluna dijaga oleh wanita setengah baya yang Hasan bayar untuk menjaga Aluna karena Hasan harus pergi ke kantor.
Aluna meraih ponselnya setelah Hasan benar-benar pergi. Sejak semalam dia hanya berbalas pesan saja dengan Devano,itupun diam-diam. Aluna menghela napas saat Devano baru saja mengiriminya pesan. Aku rindu,Vano.batinnya.
Vano:
Assalamu'alaikum,ya zaujaty. Bagaimana kabarmu sekarang?Aluna:
Wa'alaikumsalam:) Aku sudah membaik tapi belum diizinkan pulang,Vano.Aluna:
Aku rindu:(Vano:
Sudah makan? Obatnya sudah diminum apa belum? Akupun sama rindunya dengan dirimu,sayang. Aku kesana ya?Aluna:
Sudah,kau sendiri bagaimana? Sepertinya tidak usah karena meskipun mas Hasan tak ada disini tapi dia membayar seseorang untuk menjagaku. Sangat ketat,Vano inipun aku sedang ditatapnya.Aku takut:(Vano:
Aku sudah,sayang. Benarkah? Sabar ya,Aluna ini tidak akan lama percayalah. Sekarang aku akan kekantor Hasan.Aluna:
Baiklah,kau hati-hati ya,Vano.Vano:
Iya,sayang. Do'akan.Aluna:
Pasti,sayang.Aluna kembali menghela napas dalam. Ya Allah. Sesungguhnya masalah ini adalah milikmu dan aku yakin semua ini akan berakhir dengan semestinya. Batinnya.
****
Seperti apa yang Devano bicarakan kepada Aluna bahwa dia akan pergi ke kantornya Hasan,itu bensr-benar dia lakukan karena kini dia tengah berada didalam lift yang akan menuju kelantai dimana ruangan Hasan berada.
Devano mengetuk pintu dan Hasan tanpa tahu siapa yang datang mengizinkannya untuk masuk.Hasan mendongak dan menghela napas. "Assalamu'alaikum"ucap Devano yang duduk didepan Hasan.
"Wa'alaikumsalam. Ada apa kau kemari?"
"San,aku mohon kembalikan Aluna. Dia istriku,tanggung jawabku. Iya mungkin memang aku sudah berbuat kesalahan tapi aku ingin memperbaikinya"
Hasan menghela napas "Tidak bisa.Aluna akan tetap bersamaku. Itu akan lebih baik"
"San.. mengertilah. Alunapun tersiksa dengan caramu mengekangnya seperti ini. Membayar seseorang untuk menjaganya. Apa kau mengenali orang itu? Bagaimana kalau justru orang itu ingin mencelakai Aluna. Hasan,ku mohon kembalikan Aluna padaku,biarkan aku menemuinya. Firasatku sungguh tidak enak sekarang. Aku takut terjadi sesuatu padanya".
Hasan menggelengkan kepalanya namun sebenarnya dia memikirkan perkataan Devano. Devano merogoh saku celanya karena ponselnya berdering.
Alunaku:
Vano.. Dia membawa senjata. Aku takut.Devano membulatkan matanya. "Gawat,san"ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
Hasan mengerutkan keningnya "Gawat apa?"
Devano menunjukkan pesan yang Aluna kirimkan padanya.
"Tidak-tidak jangan sampai ini terjadi. Kita kesana sekarang!"ucap Hasan. Lalu mereka berduapun melenggang pergi dengan tergesa menuju rumah sakit mengenakan mobilnya masing-masing.
Devano mencengkeram erat setir mobilnya. Dia menghela napas dalam "Dia sebenarnya siapa. Apa mungkin Ainun?"gumamnya.
Aluna menatap waspada kepada wanita setengah baya disampingnya. Meskipun sedikit jauh namun dia tetap takut. Ya Allah apa ini. Tolong hamba.Batinnya.
Aluna tak henti-hentinya menyebutkan lafadz Allah didalam hatinya. Peluh sudah membasahi dahinya.
Terlihat wanita itu menerima telepon dari seseorang dan menganggukkan kepalanya. Aluna menelan salivanya susah payah.
Devano dan Hasan berlari menuju ruang rawat Aluna,tak hanya mereka namun ada banyak orang-orang kepercayaan Devno yang dia perintahkan untuk menyebar.
Helaan napas berat menjadi pengganti ujaran dari Devano dan juga Hasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...