SenjaBersamamu [34]

10.4K 557 8
                                    

Aluna terbangun dan menemukan dirinya masih berada dalam dekapan Devano. Dengan hati-hati dia melepasnya dan turun dari kasurnya dan masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya, ini masih pukul dua lebih tiga puluh menit dan Aluna tak bisa melaksanakan salat malamnya karena memang sedang tak salat.

Aluna menatap pantulan wajahnya dicermin didepan wastafel dikamar mandinya. "Kecantikan bukan segalanya,ini milik Allah. Dan perasaanpun milik Allah. Pria tak akan selalu memilih gadis cantik jika perasaannya condong kepada gadis biasa"gumamnya seolah menyindir dirinya sendiri bahwa yang memiliki wajah cantik sepertinya tak selalu bahagia dan bisa mendapatkan segala hal. "Karena ini takdirmu,ya Allah. Hamba hanya menjalaninya"

Aluna menghela napas dan kembali menyiram wajahnya dengan air dingin lalu kembali menatap cermin didepannya. Wajahnya semakin pucat saja. Aluna mengusap wajahnya dengan handuk lalu keluad dari kamar mandi dan Devano masih terlelap.

Aluna tersenyum "Katakanlah aku terlalu mencintaimu sampai-sampai aku merasa cemburu ketika kau menyentuh perempuan yang haram untuk kau sentuh,karena memang seharusnya seperti ini. Aku terlalu cemburu,Vano. Bukan takut ditinggalkan melainkan hanya takut dikhianati"gumamnya,kini dia duduk disamping Devano.Ya Allah.Batinnya.

Ponsel Aluna berdering dan dengan cepat dia menyambar ponselnya dan ternyata Alexa yang meneleponnya. Aluna tersenyum dan menggeser layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum,Lex"

"Aaaaa,Aluna. Aku rindu"

Aluna terkekeh pelan "Aku juga merindukanmu,bagaimana kabarmu?"

"Aku baik,kau?"

"Alhamdulillah,baik"

"Aluna kau belum tidur? Padahal kalau di Indonesia ini sudah dini hari"

"Aku sudah terbiasa terbangun dijam seperti ini,Lex"

"For what?"

"Untuk salat malam"

"Dini hari pun ada salat? Apa kau tak terbebani?"

"Alexa,jika salat lima waktu seperti biasanya memang wajib tapi salat malam sunnah artinya tidak dikerjakanpun tak apa tapi lebih baik dikerjakan karena kebaikannya untuk diri sendiri juga,Aku dan Vano juga keluargaku sering melakukannya. Jika terbebani mmm aku rasa tidak dengan banyaknya waktu-waktu salat aku bisa sering mengadu kepada Allah,tentang masalahku dan tentang segala hal karena setiap aku salat aku merasa tenang meskipun aku sedang banyak masalah tapi setelah salat ataupun sedang salat aku tak pernah terbebani oleh masalahku. Allah menjanjikan pahala kepada hambaNya yang menemuiNya kala malam"

"Indah ya,Aluna.. Aku kagum dengan agamamu"

Aluna tersenyum "Lexa.. Maukah kau mendengar sebuah kisah?"

"Tentang apa,Al?"

"Kisah Umar bin Khattab"

"Aku penasaran. Ceritakan sekarang,Aluna!"Ucap Alexa dengan antusias.

Aluna kembali tersenyum dan berdeham "Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya sebelum masuk Islam kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik." Aluna mengambil napas lalu menghembuskannya.

"Sampailah pada suatu haru beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah perjalanannya beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”
“Aku hendak membunuh Muhammad” jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asalmu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu” kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut Umarpun langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan Al-Quran kepada keduanya yaitu Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya Fatimah. Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran Al-Quran.

Senja Bersamamu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang