Aluna tersenyum lalu menyeka air matanya. Dia teringat akan seseorang,Aluna mebalikkan tubuhnya "Oh iya,Umi dan abi tahu kan Anastha? Ini kakaknya,Devano"
Devano dan Shana tersenyum lalu mengangguk sopan. Umi dan Abinya Aluna tersenyum "Oh iya,Terima kasih,nak Devano sudah mengantarkan puteri kami dan juga telah menolongnya tadi malam"
Devano terus tersenyum "Iya,om. Tidak perlu berterima kasih"
Abi dan uminya Aluna terkekeh "Panggil umi dan abi saja"
"Oh baiklah,umi,abi"ucap Devano
Tanpa disadari Aluna mengukir senyuman diwajah cantiknya itu.
"Kamu masih kuliah?"ucap umi
Devano menggelengkan kepalanya "Tidak,umi. Saya sudah lulus dua tahun yang lalu"
Uminya Aluna mengangguk mengerti "Lalu sekarang kau bekerja?"
"Iya saya bekerja"
"Bekerja atau yang memperkerjakan?"ucap Aluna tiba-tiba.
Devano sekilas menatap Aluna lalu kembali menatap kearah lain,Devano tersenyum lalu berdeham "Memperkerjakan juga tetap harus bekerja bukan,meskipun menjadi atasan juga tak bisa lepas tanggung jawab. Memimpin dan memastikan semua baik-baik saja di perusahaan merupakan tanggung jawab seorang pemimpin,itupun sama-sama bekerja,Aluna. Baik bekerja ataupun memperkerjakan sama-sama melakukan suatu hal"
Aluna menelan salivanya dengan susah payah. Tak menyangka Devano akan mengatakan itu dia pikir Devano akan menyombongkan dirinya karena Devano memiliki segalanya.
"Lalu kapan kau akan mengkhitbah puteri kami yang satu ini,Devano"goda abi
Aluna membulatkan matanya. Dia sama sekali tak terpikirkan hal tersebut. "Abi isshh apa siapa yang mau dikhitbah oleh pria menyebalkan seperti dia"
Devano tersenyum "Secepatnya,Abi. Insha Allah"
Aluna mendongak menatap Devano ada kesungguhan didalam sorot mata Devano. Semua orang yang mendengar itu tercengang dengan ucapan Devano yang bersungguh-sungguh.
Shana menyenggol perut Devano "Kau serius mengatakan itu,kak?"bisiknya
Devano mengangguk mantap. Shana masih tak percaya dengan ucapan kakaknya ini.
"Kau sungguh-sungguh sepertinya,nak Devano"ucap Abi masih dengan kekehannya.
"Saya tidak pernah bergurau dengan sesuatu yang penting,abi"ucap Devano dengan mantap.
"Sudah-sudah. Aluna permisi masuk dulu ya,mas Hasan sudah menunggu. Assalamu'alaikum"dengan cepat Aluna berlari menuju ruangan Hasan dan langsung menutup pintunya saat dia sudah masuk kedalam ruabgan itu. Jantung Aluna berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.
Semua terkekeh melihat prilaku Aluna yang malu. Devano dan Shana kembali terlibat obrolan dengan umi dan abinya Aluna.
Aluna menatap Hasan yang tertidur pulas. "Kak kau tahu dia sungguh menyebalkan. Berani-beraninya dia mengatakan secepatnya akan mengkhitbahku kepada umi dan abi. Itu sungguh membuatku malu"
Hasan yang kebenarannya tak benar-benar tidur terkekeh dan langsung membuka matanya "Kau curhat padaku saat mas sedang tidur"
Aluna tercengang melihat Hasan yang menatapnya dan mentertawainya. "Mas Hasan,mas tak tidur?"
Hasan berhenti terkekeh "Mas tadinya ingin tidur tapi-"
"Aluna mengganggu ya,mas? Maaf"potong Aluna.
Hasan menggelengkan kepalanya"Tidak,sayang. Begini menurutku dia pria yang baik dia juga sosok yang berani mengambil keputusan. Kau tahu,dia juga salah satu rekan bisnis mas. Dia hebat. Dia juga begitu perhatian padamu hingga tadi subuh dia datang untuk sarapan bersama dan ketika kau hendak kekampus dia menyuruh orang kepercayaannya mengantarmu dan saat dikampuspun dia sangat memastikan kau baik atau tidak. Dan bahkan saat mas masuk rumah sakit diapun yang memintamu untuk dia mengantarkanmu kemari"

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
EspiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...