Pukul lima pagi lebih lima belas menit Aluna memilih untuk membuat sarapan,lebih tepatnya membantu para pelayan yang ditugaskan untuk mengurus apapun yang berhubungan dengan masak memasak dan dapur. Dia memastikan masakan kali ini benar-benar penuh gizi.
Sedangkan Devano dia masih berada dimesjid karena sering kali setelah salat subuh dia akan mengikuti kajian dan akan pulang pukul enam paling lambat.
Pukul enam pagi Aluna dan para pelayan masih berkutat dengan masakan mereka hingga seseorang tiba-tiba memeluk Aluna secara tiba-tiba. Siapa lagi jika bukan Devano.
"Vano, datang itu ucap salam bukan seperti ini"
Devano terkekeh "As salami gala I mum semua"
"Wa'alaikumsalam, tuan"ucap semua pelayan yang ada.
Devano menatap Aluna juga menaikkan alis kanannya karena dia tak menjawab salamnya.
Aluna terkekeh lalu mengangkat kedua bahunya juga tersenyum miring "Wa'alaikumsalam,tuan". Devano menggelengkan kepalanya.
"Kok tuan sih,Aluna?"
"Kan kau pemimpinku"
"Pemimpin? dimana?"
Aluna tersenyum dan berbalik untuk memeriksa masakannya lalu dirasa sudah matang diapun mematikan kompornya lalu kembali berbalik dan mendongak "Imam adalah pemimpin dan kau imamku,Vano. Juga memang faktanya kau pimpinanku dikantor bukan"
Devano terkekeh dan mengangguk. "Aku mandi dulu"
"Lah kan sudah"
"Maksudku aku ingin si-"
"Tidak. Hari ini kau dan besok kau jangan dulu ke kantor dan jangan kemana-mana!"Potong Aluna.
Devano mengerutkan keningnya "Ada apa?"
"Ih,Vano. Itu kata dokternya. Kau harus istirahat,jadi menurutlah padaku"
Devano mengangguk "Baiklah,aku akan kekamar dulu"
"Jangan siap-siap!"
"Mengganti pakaian,sayang"
Aluna terkekeh "Ya sudah"
"Iya. Nanti kalau sudah siap panggil aku ya,Al"
"Serasa aku benar-benar pembantu dirumahmu"
Sontak Devano tertawa "Bukan seperti itu"
"Ya ya ya terserah sudah sana"
Devanopun melenggang pergi sambil terkekeh dan Aluna hanya tersenyum.
Beberapa menit kemudian Alunapun melenggang menuju kamarnya untuk memanggil Devano. Diapun membuka pintunya dan menemukan Devano tengah bertelanjang dada dan Aluna sudah biasa dengan itu meskipun baru beberapa hari. Aluna mengagumi tubuh atletis Devano.
"Assalamu'alaikum"
Devano menoleh dan memakai kausnya "Wa'alaikumsalam,Al"
Aluna tersenyum "Sarapannya sudah siap,tuan"
Devano menatap Aluna lekat lalu menghampirinya "Kau bicara apa tadi? Tuan? Oh Aluna ayolah jangan seperti itu aku kekasihmu"
Aluna terkekeh "Iya iya,Vano. Sudah ayo kita turun"
Devano mengangguk. "Eh kau duluan saja aku ingin kekamar Anastha dulu"ucap Aluna.
"Ya sudah aku duluan"Devano mencium dahi Aluna lalu melenggang pergi sedangkan Aluna kembali melangkahkan kakinya menuju kamar Shana yang tak jauh dari kamar mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu | √
SpiritualHR #1 in Spiritual -Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya- ---- "Aku tidak pernah tahu alasanmu memilihku untuk menemanimu,menjadi kekasihmu. Entah karena cinta atau hal lainnya. Yang ku tahu adalah kini kau adalah suamiku,imamku,pria shalih ya...