Hana
"Aku tidak percaya! Di saat aku memanggilnya, dia berusaha menghindar dariku. Ada yang aneh dengan diriku?" tanyaku kepada Lita saat makan siang."Tidak. Kamu tidak aneh. Kamu tetap cantik seperti biasanya. Siapa yang menghindari mu? Hanya orang tidak waras yang menghindarimu," ujar Lita sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Betul sekali. Pagi ini aku tidak melihatnya. Namun setelah aku melewati security, dia muncul kembali. Bahkan dia muncul di depan rumahku tempo hari."
"Di depan rumah? Apa jangan-jangan..." Lita tiba-tiba memutus kalimatnya.
"Tidak mungkin! Kamu jangan bercanda!" aku berusaha tidak meyakininya.
"Apa yang tidak mungkin di dunia ini, Hana?"
"Hal yang barusan hendak kau katakan itulah yang tidak mungkin!"
Ah, rasanya aku salah memilih Lita untuk membicarakan hal ini.
Sore pun tiba. Aku lekas merapikan mejaku dan segera menuju security untuk mempertanyakan apa yang ingin aku tanyakan.
Yes, dia di sana! Aku berlari kecil, agar dia tidak menghilang.
"Selamat sore, Pak!" kataku sambil menunduk sedikit. Namun mataku tidak lepas dari matanya.
"Sore." jawabnya dingin.
Di lain waktu dan ruang.
"Tuan, aku tidak melihat gerak-gerik aneh dari Nona Hana. Sepertinya dia hidup sendiri dan dia bekerja. Sama seperti yang dilakukan manusia lainnya setiap hari," lapor seseorang dengan wajah yang tersembunyi."Baik. Kamu harus selalu menjaganya setiap saat. Aku yakin dia akan terpilih selanjutnya," ujar seseorang yang tampaknya sangat memiliki kekuasaan.
"Namun, dia mulai mencurigaiku, bahwa aku adalah manusia yang aneh,"
"Itu salahmu! Kamu terlalu kaku! Santai saja. Bahkan ini masih jauh dari hari yang akan tiba nanti."
"Tapi,menurut saya, mungkin pekerjaan ini tidak cocok jika ingin mengamati Nona Han."
"Lakukan apa yang menurutmu baik, yang penting kamu selalu melapor padaku tentangnya."
"Baik, Tuan! Saya permisi."
Tao
"Akhirnya masalah proposal itu selesai. Sekretaris Surga memang hebat! Dia memang tidak salah telah memilihnya sebagai SekretarisNya. Namun, akhir pembicaraan kemarin selalu membuatku terganggu sampai saat ini. Aku harus bagaimana?" kataku sambil memegang secarik surat yang dikirim kurir divisi informasi kemarin di ruangan ku.Aku segera mengambil daftar para Malaikat Maut yang tinggal di aulaku. Aish, bagaimana caraku menyeleksi 388 Malaikat Maut di sini? Aku memang mengenal semua para penghuni di aulaku. Namun hanya wajah, tidak dengan kepribadiannya.
Akh, tidak adil, tidak adil, tidak adil!! Kini aku menyesal telah bekerja dengan sangat baik! Mereka selalu saja melimpahkan hal seperti ini kepadaku. Hal berbau rahasia dan sangat penting selalu kepadaku didatangkan! Apa salahku di kehidupanku yang lampau??
Aku harus mencari Sekretaris Surga kembali! Dengan berjalan agak cepat, mungkin lebih dikatakan sedikit berlari, aku menelusuri lorong untuk bertemu dengan dia. Aku sangat berharap dia ada di ruangannya saat ini.
"Ada apa kemari?" tanyanya.
"Mari kita berbicara di luar!"
Kami duduk berhadapan di meja yang biasa kami duduki. Memang selalu dikosongkan, karena mereka tahu bahwa di meja ini kami sering membicarakan hal penting dan tidak penting sepanjang kami memiliki waktu luang.
"Mona, aku tidak mengerti akan semua ini!" kataku dengan agak kesal.
"Pelan kan suaramu, Tao! Ini publik! Hanya kamu yang mengetahui namaku!"
"Baik! Sekretaris Surga, aku ingin menjelaskan semauku dan kamu cukup mendengar ku!" (ngakak aku, ngotot banget si Tao)
"Baik. Kebetulan pekerjaanku akan diselesaikan oleh bawahanku. Apa yang ingin engkau untuk aku dengarkan?"
"Kamu tahu kan, hanya di aulaku yang menampung begitu banyak Malaikat Maut. Mengapa tidak dibagi rata dengan aula-aula lainnya? Bayangkan bagaimana caraku mengajar 388 Malaikat Maut?! Padahal di aula lain hanya menampung 258 saja?!"
"Wajar saja, karena kamu selalu meminta kami untuk membenahi aulamu."
"Wajar bagaimana?! Kalian selalu memasukkan mereka ke aulaku, bahkan sampai aku harus mengurus 388 malaikat maut! Tidak mungkin aku membiarkan mereka hidup tidak layak di aulaku!"
"Itulah hebatnya dirimu. Kamu sangat bertanggungjawab," katanya tenang.
"Tidak! Ini tidak adil, Mona, maksud saya Sekretaris Surga! Ditambah lagi, mengapa kamu menjadikan ku panutan bagi para pemimpin aula lainnya? Mereka jauh lebih dahulu dibanding aku! Apakah kalian tidak memahami perasaanku? Bagaimana bisa aku, paling muda di antara mereka, menjadi panutan bagi mereka? Mereka tidak gila!"
"Itu hal yang wajar, karena kerjamu bagus!" ujarnya, lagi. Dengan tenang.
"Semua adalah hal yang wajar bagimu! Mengapa kamu menyuruh mereka membuat proposal yang serupa, seperti yang terakhir aku serahkan kepadamu?"
"Tao, di awal kamu berkata bahwa aku cukup mendengarkan ceritamu. Mengapa aku malah dipaksa untuk menjawab semua pertanyaan mu?"
"Baik, jawab pertanyaan ku. Semua pertanyaan ku. Ini sangat tidak adil bagiku.." kataku sambil menghempaskan bahuku ke sandaran kursi.
"Tao.." katanya.
"Belum, aku belum selesai cerita." kataku.
"Baiklah, aku akan mendengar ceritamu," Sekretaris Surga menyesap teh nya.
"Mengapa surat itu hanya ada di aulaku. Mengapa tidak di aula lain?" aku berusaha tenang.
"Dia yang memilihmu. Aku tidak bisa menolaknya jika Dia langsung memberi perintah," Sekretaris Surga yang tadinya sepertinya agak antusias, melunak.
"Dia? Apakah ada hal yang kamu ceritakan tentang aku kepada Dia?"
Malaikat 194
Tao memang hebat! Dia memang temanku. Aku beruntung dimasukkan ke Aula Tao! Dia sangat bertanggung jawab! Akh, bawahannya pasti sedang merasa senang sekarang. Ah, mari kita lihat aurat informasi mengenai hal yang sedang trending topik ini.Ah, judulnya masih tetap 'Rumor 8 Tahun'.
Mereka sangat aneh! Walauoun masih dengan judul itu, aku tidak peduli! HahahahaBerhubung waktuku tidak sampai sebulan lagi, maka aku akan mempersiapkan data-dataku. Baik, mari kita baca pelan-pelan.
Kepada seluruh Malaikat Maut (terkhusus Aula Tao) berikut persyaratan yang harus diajukan jika ingin mengambil libur selama satu bulan, dimohon agar dilengkapi dan usahakan agar tidak datang dua kali ke ruangan pengumpulan berkas di lantai 17.
1. Minimal sudah bekerja 8 tahun (waktu manusia).
2. Lengkapi data diri sesuai dengan kartu yang selalu Anda bawa ketika Anda bekerja.
3. Harus membuat surat perjanjian sesuai dengan ketentuan Surga. (Ada di halaman belakang)
4. .....Ah, mungkin halaman pertama ini tidak perlu. Halaman kedua lebih penting.
Surat Perjanjian
Bersamaan dengan surat ini, saya berjanji akan memenuhi aturan di bawah ini:
1. Tidak membeberkan jati diri.
2. Akan selalu melaporkan segala aktivitas yang dilakukan di dunia manusia, tanpa berbohong.Jika saya menyalahi aturan yang telah dibuat, maka saya akan dijatuhi hukuman dengan tidak mendapat libur di 8 tahun berikutnya.
Nb: Jika suatu saat nanti ada sikap tidak layak yang menyalahi aturan surga, maka akan segera ditambahkan tanpa mengurangi atau menambahi hukuman yang telah ditetapkan.
Hmmm, mereka cukup cerdik. Tapi aturannya masih bisa diikuti. Ahh, mereka sangat baik! Aku sangat senang hari ini!! Yang aku takutkan hanya sikap Baremon.
Page 5 - Hana & Malaikat 194
KAMU SEDANG MEMBACA
Hana & Malaikat 194
Fantasy• TAMAT • "Aku bukanlah laki-laki kuat seperti yang kau pikirkan. Aku bukanlah laki-laki sempurna yang bisa melindungi mu setiap saat. Tapi aku adalah laki-laki yang selalu berusaha untuk tetap ada untuk seseorang yang aku sayangi seperti kamu. Aku...