BAB 28

107 2 0
                                    

Malaikat 194
Untung saja aku sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan Hana di restoran tadi.

Malam ini petir menyambar dengan hebatnya. Padahal tadi sore masih sangat cerah. Apa yang terjadi di sana? Apakah sedang dalam keadaan tidak baik?

Aku memainkan ponsel hitam ini. Tadi siang, aku mendownload game yang direkomendasikan Ardin. Tadi begitu banyak barang masuk, jadi aku tidak sempat memainkannya.

Ctaaarrrr

Sepertinya petir petir dan halilintar ini saling sahut menyahut. Ingin rasanya aku complain dengan apa yang terjadi di cuaca ini, namun tidak mungkin aku dapat tidur untuk menemui Tao dengan keadaan aku yang susah untuk dibangunkan.

"Aaaaaaaaaaaa...."

Hana!
Langsung dalam benakku.

Listrik yang mati pun menyempurnakan keadaan malam ini. Baru kali ini aku menghadapi keadaan seperti ini. Untung saja aku sudah mempelajari ponsel ini. Berkat Ardin tentunya. Flash.

"Hana? Kamu tidak apa-apa?"

Dengan cepat aku menyusuri tangga, dan segera menemui Hana di kamarnya.

"Hana! Buka pintunya!"

Aku menggedor pintu kamar Hana dengan perasaan khawatir.

"Hana! Buka pintunya! Aku akan dobrak jika kamu tidak membukanya dalam hitungan ketiga! Satu! Tiga!!!"

Segera aku mendobrak pintu Hana. Toh, besok aku juga yang akan memperbaikinya, pikirku.

"Hana? Kamu di mana?"

Masih dalam keadaan menerka, aku berusaha mencari siluet Hana dalam gelap. Menangkap segala bayangan yang tertangkap oleh mataku.

Namun hasilnya nihil. Tiba-tiba, ada yang memukul kepalaku dengan benda tumpul ke belakang kepalaku. Sepertinya di balik pintu ini. Segera aku melayangkan tinjuku untuk membela diriku.

"Aku mohon! Beri aku kekuatan!!!"

Segera aku menarik tangannya dari balik pintu itu. Samar namun pasti, dia memakai pakaian serba hitam dan kali ini memakai topeng. Siapa lagi dia?

Namun apa daya, sepertinya saat ini aku benar-benar seorang manusia. Hana tidak ada dalam jangkauanku. Aku pun tidak dapat menahan rasa sakit dari pukulan mengejutkan tadi. Segera aku terkulai jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.

Tao
Aku terbangun dengan nafas mendesah kuat. Seperti baru tersadar dari mimpi buruk yang terasa sangat nyata.

"Monaaa!!!"

Aku selalu meneriakkan nama itu di saat pikiranku sedang kalut.

Mengapa aku seperti ini?
Alat kesehatan sedang menempel di area tubuhku.
Apakah aku sakit?
Tidak! Aku baik-baik saja!

"Mona!!"

Aku meneriakkan namanya lagi untuk yang kedua kalinya.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya asisten yang masuk ke dalam kamarku.

"Tolong kamu panggilkan Sekretaris Surga sekarang juga! Cepat!"

"Baik, Tuan!"

Dia asistenku yang pertama. Olin.

"Ada apa Tao?" nampaknya Mona tergesa-gesa untuk menemui ku.

"Aku akan ke dunia manusia sekarang. Mereka berdua sedang dalam bahaya, Mona!!" teriakku minta tolong.

"Apa? Tidak bisa! Kamu sedang dalam tahap pemeriksaan Tao!"

"Terserah apa katamu!"

Aku melepas semua peralatan medis yang mereka pasang dari tubuhku. Tak ada rasa sakit ketika mencabut semua jarum dan selang yang terpasang di tubuhku. Tidak ada banding nya jika aku kehilangan Malaikat 194 dan gadis itu.

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang