BAB 25

101 3 0
                                    

Malaikat 194
"Baiklah, rumah lantai 1 sudah didekorasi ulang, sehingga dapat membantu mengurangi beban Hana untuk mengingat apa yang telah terjadi padanya di sini. Sekarang, aku akan meletakkan boneka besar ini di kamarnya dan menjemput Hana."

Sudah 4 hari Hana di rumah sakit. Lukanya sudah lumayan kering dan dapat dipulangkan. Namun masih tetap harus dirawat agar tidak berbekas nantinya.

Yang paling aku benci, mengapa Hana mengajak Arsent juga? Uh, mentang-mentang dia juga ikut berkontribusi dalam menjaga pria itu, jadi dia ikut diistimewakan juga? Padahal pria itu kabur tanpa perlawanan dari tangannya. Sial, aku tidak bisa menceritakan semuanya kepada Hana.

Oh, ya, apakah suatu saat nanti Hana akan mengetahui identitas ku?

Arsent
Wajahnya tidak senang. Ya, nampak jelas sekali. Bahkan sampai saat ini aku masih lupa siapa namanya, padahal Hana sudah memperkenalkan dia kepadaku sewaktu dia sering datang ke kantor pada saat jam istirahat Hana.

"Senang bisa melihatmu kembali ceria, Hana," kataku.

"Terimakasih Arsent."

"Oh, ya, ini makanan untukmu. Kamu kan suka sekali makan," kataku lagi sambil memberi berbagai snack camilan kesukaan Hana.

"Eh, apaan sih, orang sakit dikasih beginian? Kasih buah gitu," kata anak itu, sepertinya dia iri.

"Apaan sih Pobre, aku bosen makan buah! Tiap hari kamu selalu paksa aku makan buah! Kamu ga pernah bawain aku snack kayak gini," tukas Hana.

"Ya iyalah, kamu harus makan buah, biar cepet sehat!" kata lelaki itu yang tidak terima dengan pernyataan Hana.

"Kamu panggil dia Pobre?" tanyaku, sekalian ingin tahu siapa nama lelaki itu. Aku lupa.

"Ribet panggil nama aslinya. Jadi aku panggil Pobre aja," kata Hana sambil membuka salah satu snack itu.

"Oh, ya, sampai saat ini kamu tidak pernah memanggil namaku?"

"Masa?"

"Sepertinya begitu. Apa jangan-jangan kamu lupa?!"

"Itu salah kamu! Aku aja males bilang nama kamu!" Hana tiba-tiba nyolot.

"Jadi itu salah aku punya nama itu?" kata anak itu.

"Loh, bukannya nama itu kamu sendiri yang pilih nama itu?" kataku, karena setauku, Malaikat Maut bisa memilih namanya sendiri ketika berada di Dunia Manusia namun dengan aturan, hanya bisa memakai satu nama setiap kali tinggal di dunia manusia.

"Maksudnya? Bukan orang tuanya gitu yang kasih nama ke Pobre?" Hana bingung.

"Ten, tentu orang tuaku dong yang memberi namaku, ya kan Arsent?!" pria itu kebingungan, hahaha.

"Loh, kenapa kamu tiba-tiba menjadi dekat dengan Arsent? Bukannya kamu membencinya?" kata Hana sibuk sambil memakan snack nya.

"Baiklah, Nona Hana, sudah cukup. Sekarang sudah waktunya kita kembali ke rumah," anak itu langsung mengangkat semua barang yang sudah tersusun di dalam tas dan beranjak keluar. Namun..

"Kenapa kamu balik lagi?" tanya Arsent.

"Kamu bawa semua barang Hana, masukin ke mobil, dan aku yang harus membawa Hana," lanjut pria itu.

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang