BAB 51

78 2 0
                                    

Tao
"Hana.. "

Kata pertama yang muncul dari mulut Malaikat 194 setelah beberapa hari tidak sadarkan diri di Dunia Malaikat.

"Anda telah sadar? Biar saya panggil Tuan Tao,"

"Hana.."

Bruaaagghhh
Aku membanting pintu. Aku sangat merindukan dia.

"Kamu sudah sadar? Hei.." kata Tao sambil menepuk pipi Malaikat 194.

"Hana.. "

Hana?
Apakah Malaikat 194 mengigau?

"Hana.. " katanya lagi.

Wah, jelas, anak ini sedang mengigau.

"Ini aku Hana.." candaku.

"Hana, kamu di mana? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Bagaimana denganmu? Mengapa kamu tidak menemuiku?"

Tao cekikikan karena mengerjai sahabatnya itu.

"Maafkan aku. Aku tidak menepati janjiku untuk selalu di sampingmu.. "

Tao tertegun.

"... Apakah kamu melakukan pekerjaanmu dengan baik? Apakah mereka jahat kepadamu?" tanyanya sambil menitikkan air mata.

Ada apa dengan suasana Malaikat 194? Bukan seperti biasanya.

"Ya, aku melakukannya dengan baik," kata Tao memberhentikan sikapnya yang salah.

Ini tidak benar. Sepertinya di sini ada yang keliru. Apakah Malaikat 194 dan Hana saling menyukai??

Ruang Sidang
Sekembalinya Tao setelah menemui Malaikat 194, Tao segera kembali menuju Ruang Sidang. Sekretaris Surga memiliki firasat buruk. Hal yang paling memungkinkan terjadi adalah Tabed dapat memanipulasi fakta mengenai Malaikat 194, sehingga Hana beralih.

Terbukti, saat kita ini Tabed sedang mencoba untuk membicarakan Malaikat 194.

"Hana, apakah saya sudah menceritakan kepadamu semua fakta yang seharusnya kamu ketahui! Bukan dia yang seharusnya melindungimu, namun ayahmu, Arsent!" kata Tabed.

"Tidak mungkin! Selama ini saya tinggal dengan laki-laki baik. Arsent pun demikian kepada saya. Jadi saya tidak akan menyalahkan dan memihak kepada siapapun. Dengan tegas saya mengatakan, bahwa saya akan tetap percaya pada pendirian saya saat ini," kata Hana sambil menahan tangis.

"Baiklah, jika kamu masih tetap ingin seperti itu. Asal kamu tahu, Arsent adalah bawahan saya! Saya dapat melakukan apa saja yang saya mau! Hahaha," kata Tabed sambil tertawa.

"Tidak! Jangan lakukan apapun yang dapat menyakiti ayah saya!" kata Hana merasa kalah, sambil meneteskan air mata.

"Apa maksud kamu Tabed? Kamu tidak berhak melakukan apapun terhadap bawahanmu!" ujar Sekretaris Surga.

"Apa yang tidak dapat saya lakukan saat ini, Mona?"

Kembali ruangan itu ribut, "Siapa Mona?"

"Tidakkah kalian lelah memanggilnya dengan Sekretaris Surga? Begitu panjang dan merepotkan. Namanya Mona! Mona Callista Fland! Apakah saya benar?"

"Benar! Namanya Mona. Darimana kamu mengetahuinya Tabed?" Tao bergegas turun dari tempat duduknya untuk menemui Sekretaris Surga. Ini adalah salah satu hal yang sudah dipikirkan oleh Tao, jika Tabed sudah hampir kehabisan akal.

"Mengapa kamu turun Tao? Apakah kamu takut? Oh, ya, saya juga tahu nama aslimu! Pieters Tao Lema. Nama yang cukup unik, bukan?"

"Tabed, jika begini caramu, saya akan meladenimu! Sekalian saja saya beberkan semua di sini! Kamu sanggup?" jawab Tao sambil mengancam.

"Silahkan maju, teman!"

Tao menggenggam tangan Sekretaris Surga dengan erat. Tidak lupa memberi memberi isyarat pada Hana untuk tetap tenang.

"Baiklah. Sepertinya ini adalah rencana Tabed yang harus saya sendiri yang menyelesaikan. Saya kenal dengan wanita di samping saya. Dia adalah pasangan yang sangat saya sayangi saat ini.. "

"Wohooo, ada pertunjukan adegan romantis di sini," Tabed akhirnya beranjak dari tempat duduknya dan bergabung dengan Sekretaris Surga dan Tao di tengah Ruang Sidang.

"Ya, kami adalah pasangan. Apakah ada yang keberatan? Termasuk kamu, Tabed Fillemon Graddee?"

Semua isi ruangan dan Tabed sendiri tampak terkejut dengan nama terakhir yang dikatakan oleh Tao, bahkan Sekretaris Surga turut terkejut.

"Kamu tidak perlu bertanya, darimana aku mengetahuinya, karena aku jelas tidak akan membertitahumu jawabannya."

"Pasung Arsent dengan rantai bola besi, sekarang!!!!!!" Tabed sangat murka.

"Jangaaaannnnn!!!" Hana kembali menangis dan ingin mendekati Tabed, namun dihalangi oleh penjaga.

"Jangan sakiti ayah saya, dia orang baik," Hana menangis terisak.

"Apa yang kalian lakukan? Cepaatttt!!!" suruh Tabed dalam keadaan emosi.

"Tolong, tolong ayah saya Mona.." mohon Hana.

Dengan kekuatan pikirannya, Sekretaris Surga mengunci seluruh pintu dengan waktu sementara, agar pesuruh Tabed tidak keluar dari Ruang Sidang saat ini.

"Diam di tempat!" perintah Sekretaris Surga.

"Apa yang kalian lakukan! Saya atasan kalian!!!!!" suruh Tabed lagi berteriak.

"Diam kamu Tabed!" Sekretaris Surga menikkan nadanya, membuat Tabed tersungkur dari tempatnya berdiri.

"Hahahaha, lihat! Kalian lihat? Dia punya kekuatan! Hahahahaha!!" Tabed tertawa dengan sangat nyaring.

"Apakah benar dia adalah Sekretaris Surga yang kita kenal?" begitulah guruh riuh yang terdengar kali ini di Ruang sidang.

Bola mata Sekretaris Surga berubah menjadi berwarna biru yang sangat berkilau bila terkena cahaya, bertanda bahwa kali ini dia benar benar akan memakai kekuatannya.

"Tidak Mona, jangan lakukan itu! Kamu kalah jika kamu memakai itu untuk melawan Tabed!" bisik Tao kepada Mona.

"Tidak bisa."

"Mona, sesuai janji kita, Kita hanya melawannya dengan perkataan! Mengapa kamu harus seperti ini? Saat ini, aku yang ambil alih! Kamu sudah terlalu cukup emosi saat ini!" kata Tao sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu.

Bola mata Sekretaris Surga kembali coklat terang seperti semula. Begitu cantik.

"Lihat! Mereka begitu romantis! Mereka terlihat ingin sekali membunuhku saat ini!" seru Tabed.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya, Tabed! Darimana kamu mengetahui nama saya dan Sekretaris Surga? Kamu pasti telah melakukan hal di luar aturan!"

"Lalu apa bedanya saya dengan kamu Tao? Kamu mengetahu nama saya! Apakah kamu melakukan hal di luar aturan juga seperti saya?"

"Baiklah. Ternyata itu jawabanmu."

Tao segera menarik Mona untuk mendekati Tabed. Ini adalah rencana Tao dari awal.

Sebenarnya apa yang terjadi antara Tabed, Tao, dan Mona? Mereka bertiga seolah memiliki ikatan takdir, namun mereka tidak dapat mengingatnya. Mereka bertiga memiliki ketertarikan tersendiri, namun ada ego yang memisahkan mereka.

Tao merasa penasaran, mengapa dirinya dan Mona tidak bisa akur dengan Tabed, namun perasaan mereka selalu mengatakan lain. Aturan untuk tidak memakan pil ingatan yang membuat mereka berusaha untuk selalu meredam rasa penasaran dan keingintahuan mereka. Hal itu pun terjadi juga pada Tabed.

Tabed selama ini sendirian dan ingin dekat dengan Mona dan Tao. Namun kembali lagi pada awal, sifat yang dimiliki Tabed menjadi hal yang memberatkan bagi Tabed untuk hanya sekedar menyapa.

Page 51 - Hana & Malaikat 194

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang