BAB 12

123 3 0
                                    

Malaikat 194
Ah, aku tidur sore tadi, dan ternyata ini masih malam.

"Hana, mengapa badanku lemas sekali?"

"Sini, biar aku bantu! Kamu seperti mayat!!"

"Apa mayat? Tolong Nona Hana, jangan membuatku ingin bertengkar kepadamu. Aku sedang tidak punya tenaga," kataku lemah.

"Jadi kamu benar-benar tidak ingat? Hebat sekali kamu Pobre?!!"

Apa yang terjadi?

Hana
Sialan! Si Pobre sok ga ingat! Apa dia ga ingat kalau dia tertidur di sore hari dan terbangun di malam keesokan harinya?

"Jadi kamu benar-benar tidak ingat?"

Aku melihat Pobre lemas. Pastilah! Dia hanya tertidur, tidak makan dan minum. Manusia normal mana yang dapat melewati 24 jam lebih tanpa makan dan minum?

"Nona Hana, mengapa aku merasa lemas sekali?" katanya lugu.

"Bagaimana kamu tidak lemas? Kamu tertidur sore kemarin dan terbangun pada malam hari keesokan harinya!"

Untuk berbicara saja dia sudah lemah. Ingin aku tertawa terbahak-bahak, membalas tingkah nyelenehnya yang selama ini dihadapkan kepadaku. Aku sangat iba kepadanya. Bagaimana bisa manusia seperti ini?

"Nona Hana, aku harus melakukan apa? Aku sangat lemah,"

"Uuhh, kasihan! Urus dirimu sendiri! Apakah kamu lupa bahwa kamu manusia?!"

"Ah, iya, aku lupa bahwa aku kini manusia,"

Apaaa??
Dia lupa dia manusia?
Dia memang sudah gila!!

Kasihan sekali anak ini. Ah, aku akan memberinya teh hangat. Mungkin bisa memberi kekuatan sedikit untuk duduk.

"Ini, diminum! Harus habis!! Jika tidak, kamu akan mati!!"

"Apa? Aku akan mati? Berikan teh itu kepadaku," katanya tiba-tiba punya kekuatan.

Gila!!

"Nona Hana, tolong aku,"

"Dasar! Mayat!"

Aku membantu Pobre meminum tehnya. Kasihan sekali anak ini jika seperti ini. Tapi jika dia kembali normal, ingin sekali aku mengusirnya dari sini!!

"Bagaimana? Sudah enakan?"

"Terimakasih Nona Hana," katanya kembali tiduran.

"Aku akan membuat bubur untukmu, jika tidak habis, kamu akan mati juga!!"

"Apa aku akan mati juga?"

Apa dia bodoh?
Lugu?
Hobbyku bertambah satu!
Menjahili Pobre!
Hahahahahahaha

"Kamu harus menghabiskan bubur ini ketika aku sudah selesai mandi," kataku beranjak membereskan gelas yang telah kosong.

Tidak ada sahutan.

"Pobre?"

"Iya Nona Hana yang baik hati,"

Aku tersenyum.

Tao
"Hahahahahahahaha, jadi kamu yang meletakkan note itu? Wah, dia yang terlebih dahulu menikmati liburan itu, haha,"

Aku tidak bisa berhenti tertawa. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tingkah saltingnya Malaikat 194 setelah mengetahui hal ini.

"Iya. Aku cerdas bukan?" sahut Sekretaris Surga.

"Sangat cerdas!!"

"Sebenarnya hukuman teleportasi kemarin bukan seperti ini, tapi aku mengubahnya sedikit agar Malaikat 194 dan Hana semakin dekat,"

"Hahaha, aku tidak bisa berhenti tertawa! Aku ingin melihat wajah Malaikat 194,"

"Kita masih belum bisa melihatnya, karna Malaikat 194 pun tidak mengetahui hal ini. Sepertinya Hana pun menyembunyikannya, dia akan malu jika dia menceritakannya,"

"Haha, kamu jahat sekali Mona! Dia adalah wanita! Mengapa kamu membuatnya melakukan hal itu jika Malaikat 194 tidak bisa terbangun?"

"Kamu tidak tahu? Dia dihukum dengan susah bangun dari tidur. Awalnya hukuman untuk membangunkannya adalah memukul kepalanya dengan panci! Hahahaha,"

"Hahaha, jika kepalanya dipukul dengan panci, maka kepalanya akan sekeras batu kekuatan di pusat aula! Haha,"

Di tengah masalah ini, selalu terselip hal-hal nyeleneh seperti ini! Terimakasih, telah membuat cerita ini tidak terlalu kaku dan serius! Hahaha

Malaikat 194
Uh, rasanya aku bodoh sekali kemarin. Aku benar-benar lupa bahwa aku manusia. Pasti Hana sudah habis-habisan tertawa dan menjahiliku.

Uh, aku sempat berfikir, sepertinya aku sudah terlalu lama bersama dengan Tao saat aku tertidur. Tapi aku sangat merindukan tempat itu. Waktu sangat cepat berlalu, sampai-sampai aku hampir mati untuk kedua kalinya karena lemas.

Rasanya aku sedang dihukum. Tadi pagi, saat aku terbangun, Hana ada di samping ku. Ah, pasti dia sedang membangunkanku. Tapi, apa sesusah itukah aku dibangunkan?

"Hana, kamu akan berangkat kerja?" tanyaku sambil meminum teh yang aku buat, sama seperti yang Hana buat kemarin.

"Iya! Aku tidak pengangguran sepertimu! Ingat, kamu adalah penyewa! Kamu harus membayar bulananmu kepadaku!!"

Mulut Hana bagaikan terompet!

"Berhenti memanggilku dengan pengangguran! Aku telah bekerja!!"

"Serius? Tunjukkan kepadaku!" Hana berbicara sambil tersenyum sinis.

Uh, ingin aku melempar kursi ini kepadanya!

"Sudah, aku pergi dulu. Kamu harus bekerja! Jika kamu tidak membayar sewamu bulan ini, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari rumah ini, ha ha ha ha!"

Hana!!!!!

Aku harus tertidur! Aku harus minta tolong kepada Tao untuk mencarikanku pekerjaan di dunia manusia. Tapi aku takut aku tidak bisa terbangun. Bagaimana ini?

Arsent
Mengapa nasibku seperti ini? Mengapa aku melakukan hal konyol di masa lampau?

"Aku tidak akan memberitahu yang lain atas kesalahan fatalmu! Tapi sebagai imbalan nya, kamu harus membantuku. Aku akan menjaminmu tidak akan menerima hukuman, selama kamu mau menuruti perintahku," katanya.

Mengapa aku merobek halaman dari buku larangan itu? Dan mengapa harus dia yang mengetahui hal ini? Dia adalah makhluk terjahat! Dan aku harus menurut padanya! Mungkin ini adalah konsekuensi san hukuman yang aku dapat dari kesalahanku.

Namun, nasibku tidak berhenti sampai di sini. Berbagai fakta yang harus aku terima mengenai arwah special ini yang membuatku sangat dilema! Aku tidak mempercayai hal ini, namun setiap kalimat di halaman ini sangat akurat.

Arwah special itu adalah anakku! Anakku? Dengan penampilan semuda ini, aku sudah mempunyai anak? Aku tidak bisa mengingatnya berhubung sesampai di sini, Dia langsung menghapus semua ingatan dan kenangan ku selama aku tinggal di dunia manusia.

Aku akan menyusun semua puzzle ini sampai aku bisa mengerti semua kalimat di halaman ini. Mudah-mudahan aku bisa mengingat apa yang sebelumnya sudah terjadi kepada diriku.

Sekretaris Surga
Sudah saatnya aku merahasiakan cerita besar ini dari Tao. Aku tidak bisa merusak rencana Dia hanya karena aku menyayangi Tao, dan Tao sangat menyayangi Malaikat 194. Maafkan aku Tao.

Sebenarnya, untuk saat ini, aku sudah mengetahui perihal halaman yang hilang dari buku larangan itu. Aku hanya harus mencari tahu siapa di balik pemberontakan perintah perlindungan arwah special ini. Aku harus menemukannya, dan memberi hukuman kepadanya dengan hukuman surga terlarang, yang hampir terlupakan oleh hampir semua lapisan Malaikat Maut dan penghuni seluruh dunia malaikat.

Page 12 - Hana & Malaikat 194

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang