BAB 17

127 3 0
                                    

Hana
Sudah 2 minggu berlalu. Setiap pagi aku juga harus menjawab pertanyaan Pobre, "Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Hana?" dan tidak pernah aku menjawab selain, "Aku harus membangunkanmu, apakah kamu ingin telat bekerja dan ingin dipecat?"

Apakah dia tidak bisa bangun sendiri?
Jujur, sampai saat ini aku menjadi terbiasa dengan 'hal wajib' tersebut.

Uh, rasanya melakukan hal ini kepada lelaki setampan Pobre..

Plaakkk

Aku menampar diriku sendiri!

Apa-apaan pikiranku ini?
Sangat tidak sopan!!

"Hana, pacarmu sudah di depan!"

Aku kaget!

"Aku udah bilang, dia bukan pacar aku Lita!"

"Ga usah marah juga kali Han,"

"Aku keluar istirahat ya,"

"Kayak gue ga tau lo aja! Sana minggat!"

"Tengkyu Lita."

"Sipp! Semoga lancar ya!"

Aku segera berlalu, rasanya mulut Lita sudah berkaret dua, beda rasa dari yang lain!

"Hana, aku di sini," teriaknya sambil melambaikan tangan.

Uh, kenapa dia nunggu di situ sih?
Kan aku udah bilang supaya nunggu aku di warung depan langganan aku!

"Ayo," kataku sambil terpaksa tersenyum.

Kami berjalan kaki menuju warung Bu Pin. Sepertinya sudah tidak terlalu padat, karena aku mengambil istirahat ke-2.

"Pesen seperti biasa ya, Bu,"

"Baik, Non. Pacarnya biasa juga kan?"

"Iya, Bu, punya aku juga yang biasa aja,"

Apa-apaan sih Pobre? Apa dia ga demo dengan penyataan Bu Pin bahwa aku pacarnya? Kapan jadiannya coba?

"Pobre, ada yang pengen aku bilang ke kamu,"

"Silahkan Nona Hana."

Arsent
Hmm, sudah hampir dua minggu aku melihat pemuda itu di sekitar kantor dan selalu menemui Hana dalam jam istirahatnya. Dia siapa? Apakah aku terlewat dalam hal ini? Sepertinya kemarin aku tidak melihat pergerakan tak berarti dari Hana. Aku harus mencari tahu secepat mungkin!

"Hana, bolehkah saya bertanya kepadamu? Bukan kepo atau lainnya,"

"Boleh, Pak. Ada apa?"

"Eemmm, laki-laki yang selalu menemui mu setiap jam istirahatmu siapa ya? Karena kebetulan kan saya satpam di sini, ada baiknya jika saya mengenalnya juga,"

"Oh, iya, benar koq dengan apa yang bapak bilang. Dia teman saya, kebetulan dia baru pindah ke daerah saya, dia punya kebiasaan buruk, jadi ya begitulah pak. Namanya Faubrey. Jadi kalo dia kemari jangan dimarahin ya, Pak," jelas Hana.

"Baiklah. Setidaknya saya tahu bahwa dia bukan orang yang patut saya curigai,"

"Terimakasih ya, Pak. Saya kembali bekerja dulu,"

"Baik Hana, semangat!"

Hana membalas ku dengan isyarat tangan tergenggam dan tentu saja diiringi dengan senyuman manis di wajahnya.

Tao
"Mona, sepertinya misi Malaikat 194 berjalan dengan lancar. Jika di dunia manusia, sudah lewat 3 minggu, dan belum ada permasalahan yang berarti,"

"Mungkin sebentar lagi akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan Tao,"

"Maksudmu? Apakah akan ada yang mengancam mereka berdua?"

Hana & Malaikat 194Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang